11

12 8 0
                                    

Happy Reading

"Kamu boleh nggak percaya sama saya, tapi bukannya sudah jelas bukti yang ada disini?"

Menghela napas, Vee menutup wajahnya. Tak habis pikir ia akan bertemu orang yang mengaku sebagai kakak laki-lakinya, bahkan bukti tes DNA pun ada ditangannya.

Pulang sekolah, ia dikejutkan oleh orang yang berdiri didepan tempat tinggalnya itu, dengan perasaan was-was mempersilakannya masuk, sampai laki-laki itu mengaku sebagai saudara Vee. Siapa yang tak terkejut dengan hal ini? Apalagi orang yang mengaku sebagai kakaknya itu membawa tes DNA. Tapi dari mana ia mendapat hasil tes DNA itu?.

Sedari tadi Vee hanya diam mendengarkan orang didepannya ini berbicara panjang lebar, menjelaskan bagaimana ia tahu dan bertemu dengan adiknya yang tak lain adalah Vee. Vee yang mendengarnya agak tak yakin dengan perkataannya.

Dia juga mengaku dia adalah dalang dari uang yang selama ini Vee gunakan untuk memenuhi kebutuhannya juga, ia mengaku sebagai orang yang membayar biaya rumah sakit milik Vee. Kalau begitu, apakah orang yang mengaku kakaknya ini sudah mengetahui penyakit yang dideritanya?

Orang yang mengaku sebagai kakak laki-lakinya itu memperkenalkan diri dengan nama Arsendra Dewangga.

"Terus gue harus percaya sama lo?" Tanya Vee setelah hening diantara mereka. Memang kata lo-gue memang tak sopan tapi orang ini tampak biasa saja dengan itu

"Saya sudah bilang kan? Kamu boleh percaya atau tidak tapi kamu akan tetap saya bawa tinggal dirumah saya. Juga, untuk penyembuhanmu." Jelasnya. Ah, ternyata ia sudah tau ya? Akan berapa banyak orang lagi yang akan tau tentang penyakitnya? Akan berapa banyak orang lagi yang akan menatapnya prihatin?

"Kemana lo selama ini? Kenapa nggak nemuin gue langsung? Kenapa lo biayain hidup gue? Kenapa lo peduli sama gue?!" Tanya Vee beruntun dengan napas tak beraturan

"Bukannya gue cuma anak haram yang nggak diharapkan dan jadi perusak keluarga ya?" Arsen sadar jika mata tenang itu berusaha tak meluncurkan bening air mata, Arsen juga tau bibir itu menahan isakan

Suara bergetarnya membuat Arsen merasa merasa bersalah berkali-kali lipat karena tak menemui adiknya itu. Ada banyak sekali alasan untuk ia tak bertemu langsung dengan adiknya, faktor tuntutan bekerjanya yang menjadi masalah.

"Kenapa kak?" Tanya Vee tercekat, sesak yang sekarang Vee rasakan lebih sakit dari penyakitnya itu

Suara panggilan itu sudah lama sekali tak Arsen dengar, berapa tahun ia tak mendengar bahkan melihat pertumbuhan adiknya itu? Adiknya kini menjadi gadis yang dewasa, mandiri, dan kuat.

Menunduk dalam Arsen meminta maaf sambil menggenggam jari-jari tangan pucat adiknya yang kutus "Maaf, maaf kakak nggak nemuin kamu langsung, ada banyak sekali yang harus kakak ceritakan, dan pertanyaanmu itu akan kakak jawab, tapi bukan sekarang. Sekarang Vee harus fokus buat kemoterapi oke? Mau kan Vee?"

Tanpa sadar bening air mata Vee menetes, semakin deras dengan diikuti oleh isakan kecil yang tertahan. Vee menunduk dalam, Arsen merengkuh tubuh rapuh adiknya, memberikan usapan pada punggung. Hangat. Itulah yang Vee rasakan, apakah ini yang dinamakan bahagia?








Hari ini, Vee pindah dari apartemennya ke perumahan yang tak jauh dari sekolahnya juga. Sebenarnya Vee sudah membujuk agar kakaknya itu yang tinggal bersamanya, tapi nihil ia tak mendapat apapun bahkan mendengarkan permintaannya saja tak mau.

"Vee, ayo berangkat kakak udah masukin barang-barang kamu." Ajak Arsen pada adiknya sambil berjalan

Menatap pintu apartemen nya Vee menghela napas, "kak, gue boleh nggak tinggal lebih lama disini?" Cicit Vee

Menaikkan alisnya, Arsen berjalan lebih mendekat ke adiknya. "Kalo keadaan lo nggak kayak gini, kakak lo ini pasti bolehin lo. Tapi lo lagi nggak enak badan Vee, jadi lo harus tinggal sama gue," Jelas Arsen dengan pelan

"Kalo lo udah sembuh, lo boleh lakuin apa aja yang lo mau. Tapi syaratnya lo harus sembuh, oke?"

Terkekeh pelan. Lagi dan lagi, orang terus menatapnya kasihan akan penyakitnya.

Menghela napas kembali, "Oke," Jawabnya singkat sambil menghadap kakaknya, memandang mata tajam kakaknya yang hangat saat bersamanya.

"So, ayo pulang." Ajak Arsen sambil tersenyum dan menggandeng jari pucat sang adik

Lagi, Vee bersyukur saat dirinya berada dititik terdalam kegelapan, ada orang yang membantunya memberikan setitik cahaya untuknya. Ya, itu adalah Arsen, seseorang yang ia tunggu kedatangannya dari dulu.









TBC

HALOO KEMBALI, GIMANA? SUKA SAMA PART INI? MAAF DIKIT

PENCET BINTANGNYA PLEASEE

OH IYA AKU JUGA MAU BILANG, PART SETELAH INI ADALAH MASA LALU DARI ARSEN YANG JANJI SAMA ADEKNYA VEE. UPS KETEKAN SPOILER DEH

SO, JANGAN BINGUNG BUAT PART SELANJUTNYA SETELAH AKU BILANG YANG DIATAS, OKE??

BYE

B U N G E E Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang