[AU] STAY TONIGHT
๑۩۞۩๑
Yor tahu, melibatkan Anya ke dalam masalah mereka tidak dibenarkan. Selain Yuri, Anya sudah sepantasnya menjadi tempat terteduh yang tidak dapat digantikan oleh siapa pun. Jika saja dia tidak bermasalah dengan Loid, sudah pasti Loid adalah tempat di mana dia harus menceritakan semua masalahnya.
Anya meletakkan secangkir teh untuk ibunya. Eden memiliki asrama yang ramah di mana orangtua boleh menginap. Dan, mereka dengan senang hati mengizinkannya, apalagi ketika Anya salah satu dari Cendekiawan; murid teladan, dan tidak hanya mengandalkan prestasi; dia salah satu murid ideal yang pantas menjadi contoh murid lainnya di Eden.
Lebih serius, Anya mencoba mencermati ibunya. Wanita itu tidak sedang sedih, juga tidak sedang berbunga-bunga. Sulit bagi Anya untuk menilai apa yang sebenarnya terjadi. Apa ini ada kaitannya dengan ayahnya? Padahal hidup lebih dari sepuluh tahun, orangtuanya tidak pernah sekalipun menunjukkan beda pendapat, apalagi bertengkar. Bagi Anya, ini sesuatu yang baru.
Anya tidak tahu harus mulai dari mana. Dia hanya menyesap tehnya, menunggu ibunya membicarakan sesuatu yang mungkin saja ini tentang masalah dia datang kemari malam-malam sekali.
"Ibu boleh menginap di sini?"
"Bukan tidak mengizinkan ibu ada di sini, Anya hanya ingin tahu apa yang sedang terjadi. Anya merasa ibu dan ayah bertengkar, tetapi bisa saja firasat Anya salah."
Yor menggenggam cangkir tehnya, melonggarkan genggamannya kemudian karena dia takut membuat cangkir tersebut rusak. Cangkir itu adalah cangkir klasik favorit Anya, jadi dia tidak boleh sembarangan untuk menghancurkannya hanya karena dia bingung bagaimana menjelaskan semua masalah itu kepada putrinya.
Bagi Anya, Yor adalah ibu yang perhatian. Wanita itu tahu segala tentangnya, walaupun Yor bukan ibu kandungnya. Anya sudah tidak peduli siapa ibu kandungnya. Ia merasa bodoh, tapi itulah bagian terbaiknya. Anya menganggap ketidaktahuannya akan berarti bagi Yor ataupun Loid, ayahnya.
"Ibu, kenapa tidak mau cerita?"
"Tidak ada yang perlu ibu ceritakan kepada Anya," kata Yor, mengalihkan tatapannya ke arah jendela. "Jika ini disebut bertengkar, maka mungkin memang benar. Tidak ada pasangan yang tidak bertengkar."
"Sejak kecil Anya dan Damian juga bertengkar. Sampai sekarang kami masih melakukannya. Anya tahu, pertengkaran tidak pernah bisa dihindari." Setelah mengatakan hal itu, Anya menyesap tehnya dengan anggun. Akan tetapi, pandangannya masih tidak bisa dialihkan dari ibunya yang terlihat gundah. Anya menunggu, menunggu, dan menunggu, sampai ibunya benar-benar mau cerita.
"Anya, jika ibu dan ayah bercerai—" Anya sama sekali tidak terkejut mendengar itu. Sebagian anak di luar sana akan menangis begitu mendengar orangtuanya akan berpisah. Tapi bagi Anya, dia merasa kapan pun ibu dan ayahnya akan berpisah tanpa dia sadari. "Anya, maafkan ibu sudah mengatakan hal itu kepadamu."
"Ayah tidak akan pernah mengizinkan ibu pergi darinya," kata Anya, masih tenang di tempat duduknya. "Ayah menyukai ibu, dan mungkin mencintai ibu. Kalian sudah hidup selama 10 tahun, Anya merasa aneh kalau kalian tidak saling mencintai. Jadi, ibu yang tidak menyukai ayah? Atau, ibu sudah memiliki seorang kekasih?"
Yor terkejut saat Anya menuduhnya seperti itu, mengingatkan pada Loid yang tadinya mengatakan padanya; bahwa dia memiliki seorang kekasih. "Apa ayah membicarakan sesuatu bersamamu?"
"Tidak."
Yor terdiam, mencari tahu sendiri apa yang disembunyikan oleh Anya.
"Ibu, Anya tahu segalanya. Beginilah Anya," anak itu tersenyum, sementara Yor membalas tersenyum pula. "Anya tahu apa pun itu, tapi Anya tidak ingin bertanya dari semua hal yang Anya ketahui."
"Katakan pada ibu, Anya," ujar Yor. "Apa yang harus ibu lakukan."
"Anya tidak tahu, semua keputusan bukankah ada pada ibu?" tidak dapat dipungkiri, bagi Yor, keputusan-keputusan yang sudah dia pikirkan terasa sulit untuk sekadar dia ungkapkan. Ia hampir tidak punya waktu atau memang tidak pernah ingin memberitahu siapa pun, bagaimana perasaannya kepada Loid. "Ibu, ayah bukan orang yang hangat, tetapi dia berusaha untuk melakukannya."
Anya tidak salah. Yor dapat merasakannya, Loid tidak pernah berhenti untuk berusaha menjadi kepala rumah tangga yang baik di tengah mobilitas pekerjaannya yang bisa dibilang membutuhkan banyak tenaga serta waktu. Di tengah-tengah semua keterbatasan menjadi sosok yang sempurna sebagai ayah, Loid melakukannya, dan berhasil menjadi panutan bagi Anya.
"Anya tidak akan pernah mencegah ibu bercerai dari ayah. Ibu berhak memiliki kehidupan cinta yang baik ketimbang hidup bersama ayah, yang mungkin, pria seperti ayah tidak terlalu romantis," Anya terkekeh, meskipun hatinya tiba-tiba dipenuhi oleh ketakutan, jika ibunya memilih perpisahan itu. "Anya sudah besar. Anya sudah jadi mandiri sekarang. Jadi, jangan khawatirkan Anya."
Yor tersenyum memperhatikan Anya. "Ibu ke sini bukan ingin meminta persetujuan Anya dalam perceraian. Ibu hanya tidak tahu apa yang harusnya ibu ceritakan kepadamu. Maafkan ibu, Anya," Anya menggelengkan kepala, bibirnya masih tersenyum. "Ibu tetap Mrs. Forger."
๑۩۞۩๑
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY TONIGHT [LOID X YOR] ☑
FanficTidak ada alasan bagi Yor untuk bertahan dalam lingkup hubungan yang menurutnya terbentuk tanpa cinta. Jika bukan karena Anya, perempuan seperti Yor jelas tidak ingin terlibat dalam kehidupan duda anak satu; yang memiliki rencana tak terduga di luar...