Happy Reading
Terlihat kedua orang tuanya itu panik mencari alasan yang tepat. "Arsen sayang, kamu udah pulang?" Tanya sang bunda gugup
"Seperti yang bunda lihat."
Menatap bergantian manik kedua orang tuanya, menghela napas pelan, "Arsen tanya, anak itu siapa ayah?" Tanya Arsen dengan tenang
Hanya hening yang didapat Arsen, menghela napas Arsen bertanya dengan putus asa, "itu adik Arsen kan?"
Tampak kedua orang tua Arsen mendadak gelagapan dan menunduk, Arsen yang mencoba untuk tenang berkata, "selama ini Arsen cari Vee, tapi nggak ada pentunjuk yang pasti. Arsen pulang malem bukan buat main-main kayak yang ayah bilang, tapi Arsen cari Vee.
Bunda juga, saat Arsen tanya tentang Vee bunda terus-terusan menghindar. Seolah Vee nggak penting dan nggak pernah ada dikehidupan kalian!kenapa?""Kalian bener-bener nggak punya hati sampai nelantarin Vee!" Ucap Arsen marah. Ia kelepasan saat ini, tak bermaksud membuat kedua orang tuanya sakit hati
Plakk
Ayah menampar Arsen. Lagi. Kepala Arsen sampai tertoleh ke samping saking kerasnya tamparan sang kepala keluarga itu.
"Mas maksud kamu apa?!!" Teriak bundanya tak terima saat anaknya diperlakukan seperti itu
Arsen terkekeh kecil, ia sudah terbiasa dengan tamparan ayahnya itu. Menolehkan kepalanya kepada sang keluarga yang dipenuhi amarah, Arsen menatap mata ayahnya dingin.
"Keluar kamu dari rumah saya!"
Perintah nya sambil berjalan naik ketangga yang ada disampingnya"Mas??!!!" Seru bunda tak terima
"Saya juga akan keluar tanpa anda suruh." Menatap sebentar pada bundanya yang menangis meminta sang suami agar menarik kata-katanya kembali, namun seperti biasa suaminya itu tak mengidahkan dan terus berjalan ke arah kamarnya.
Hati Arsen berdenyut kala melihat bundanya seperti itu, berjalan agar lebih dekat dengan orang yang telah melahirkannya itu. Bunda langsung memeluk Arsen dengan erat seolah Arsen tak boleh pergi darinya.
"Maaf bunda, Arsen harus pergi." Sambil melepaskan pelukannya, menghapus air mata yang mengalir deras di pipi bundanya
"Arsen..." panggil ibunya pelan, namun Arsen benar-benar sudah bertekat untuk keluar dari rumah ini- sebelum sang ayah mengusirnya.
"Arsen janji, akan nemuin Vee"
Bundanya yang mendengar itu tampak menahan tangis agar tak keluar. Mengangguk cepat, "iya, Arsen. Kamu harus menemukan adikmu, jangan sampai dia menderita lagi.." dia mengelus wajah tampan sang anak, dan membiarkannya pergi.Berjalan keluar dari rumah yang ditempati dari ia lahir, Arsen menghela napas meyakinkan dirinya semua akan baik-baik saja, dan bertekat untuk mencari Vee sampai mereka bertemu lagi.
Menaiki mobil yang ia beli sendiri dengan sedikit bantuan bundanya itu. Mobil Arsen keluar dari pekarangan rumahnya.
Gerimis mulai turun, membasahi bumi yang mulai menua karena ditinggali manusia, bau tanah basah mulai menguar, angin berhembus pelan menambah sejuk udara. Arsen menghela napas ia sudah berada di tingkat terakhir pada masa kuliahnya, yaitu menunggu wisuda. Wisudanya tinggal menghitung minggu, ia yakin pasti orang tuanya tak ada yang datang untuk melihatnya berdiri dia atas mimbar untuk kesan dan pesan menjadi pararel satu di fakultasnya pada angkatan tahun ini.
Tapi tak apa, Arsen yakin ia bisa melakoni semua nya sendiri.
Tahun berganti, Arsen mulai bekerja pada suatu perusahaan yang cukup tinggi kedudukannya di kanca internasional. Melakoni pekerjaannya dengan taat, beberapa bulan ia diangkat menjadi sekertaris perusahaan tersebut. Butuh banyak waktu, tenaga dan perhatian untuk mencapai tahap itu. Akan tetapi Arsen sangat bersyukur untuk itu. Dengan ia menjadi sekertaris, ia bisa membuka usaha kecil-kecilan dengan mendirikan cafe di pinggir ibukota yang sekarang sudah menyebar cabang-cabangnya diberbagai tempat.
Cukup sukses dalam bidang usaha, tak membuat Arsen berhenti menjadi sekertaris di perusahaannya itu. Tetap menjalankan kewajiban bekerjanya dan menunaikan tekatnya yang sudah lama ia harapkan. Ya, bertemu adiknya Vee.
Bulan-bulan terus berganti, Arsen mulai mendapat pencerahan dari petunjuk yang diberikan oleh orang suruhannya. Adiknya tinggal di salah satu apartemen yang ada di ibukota, Arsen bersyukur setidaknya adiknya bisa tidur dengan nyaman. Tapi tetap saja Arsen merasa khawatir sebelum bertemu Vee.
Hari ini, hari yang Arsen tunggu. Hari dimana ia akan bertemu adik kecilnya itu, berjalan memasuki lobi apartemen dengan tes hasil DNA yang sebelumnya ia dapat dari sempel rambut adiknya itu- tentu saja ia mendapatkannya secara diam-diam. Senyum tipis di wajahnya membuatnya semakin tampan. Ia senang- sangat senang, sekian lama tak bertemu, jantung Arsen berdetak lebih cepat dari biasanya. Ah, rasanya mengalahkan orang yang sedang kasmaran.
Menghitung nomor kamar apartemen yang dilewatinya. Arsen gugup. Demi tuhan, ia sangat merindukan adiknya itu ia bingung, bingung untuk mengatakan apa, haruskah ia peluk adiknya atau bagaimana? Sambil terus berjalan, Arsen memikirkan skenario yang terpikir di dalan kepalanya.
Sampai maniknya melihat nomor kamar yang ia ketahui adalah kamar apartemen adiknya itu, langkah kaki jenjangnya berhenti, Menatap pintu yang terkunci. Pukul 2, waktu berjalan begitu cepat sebentar lagi- sebentar lagi Arsen akan bertemu adiknya. Hahh, Arsen jadi tak sabar.
15 menit berlalu, Arsen mendengar langkah pelan orang yang mendekat, ia yakin itu adalah adiknya Vee. Arsen yakin!!.
"Maaf cari siapa?"
Suara itu.
TBC
HALOO FLASHBACK ARSENNYA BERHENTI DISINI YAA
MAAF KURANG MEMUASKAN SOALNYA AKU BURU BURU NULIS PART INI, JADI TOLONG DIMAKLUMI YAA🤗🤗
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN
BYE
KAMU SEDANG MEMBACA
B U N G E E
Teen FictionSemua orang berhak mempunyai keluarga, dan mendapatkan kasih sayang. Namun sepertinya semua itu hanya mimpi bagi Veeniera Madhanu, seolah semesta pun tak mengijinkannya untuk bahagia. Sampai laki-laki itu datang, hidup Vee berubah 360 derajat berbe...