The Virgin Isle - Part 2

59 49 5
                                    

Adam melirik kearah Weithia, ia menerima anggukan yang menyatakan jika kesaksian yang Nathan buat itu benar adanya. Sesuai dengan orangtuanya di Edovale.

"Ketika aku membuka mata, aku sudah berada disuatu tempat asing yang begitu menyeramkan dan menyedihkan. Entah sudah berapa hari aku terkurung ditempat itu bersama puluhan orang lainnya."

"Puluhan?"

"Ya, paman. Atau mungkin ratusan aku tidak ingat. Mereka yang diculik jumlahnya sangat banyak. Hampir setiap hari, lima sampai tujuh orang dibawa keluar dari ruangan itu. Tapi juga tiap hari bertambah dengan orang baru."

"Oleh si penculik?" Adam dan Weithia menyimaknya dengar serius. Pada akhirnya semua serpihan-serpihan kembali menyatu dan terlihat jelas, mereka bisa kembali merajut benang merah dan menghubungkan fakta dari tiap informasi yang berhasil dikumpulkan.

"Ya benar. Giliranku adalah kemarin malam. Seorang wanita muda datang dikawal oleh dua orang pria."

"Wanita? Kau mengenalnya?"

"Tuan Cedric mengatakan jika mungkin wanita itu adalah pemimpin negeri ini." Ia mengecilkan suaranya.

Ia melanjutkan, "Paman mungkin tidak akan percaya dengan yang akan aku katakan. Para bangsawan itu sangatlah kotor dan tidak bermoral. Awalnya aku tidak tahu, perlakuan apa yang akan aku terima jika dibawa oleh orang-orang itu. Aku mengira jika mereka mungkin akan membunuhku."

"Tapi tidak. Mereka melakukan pelelangan manusia. Mereka melelang semua orang yang diculik itu."

Mata Adam membelalak, "Dilelang?" mengulanginya dengan penekanan, jika misalkan ia sudah salah dengar.

"Ya, aku tidak berdusta. Aku hadir dalam pelelangan itu, mereka memperlakukanku dengan sangat tidak manusiawi. Memaksaku memakai pakaian yang tidak senonoh dan pada akhirnya dijual pada para manusia menjijikan itu. Jika tidak ada Tuan Cedric. Aku tidak tau apa yang akan terjadi." Dia melanjutkan cerita dengan lebih detail.

"Cedric?"

"Cedric Titus, Putra Mahkota Gwylion. Ia membeli keponakanmu dengan 50.000 koin emas." Sela Anthony.

Tidak percaya dengan keterangan itu, Adam masih memilih untuk bungkam. Pikirannya terasa berat, jikalau Cedric memang terlibat, bagaimana ia bisa lebih tahu duluan Adam. Apakah mungkin pria itu yang malah bagian dari para bangsawan menjijikan tersebut. Pada dasarnya Tuan Frank sama sekali tidak memberitahunya atas keterlibatan Gwylion. Dahinya berkerut pening.

"Ya, dia sangat baik padaku paman. Aku sangat berterima kasih karena dia menyelematkanku malam itu."

Adam memberinya pelukan dan tersenyum miris. "Tentu. Maafkan aku tidak bisa menemukanmu dengan cepat. Ayah dan ibumu sangat khawatir. Mereka datang padaku dibawah salju lebat, dengan keputusasaan atas hilangnya anak mereka."

"Tuan Cedric tampaknya sudah memberi kabar pada orangtuaku. Jadi mungkin mereka bisa sedikit lebih tenang."

"Lalu kenapa kau dan Tivius kembali lagi disini?"

"Aku meminta Tuan Tivius untuk mengantarku kesini. Aku kira masih sempat untuk menyelamatkan beberapa orang yang masih terkurung kemarin malam."

"Di dalam sudah kosong, paman baru saja memeriksanya."

"Begitukah? Sepertinya mereka sudah dibawa. Padahal kemarin malam masih ada beberapa orang lagi yang tersisa."

"Kau tidak mengingat berapa jumlah mereka?"

"Mungkin kemarin sekitar 20 orang atau lebih. Ruangannya luas lagi gelap, aku gagal untuk memastikan. Mohon maaf."

Adam dan Weithia bertatapan, "Apa menurutmu itu adalah Ratu Marjolaine." Dia memelankan suaranya. Weithia menggeleng lemah.

KNEEL BEFORE THE CROWN BOOK 2 : ATONEMENT (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang