Bab 03

452 16 1
                                    


Salvia berlari cepat dan menuju kantin, setelah sampai dia segera meminta air minum botol dan meneguknya hingga kandas. Dia bahkan mengabaikan dirinya yang minum sambil berdiri, saat ini dia bahkan tidak harus memperdulikannya. Itu karena dia benar-benar kehausan dan tenggorokannya sangat kering.

Jelas itu karena ulah boss gilanya itu! Karena ia masih mengejarnya saat rapat tadi, bahkan ia juga menyuruhnya mengulang membaca laporannya. Tidak bisa dibayangkan bahwa dia harus membaca kembali berlembar-lembar kertas laporannya, dia bahkan sudah batuk saat membacanya tetapi ia tidak menghentikannya dan dia harus terus membacanya. Setelah selesai dia bahkan tidak berani minum di saat itu karena pandangannya terus tertuju padanya. Dan akhirnya setelah rapat selesai dia bergegas ke kantin untuk menghilangkan dahaganya.

"Hei, kau terlihat sangat kehausan? Apa yang terjadi katakan padaku? Oh apa kau tahu? Saat pagi Boss kita memanggilku dan menanyaimu, itu mungkin karena kau terlambat datang." Dia langsung mendengar pertanyaan beruntun dari Tiara sehingga membuatnya pusing untuk mencerna apa yang ditanyakannya.

"Hei bisakah kau bertanya satu-satu, aku bahkan tidak ingat apa pertanyaanmu dan bagaimana menjawabmu." Salvia menatapnya dengan jengah tetapi Tiara hanya terkekeh pelan dan menariknya untuk duduk, dia segera mengikutinya.

Tiara memajukkan tubuhnya dan menatapnya dengan lekat,"Pak Boss meneleponku dan menanyaimu, mungkin karena kau terlambat. Dia bahkan langsung memutuskan sambungan saat aku ingin menjelaskan bahwa aku juga terlambat." Dia mendengus saat mengingatnya kembali.

Salvia tidak menyangka bahwa boss gilanya akan menjadi tidak sabaran dan bahkan menanyainya lewat Tiara yang adalah seorang resepsionis, tidak heran boss gilanya terus mengejarnya dan tidak melepaskannya.

"Pantas saja dia selalu mengejarku dan tidak melepaskannya, bahkan saat rapat dia memintaku mengulang membaca laporannya! Apa kau tahu? Itu sangat menyebalkan bahkan saat aku batuk dia tidak berniat untuk menghentikannya dan aku hanya bisa menahan rasa haus, dan tenggorokanku sudah sangat kering karena terus berbicara. Aku bahkan tidak berani minum di depannya!" Dia mengeluh dan meraung dengan berapi-api, dia bahkan tidak peduli jika karyawan lainnya mendengarnya karena memang mereka juga mencap buruk boss mereka.

Tiara memandangnya dengan tidak percaya,"Benarkah? Sial, boss kita memang gila dan kejam pada karyawannya! Untungnya aku seorang resepsionis dan tidak perlu melihatnya meskipun boss kita memang sangat tampan." Di akhir ucapannya dia segera menggelengkan kepalanya.

Salvia berdecak mendengar ucapan terakhirnya, memang dia akui boss gilanya sangat tampan. Tapi bagaimana jika tampan tetapi memiliki temperamental jelek, jelas ketampanannya akan sangat berkurang.

"Bu sekertaris bagaimana rapatmu? Sudah sepantasnya kau harus menahan diri di bandingkan dengan karyawan lainnya." Wendy menyela percakapan keduanya dan duduk di samping Salvia.

"Aku tahu sepertinya kau sudah menyumpahinya di dalam hati kecilmu itu." Sahut Arvin dan mengikutinya duduk di samping Tiara.

Salvia mendengus dan memandang malas pada kedatangan keduanya,"Aku lebih merasa kasian pada kalian yang selalu di marahi dan di caci maki, aku pikir wajah kalian juga merasakan muncratan air liurnya saat berbicara."

Wendy tersenyum manis dan menjawabnya,"Kita berada di posisi yang sama hanya saja kita lebih parah, tetapi sepertinya yang harus di kasihani adalah kau yang akan selalu di sampingnya."

"Apakah Boss kita selalu muncrat saat berbicara? Aku tidak menyadarinya?" Tanya Arvil dengan tidak percaya.

"Aku pikir tidak mungkin boss kita yang tampan akan berbicara sambil memuncratkan air liurnya," Tutur Tiara.

Salvia tertawa pelan mendengarnya dan segera menjawabnya,"Aku juga tidak tahu, jika kau ingin tahu kau mungkin harus melihatnya melalui mikroskop."

Dia sendiri tidak tahu apakah Bossnya akan berbicara hingga memuncratkan air liurnya atau tidak, karena dia tidak pernah memerhatikan mulutnya saat berbicara, karena pikirannya pasti akan kacau saat berhadapan dengannya. Tapi yang di katakan Tiara dia sendiri membenarkannya, memang pria tampan tidak mungkin berbicara sambil banjir air liur, itu akan terlihat menjijikkan.

My Sweetest Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang