[mg/ty : 1] kue kering

47 5 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#romance #birthday #gift

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#romance #birthday #gift

Mikael berhenti melirik Tissa dari sudut mata ketika Dirga bilang matanya akan juling sebelah karenanya. Walau tidak percaya penuh pada mulut kotor pria yang luas permukaan otaknya tidak seluas arti namanya--Dirga artinya panjang, tinggi, luas, dalam--, hati kecil Mikael sedikit terusik karenanya.

Toples kecil berbentuk mirip kaleng kerupuk seharga lima belas ribuan di e-commerce berisi kue-kue kering yang sengaja Mikael bawa dari rumah sudah berada di tangannya lebih dari dua jam. Rencananya tadi, sesampainya di villa tempat Mikael dan kawan-kawan organisasinya--termasuk Tissa juga--akan menginap satu hari dua malam, toples itu akan berpindah tangan ke sang penerima secepatnya. Namun, baik Mikael maupun Tissa terlalu populer untuk dibiarkan sendirian. Bukan satu-dua orang, segerombol manusia selalu tampak menempel pada mereka, menyulitkan Mikael untuk memulai aksi terselubungnya.

Cowok itu bergerak gusar setelah Dirga mengatainya 'gede gede cupu'. Sambil memberi tatapan membunuh pada Dirga dan kawan-kawannya yang lain yang bisa-bisanya ikut tertawa, Mikael berjalan mundur perlahan, mendekati tempat Tissa berdiri. Diiringi kikik tawa kawan-kawan kurang ajarnya, Mikael menarik napas dalam-dalam tiga kali sebelum balik badan.

"Hai," kata Mikael sambil meringis. Dalam hati mengutuk diri, Mikael tak mengerti mengapa ia tak bisa bersikap biasa saja di hadapan Tissa. Cewek itu diam, alisnya bertaut dan mulutnya terbuka. Tak berapa lama, mata Tissa bertemu dengan toples di tangan Mikael. "Happy birthday, ya, Tissa," Mikael menyerahkan kue-kue keringnya sambil tertawa renyah.

Cewek itu tampak kebingungan, namun tangannya meraih toples yang Mikael berikan. "Oh, iya. Makasih, Kak."

Mikael mengangguk-angguk, "Bye." Setelah melambai tidak sampai sedetik, cowok itu segera berjalan cepat menjauhi medan perang menuju ke sarang penyamun yang siap memberinya bahu untuk bersandar.

"Goblok!" semua cowok-cowok yang tidak pantas disebut teman itu tertawa sambil memukul tubuh dan lengan Mikael. Mikael setuju seratus persen kalau ia bodoh. 

Malu, Mikael lantas menyembunyikan mukanya di balik bahu Dirga sambil menangis dramatis. 

Dari sudut mata, lagi-lagi ia mencuri pandang ke arah Tissa. Tak berselang lama, tangis dramanya berubah menjadi tawa bahagia mendapati cewek itu masih memerhatikannya dengan sudut bibir mengarah ke atas.

Tissa tersenyum. Manis, pula.

Tidak sia-sia Mikael belajar membuat kue kering dari mamanya. 

potongan kisah klasikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang