[ww/sn : 1] kencan buta

106 14 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#romance #first_sight_love

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#romance #first_sight_love

Denting bunyi jam di pergelangan tangan Wilham selaras dengan detak jantungnya yang berdetak lamban. Berkali-kali Wilham memeriksa jarum panjang di tangannya, dan kembali berdecak acap kali melihat perubahan jarum yang tak lebih dari enam derajat. Kalau itu belum menunjukkan ketidaktertarikannya pada jadwal kencan buta paksa yang diatur kawannya secara semena-mena sore itu, mungkin gerakan kakinya yang berdentum dengan lantai begitu cepat dapat menunjukkannya. 

Wilham tidak sabar agar semua ini lekas berakhir.

Bagian mana dari kata sibuk yang tidak dimengerti Hisyam? Mengapa kawan Wilham yang satu itu mengambil kesimpulan ia sedang tidak melakukan apa-apa padahal jelas-jelas Wilham telah memberi paham kalau ia sedang sibuk mengumpulkan materi seminar minggu depan? 

Mengapa pula ia harus ikut kencan buta? Memangnya apa yang salah dengan 19 tahun hidup sendiri tanpa gandengan? Mengapa bukan Hisyam saja yang bertemu dengan cewek random pilihannya? Apa yang membuatnya berpikir membuat profil Wilham di bumble tanpa sepengetahuannya adalah ide yang bagus?

"Wilham?"

Mendengar seorang wanita menyebut namanya, Wilham berhenti menyibukkan diri dengan seluruh pertanyaannya untuk Hisyam. Kemudian menuntun kepalanya menoleh ke arah sumber suara. 

Yang Wilham dapatkan adalah sebuah senyuman tipis dari seorang wanita yang tak dikenalnya, berdiri manis dua langkah dari bangku tempat Wilham berada. Perempuan itu datang memakai gaun biru muda setinggi paha. Dengan pita hitam penuh pernik perak senada dengan bandana polkadot di kepala. Rambut panjangnya menjuntai indah di depan dada. Lembut, mudah diterpa angin sepoi yang mengiringi langkahnya. 

Wajah cantiknya tak berhenti menampakkan senyum memesona bahkan setelah lebih dari sepuluh detik Wilham diam saja. Nyatanya, suara Wilham tercekat di pangkal rongga mulutnya. Tak ada kata yang mampu keluar, bahkan sekedar sapaan formalitas semata.

"Kamu Wilham, kan?" tanyanya perempuan itu lagi, memastikan. Tanpa menunggu restu dari laki-laki yang membisu di depannya, ia menarik sebuah kursi di depannya kemudian meletakkan pantatnya di sana. 

"Kenalin, aku Shanina."

Wilham resmi terpana.

potongan kisah klasikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang