Bab 51 : Banjir (3)

176 31 0
                                    

Alberu dan Choi Han terkejut melihat Cale yang terlempar jauh. Mereka berdua meneriakkan namanya dan segera berlari menuju Cale. Choi Han dan Alberu berlari melewati hutan dengan kecepatan penuh, berharap mereka bisa segera melihat Cale.

Mereka berlari di sepanjang hutan yang gelap dan beberapa saat kemudian mereka melihat seberkas cahaya dan langsung menuju ke sana. Mereka sudah keluar dari hutan namun belum menemukan Cale.

"Seberapa jauh dia pergi?" Choi Han berbisik sambil mengarahkan pandangannya melewati beberapa gedung tinggi.

Alberu dan ChoiHan memutuskan untuk berpisah agar mereka dapat menemukan Cale lebih cepat. Choi Han memutuskan untuk mencari melalui bagian atas gedung sementara Alberu berjalan menyusuri jalan.

Choi Han melompat ke atas gedung yang lebih tinggi dan mengarahkan pandangannya ke seluruh area. Dia mengalihkan pandangannya dan melihat dinding bangunan yang tampak rusak akibat tabrakan. Choi Han melihatnya, seorang pria berambut merah duduk di tanah dengan lemah. Matanya bergetar saat melihat sosok itu.

Choi Han segera memberi tahu Alberu bahwa dia sudah melihat Cale. Mereka berdua segera berlari lagi ke arah tempat Cale berada. Choi Han segera menuruni gedung dan berlari ke bawah bersama Alberu.

Mereka berlari, dan pada akhirnya mereka menemukan Cale, duduk di tanah, dengan darah di sekujur tubuhnya. Itu memang bukan pertama kalinya mereka melihat Cale berlumuran darah. Tapi ini berbeda, mereka bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda dari biasanya.

Mereka bisa melihat kepala Cale terkulai ke bawah dan mereka berdua perlahan mendekat.

"Kal?" Alberu mendekatinya perlahan sementara ChoiHan berdiri di belakang Alberu dengan tegang.

'Apakah dia pingsan?' pikir Alberu ketika dia melihat Cale tidak merespons.

Alberu mendekati Cale dan menyentuh tangannya. 'Dingin'. Alberu merasakan ada sesuatu yang salah di sini, terlalu dingin untuk suhu tubuh manusia, Alberu mengarahkan tangannya ke wajah Cale dan dia menyentuhnya. 'Dingin'

Alberu bisa merasakan jantungnya berpacu lebih cepat dari sebelumnya, dia segera membelah rambut Cale dan mereka berdua akhirnya bisa melihat wajah Cale.

"Kal?!"

Darah, itu darah total. Alberu melihat wajah Cale yang berlumuran darah, dia segera menarik wajah Cale dengan lembut dan memeriksa bagian kepalanya.

'Ada yang salah di sini' Alberu tidak mau mengakuinya, tetapi dia mengambil pergelangan tangan Cale dan memeriksa denyut nadinya.

'Tidak ada'

Alberu menggigit bibirnya begitu keras hingga berdarah. 'Tidak, dia mungkin salah' Alberu meletakkan tangan Cale perlahan dan mengarahkan jarinya ke bawah hidung Cale dan memeriksa napasnya.

'Tidak ada'

Alberu terdiam sejenak, sebelum akhirnya mendekatkan telinganya ke dada Cale. Dia memejamkan mata, menahan apa pun yang akan jatuh dari sana, dia berharap, dia benar-benar berharap dia bisa mendengarkan sesuatu yang bisa menjadi tanda kehidupan Cale. Alberu memeriksa detak jantungnya, berharap masih ada harapan di sana, namun

'Tidak ada'

Saat itu Alberu bisa mendengar sesuatu seperti pecah dari dalam kepalanya.

Tetes...

Air mata mengalir dari mata Alberu tanpa dia sadari, dia menatap tubuh itu, tidak, dia menatap mayat dongsaengnya dengan tak percaya.

"Tidak, tidak, tidak, ini tidak mungkin" Gumam Alberu dengan suara rendah lalu mengambil salah satu tangan Cale dan menggenggamnya.

Sudut Pandang Bangsawan Sampah [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang