25.

2.7K 246 26
                                    

Ben nganterin Raka pulang ke rumahnya pas udah lewat petang. Keduanya berboncengan dengan hati berbunga-bunga, seperti dua remaja yang lagi kasmaran.

Mereka lagi berhenti di persimpangan, pas ini lampu merah. Ben melihat wajah Raka dari spion kirinya yang udah dia atur posisinya. Jadi, Ben bisa sesekali melihat wajah cowok kesayangannya itu pas lagi nyetir di jalan.

"Ka, kenapa lo nggak pegangan?" tanya Ben sambil setengah menoleh ke belakang.

Raka deketin wajahnya ke wajah Ben. Kata Raka, "Udah ini."

Lalu Raka menggoyangkan-goyangkan kedua tangannya yang lagi megangin kain jaket Ben di bagian pinggang.

Ben bilang, "Nggak rapet Ka."

"Rapet gimana?" balas Raka.

Ben berdecak nggak sabar, "Peluklah. Lo nggak peka."

Seketika Raka tersipu, dia diam aja. Terus, Raka jawab, "Di jalan Ben. Rame tau diliatin orang."

"Lo gitu Ka," Ben kesel.

Raka jadi bingung, "Ya udah bentar aja tapi."

Kemudian, Raka memeluk Ben dari belakang. Raka melingkarkan kedua tangannya di pinggang Ben. Mau nggak mau, dagu Raka jadi menopang di bahu Ben. Hehe enak juga rasanya tapi emang malu.

Ben meringis lalu tangan kirinya meremas kedua tangan Raka yang melingkari pinggangnya dan berada di depan perutnya. Itu bikin Raka tersenyum.

Lalu, Raka kembali menarik kedua tangannya, tapi dia tetap megangin jaket Ben di pinggangnya seperti tadi.

Kemudian, lampu hijau menyala. Ben nggak protes apa-apa lagi. Dia lanjutin berkendara sampai rumah Raka.

Setelah menempuh perjalanan nggak sampai dua puluh menit, sampailah mereka di tujuan.

"Kapan lo mampir Ben? Lama lo nggak ke sini," Raka bertanya setelah dia turun dari motor tapi nggak melepas helm.

Ben terlihat mikir sebentar, "Sekarang. Mampir nginep sekalian."

"Lah kok jadi nginep," Raka nggak menyangka.

Ben asal ngomong, "Kan udah malem. Lo tega ngebiarin gue? Kalo gue diculik pas pulang gimana. Nginep ajalah."

Sebenernya tadi Ben kepengen ngajakin Raka menginap di rumahnya. Tapi, Raka minta dianterin pulang karena besok dia ada kelas pagi dan dia nggak bawa buku-bukunya.

Ben nurutin Raka dan nganterin dia pulang. Tapi jujur aja Ben kepengen banget menghabiskan malam ini bersama Raka.

Si Raka menghela napas tapi nggak kesal, "Dasar lo banyak maunya."

"Gue maunya cuma satu Ka. Cuma elo yang gue mau," ucap Ben.

Raka jadi nyengir, "Duh alay Ben sumpah."

"Tapi lo suka kan," kata Ben pede.

Raka tersipu, "Iya sih."

Akhirnya, Ben jadi menginap di rumah Raka malam ini.

Nggak lama kemudian.

Raka dan Ben udah berbaring di tempat tidur. Tadi, Raka bilang ke orang tuanya kalau Ben mau menginap.

Ayah Raka biasa aja, cuma nunjukin senyum paham ala bapak-bapak. Sementara, ibu Raka juga senyam-senyum, tapi dalam hatinya beliau kepo gitu sih.

Mungkinkah Raka dan Ben---yang katanya juga suka cowok itu---mereka lagi berkencan? Naluri seorang ibu emang berbahaya, tapi ibu Raka cuma membatin aja.

Terus, setelah Ben diajak ikut makan malam, dia dan Raka gantian mandi. Nggak lupa mereka keramas dan gosok gigi. Raka memberi Ben sikat gigi Pepsodent yang baru yang bulu sikatnya soft. Ben juga berkumur pakai Listerine yang hijau di kamar mandi Raka.

rahasia rakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang