Salvia memasang senyum tipis yang tidak sampai mata di wajahnya yang terlihat suram, jika orang lain melihatnya mereka mungkin bisa langsung menebaknya. Karena dia berjalan di belakang boss gilanya itu, dan setiap karyawan melihatnya. Lebih tepatnya mereka memberinya tampang kasian, apakah mereka mengasihaninya? Sial! Sepertinya mereka mengasihaninya karena harus mengikuti dinas bersama bos gilanya, yang jelas-jelas dia adalah sang penggosip di antara karyawan lainnya untuk menyebarkan gosip terbaru dari boss mereka. Tapi sekarang dan kedepannya dia tidak bisa bergosip dengan mereka, tetapi tidak apa dia memiliki grup obrolan dan anggotanya adalah seluruh karyawan di sini.Memikirkan bahwa kedepannya dia bisa tahu kegiatan yang di lakukan bossnya, mungkin akan ada informasi terbaru yang bisa dia gosipkan di grup chat. Setidaknya rasa suramnya sedikit berkurang, bahkan tak segan-segan menyapa karyawan lainnya yang telah memberikan tatapan kasihan padanya.
Salvia melihat ketiga teman sialnya yang sama memandangnya seperti yang lainnya, dia berdecak dan memandangnya dengan bermusuhan setelah mengingat kejadian kemarin. Jadi dia memilih mengangkat jari tengahnya sebelum berganti memberinya lambaian tangan.
"Salvia semangat!" Tiara bersorak dan di ikuti oleh Wendy dan Alvin.
Dia mengangkat senyumnya dan memandangnya dengan kilatan licik di matanya,"Sampai.bertemu.nanti." setiap ucapannya penuh dengan nada penekanan.
Jelas setelah kembali dari dinasnya dia akan berurusan dengan ketiganya, dia tidak akan melupakan bagaimana ketiganya meninggalkannya. Dan dia bahkan mengaitkan bahwa karena itu boss gilanya mengajaknya untuk dinas keluar kota. Memang sial.
Dia dengan malas mengikutinya di belakang bossnya dan melihat punggungnya telah masuk ke dalam mobil jadi dia mengalihkan pandangannya untuk melihat ke belakang mobil. Dia tercengang melihat hanya ada satu mobil yang terparkir, jadi bukankah dia akan semobil dengan boss gilanya?
Calvin mebgerutkan alisnya saat melihat sang sekertarisnya yang terdiam seperti orang bodoh, jadi dia segera menegurnya untuk mempercepat waktu."Apakah anda tidak masuk? Apa yang anda lakukan terdiam seperti orang bodoh? Sepertinya sekertaris saya memang sudah lama bodoh."
Salvia lebih tercengang mendengar ucapan dari bossnya itu, bukan hanya menegurnya tetapi bahkan menghinanya bodoh. Dia ingin membuka mulutnya tetapi akhirnya mengurungkan niatnya, jika dia menjawabnya atau membalas perkataannya mungkin mereka tidak akan pernah berangkat dan akan tetap diam di sini. Jadi dia dengan kesal masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelahnya, dia meletakkan tasnya di antara keduanya untuk memberi jarak. Sial, dia tidak ingin berdekatan dengan boss gilanya itu.
Untungnya di dalam mobil berisi empat orang termasuk dirinya, ada sopir, Azka sekertaris sekaligus tangan kanan Calvin dan Calvin. Dia jarang melihatnya karena mungkin ia sedang mengurus perintah lain dari Calvin, karena beberapa hari ini semua pekerjaan sekertaris dilimpahkan padanya. Dan juga menurutnya Azka lumayan tampan tetapi jelas Calvin lebih tempan, dia bahkan mengakui boss gilanya itu tetapi itu memang benar. Lalu dia jarang berbicara dengannya hanya akan berbicara jika urusan pekerjaan, menurutnya ia terlalu pendiam dan dingin berbeda jauh dengan bossnya itu. Seharusnya Azka lebih terlihat seperti seorang CEO di bandingkan Calvin yang memiliki mulut berisik dan ucapan pedasnya.
"Saya haus." Ucapan seseorang di sampingnya membunyarkan pikirannya, dia menengok untuk melihatnya dengan tatapan bingung. Jika ia haus bukankah langsung minum? Kenapa ia harus berucap?
Calvin berdehem saat merasakan tatapannya dan berucap tanpa memandang seseorang di sampingnya itu,"Minuman ada di depanmu."
Salvia mengalihkan tatapannya dan melihat minuman botol di depannya, lalu perlukah dia mengambilnya? Padahal jelas-jelas ia masih bisa menjangkau dengan lengannya itu jika ingin mengambil minuman, untuk apa mengatakannya padanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweetest Boss
Romance... Salvia sungguh menderita menjadi sekertaris Calvin Halbert, bagaimana tidak? Dia harus mendengarkan kemarahannya setiap saat bahkan di saat kesalahan terkecil pun, selalu semena-mena pada karyawannya dan yang paling parah dia juga akan mendengar...