Happy Reading
Vee memandangi jalanan kota yang ramai akan hiruk pikuk kegiatan yang tak ada habisnya. Memandang kosong pada secangkir latte yang sudah mendingin, Vee menghela napas panjang. Dadanya sesak, sampai rasanya ingin menangis pun tak bisa.
Katakan saja Vee beruntung, karena kafe itu sepi pelanggan karena hanya ia dan satu orang yang ada berada yang cukup jauh dari tempat duduk Vee. Surat yang ia genggam dalam tangannya ia genggam semakin erat.
Tadi, saat ia kontrol rutinan ia diberi tahu kalau leukimianya sudah berada di stadium tiga. Vee termangu saat mendengarnya, tak bisa melakukan apa-apa selain merenung.
"Semesta, udah ya siksaannya? Vee capek," Vee tergelak sebelum mengatakannya
Tes
Darah kembali keluar melalui hidungnya, cepat-cepat ia menutup hidungnya menggunakan tisu dan segera pergi ke kamar mandi.
Lemas, pusing, yang Vee rasakan. Ia kembali ketempat duduknya mengeratkan sweter kesayangannya sesak kembali ia rasakan. Apakah ia akan segera dipanggil tuhan? Ah, Vee akan senang kalau begitu. Sudah lama ia menunggu-nunggunya.
Sore itu, rintik hujan mulai membasahi kota jakarta. Rintikannya membuat irama yang indah, dingin mulai menyergap saat angin berhembus seakan memeluk Vee yang sendiri.
Hujan mulai deras. Sampai hari mulai menggelap, Vee tak beranjak dari tempatnya, tetap duduk manis dengan latte panas yang baru dipesannya.
Semakin malam kafe itu malah makin ramai, banyak anak muda seumurannya pergi kesana untuk mengerjakan tugas ataupun hanya sekedar nongkrong melepas lelah dari kegiatan sekolah selama sehari penuh.
Vee disana yang sudah mulai bosan dan terganggu akan kebisingan kafe, akhirnya pergi dari sana. Berjalan tanpa arah, Vee menangis. Hujan yang belum sepenuhnya berhenti menemani perjalanan Vee yang tak tentu arahnya.
Sampai ia berhenti di depan halte bus yang sepi. Vee duduk disana, sekujur tubuhnya basah, tapi agaknya Vee tak peduli akan kondisinya yang basah, gelap semakin menelan Vee, dingin menyergapnya, angin berhembus cukup kencang membuat Vee menggigil kecil.
Ia lemas sekali sekarang, tertidur diatas kursi halte Vee mendekap dirinya sendiri. Walaupun tak membantu apa-apa setidaknya Vee tak takut, dirinya sudah terbiasa sendiri bukan?.
Pusing mengambil alih semua perhatiannya untuk tetap sadar.
"Sa..., jemput gue..." Lirihnya sebelum kesadarannya direnggut oleh gelap
Vee mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk ke kornea matanya. Melenguh beberapa saat sampai ia sadar, Vee berada di kamar apartemen nya. Lalu, siapa yang membawanya kemari?.
Tak ada yang tahu password apartemen nya itu, Vee mulai berpikir, mengingat-ingat, kalau sampai ia lupa tak sengaja memberi tahu orang lain.
Beberapa menit telah berlalu, Vee tak bisa mengingatnya. Dia yakin kalau ia tak memberitahu kepada siapapun.
"Siapapun yang nganter gue kesini, plis lupain aja!" Ucapnya sembari menutup mata dan menggenggam kedua tangannya
Tes
Darah lagi-lagi keluar di hidung Vee, segera ia kekamar mandi untuk membersihkannya. Mencuci mukannya dengan air, Vee melihat wajahnya yang sembab, rambut acak-acakan dan tak lupa hidung memerah. Vee terkekeh miris, dan menangis lagi untuk kesekian kalinya.
Mengambil tas yang tergantung di lemarinya, perempuan itu menghela napas. Entah berapa kali ia melakukan itu hari ini. Ia merasa hidupnya berat (?).
Hari ini adalah jadwal Vee cuci darah, tapi seperti biasa ia selalu mangkir dan absen dalam hal ini. Kalau ditanya, ia pasti akan menjawab 'ngapain juga gue ngelakuin itu? Hidup gue juga nggak lama lagi kok' ucapnya dengan senyuman tipis. Hati seorang mana yang tidak sakit mendengarnya?.
Berjalan keluar apartemen yang sudah ia tinggali beberapa bulan ini, Vee terkejut akan kehadiran Rara. Ya, Rara disini.
"Ngapain lo disini?" Tanyanya sambil mengerutkan alisnya heran. Jujur saja Vee kaget melihat Rara yang sudah disini
"Masa gue nggak boleh kesini sih?" Ucapnya sembari mengerucutkan bibir
"Yaudah, masuk." ap Vee sembari melangkah ke dalam
"Lo ngapain kesini?"
"Ya emang apa salahnya si Vee? Orang gua juga gabut dirumah kagak ada yang dikerjain," ucapnya santai
Mengehembuskan napas panjang, Vee berjalan ke pantry mengambil beberapa snack dan minuman.
"Nih."
"Waduh, makasih lohh. Lo emang perhatian sama gue, hahaha" ucapnya senang sembari mencomot salah satu snack yang Vee bawakan
"Vee,"
"Hm?"
"Lo gak akan pergi kan?"
Vee menoleh, dan mendapati sahabatnya itu bergetar dan matanya berkaca-kaca.
"Lo gak pergi kan?" Ulangnya, tapi kali ini lebih lirih. Vee tau ada getaran yang ditahan oleh Rara
Tersenyum manis, Vee merengkuh pudak yang bergetar itu, mebisikan kata penenang, kalau semua akan baik-baik saja. Tapi ia juga tak yakin semuanya akan baik-baik saja.
Suasana mendadak hening, hanya ada napas dua orang yang berhembus teratur. Rara mendongak dari tundukannya, mendapati Vee menunduk dalam.
"Lo gak boleh pergi, tetep disini sama gue, ya?" Pintanya, ada rasa memohon dalam kalimatnya
Vee lagi-lagi tersenyum tanpa menjawab kata memohon dari perempuan diseberangnya itu. Hanya menatap mata mata hazel Rara sembari tersenyum.
"Berhenti senyum seolah nggak ada apa-apa Vee!! Berhenti ngomong lo baik baik aja!! Lo bisa cerita ke gue!!" Bentak Rara
"Ngomong kalo lo ngga baik-baik aja, gue ada disini, selalu." Ucapnya dengan suara bergetar dan lirih
"Gue tau, lo selalu berusaha ngertiin gue. Lo selalu ada disamping gue. Dan gue berterimakasih banget sama lo. Tapi bukan ini yang gue mau, gue cuma nggak mau dikasihan kayak gini Ra. Sakit Ra, ngeliat orang yang ngebantu gue semata-mata cuma karena kasihan. Gue nggak mau diginiin Ra, gue nggak mau dikasihanin.."
"Lagipula hidup gue juga nggak lama lagi, gue bakal mati." Ucapnya sembari tersenyum getir, dan air mata membanjiriri pipinya tiada henti
"Stop ngomong lo bakal mati Vee!!" Geram Rara
"Lo bakal sembuh, lo nggak bakalan mati, lo akan selalu disamping gue!! Jadi stop ngomong gitu!"
"Percuma Ra, seberapapun usaha yang gue lakuin, cuma ngebuat hati gue sakit dengan kenyataan, nggak ada progres yang signifikan. Semua yang gue lakuin cuma buat gue makin sakit."
Sepertinya memang tak ada harapan untuk gadis dengan rambut sebahu itu.
TBC
HUAAA AKHIRNYAA BISA LANJUTIN CERITA INI😭😭, YA WALAUPUN AKU SEDIKIT LUPA ALURNYA, HAHA. BUT ENJOYING THIS STORY GUYS!!
KALO TYPO TANDAIN OKE?
KAMU SEDANG MEMBACA
B U N G E E
Teen FictionSemua orang berhak mempunyai keluarga, dan mendapatkan kasih sayang. Namun sepertinya semua itu hanya mimpi bagi Veeniera Madhanu, seolah semesta pun tak mengijinkannya untuk bahagia. Sampai laki-laki itu datang, hidup Vee berubah 360 derajat berbe...