Puan memilih pergi.
Setelah lima tahun aku baru menyadari, kalau ternyata selama ini, aku hanya memperbodoh diriku sendiri.
Aku menyebutnya pintar, -berakting.
Siapa yang bisa menebak perasaan seseorang? Siapa yang dapat membaca seseorang itu sedang jujur atau tidak? Walaupun aku pintar, tapi aku tidak bisa meneliti perasaan seseorang, -jika aku mencintainya.
Tuan, kemarin kau bilang padaku bahwa, tidak ada yang harus aku risaukan tentang perasaanmu terhadapku. Kau meyakini apa yang kau rasakan ketika bersamaku, begitupun diriku -yang jujur, aku tidak pernah bisa berbohong soal perasaanku.
Tapi tuan, hari berikutnya kau tiba tiba saja bersikap berbeda seolah aku tidak pernah ada di daftar hidupmu sebagai satu sosok yang kau cintai. Jika berulang kali kau melakukan itu, pantaskah kalau aku tidak merasa risau?
Apa dengan diam dan memaklumi semuanya membuat semuanya baik baik saja? Kurasa tidak. Karena ternyata, hatiku menjadi masalah.
Kau tahu? Kenapa aku begitu antusias hanya karena kau berdiri disampingku saat tour masa SMA dulu? Apa kau juga tahu? Kenapa aku begitu ingin saat kau ajak foto bersama waktu itu?
Bahkan kau tidak pernah bertanya perihal perasaanku bukan? Tentang apa yang tidak aku sukai dari caramu berlaku? Tapi kupikir itu tidak penting saat aku sudah memilih untuk mencintaimu.
Aku adalah salah satu dari sekian persen wanita yang menerima apa adanya seorang pria yang dicintainya.
Sungguh, selama kita bersama, aku tidak pernah membenci apapun tentang dirimu. Baik ketika kau meninggalkanku. Baik rasa sakit yang kau berikan, aku tidak pernah membenci sama sekali.
Kau pun tahu tuan, bahwa berulang kali aku tetap terbuka dan menerima kehadiranmu. Dengan senang dan...
Ah..
Sesungguhnya aku sudah tidak ingin lagi berharap, tapi perlakuanmu yang tidak bisa ditebak itu yang membuatku jadi kembali terenyuh dan...
Bodoh? Teman temanku yang bilang.
Aku selalu mengatakan pada diriku bahwa, lebih baik aku ditinggalkan daripada meninggalkan.
Alasannya, kau pasti mengetahuinya.
Namun saat ini, sudah lewat dari lima tahun, aku malah memilih meninggalkan seseorang.
Bodohnya akuuu bahkan aku merasa meninggalkan.
Kata yang kurangkai menjadi kalimat tidak pernah cukup untuk mengatakan semua yang aku rasakan. Tentang yang pernah terjadi dan bermakna. Mungkin ini akan sampai, bisa juga tidak.
Banyak yang akan kukatakan, banyak juga yang akan aku simpan saja dan tidak pernah diketahui siapapun.
****
Aku tidak bisa mengatakan ini sebagai "meninggalkan".
Karena justeru, yang sudah meninggalkan itu engkau.
Sudah lama kejadian itu sejak kau memilih pergi dengan alasan yang hanya kau sendiri yang tahu. Walaupun kau sudah memberikan alasannya, tapi aku belum yakin kalau itu adalah alasan sebenarnya.
Tuan, kita memang rumit.
Makannya seringkali aku bilang pada diriku bahwa, kita tidak pernah ada, dan aku hanya mencintai orang yang salah. Karena semakin yakin diriku, semakin susah untuk kembali ke awal.
Susah untuk memahamimu.
Aku ingin sembuh dari luka yang kau berikan. Entah itu besar atau kecil, aku ingin sembuh.
Namun cara yang harus kulakukan ini mungkin sedikit alay.
Aku ingin kau tetap hidup meski dalam kenanganku, tapi aku tidak bisa membiarkanku hidup bersama kenanganmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
yang tersimpan
De TodoJangan tanya kenapa ini tercipta? Bukankah tidak semua hal mampu disimpan selamanya?