Di malam yang gelap juga sunyi, disuatu rumah dua orang berseteru, yang lebih kecil meringkuk ketakutan. Keadaan semakin mencengkam saat salah satunya melempar barang hingga pecah terbelah dua.
Meskipun sudah terbiasa dengan situasi ini, namun si kecil sudah muak dan lelah, ia ingin semua hal ini segera berakhir dan ia dapat menjadi seseorang yang normal merasakan masa kanak-kanak yang menyenangkan.
Di dewasakan oleh keadaan dan lingkungan membuat si kecil tak takut apapun lagi, dia tidak takut jika lagi-lagi ia mendapat pukulan di tubuhnya hingga lebam atau lebih parahnya lagi sampai pingsan, ia sudah sangat terbiasa akan hal itu.
Menutup diri sendiri dari luar, ia berjuang menahan rasa sakit fisik juga mental nya yang terus menerus menerima benturan keras dari luar.
Dan disini ia ingin menceritakan masa kecilnya, yang tersita oleh perseteruan pernikahan orang tua nya yang terancam karena perjodohan yang dipaksakan.
Dari Cezar, untuk semuanya.
***
Seorang anak laki-laki melangkah keluar rumahnya, berjalan santai menuju sekolah dasar dan bersikap cuek saat ada yang menyapanya.
03, Januari 2005.
Hampir seminggu gips yang melekat di tangan kiri nya, mungkin saat pulang sekolah ia akan melepasnya karena terasa pegal dan mengganggu.
Oh! Jangan lupakan luka baru di betis nya yang untung saja sekolahnya menggunakan celana panjang sehingga luka besar itu dapat tertutupi.
Dari kejauhan seseorang memperhatikan nya, berjalan mengikuti nya kemudian mensejajarkan langkahnya.
"Selamat pagi!"
Anak laki-laki itu terkejut, mengelus dada nya kemudian kesal, "jangan merusak pagi ku."
"Siapa yang merusak pagi mu? Aku hanya menyapa." balas gadis itu tidak terima, ia melirik tangan kiri anak laki-laki itu.
"Kapan benda itu akan di lepas? Aku ingin menggandeng tanganmu."
Cezar, anak laki-laki tersebut mendengus kesal, "Tidak akan."
Mengapa gadis itu tidak menggandeng tangan kanan nya saja? Alasannya, karena Cezar melarang dirinya menyentuh tangan kanan nya sama sekali dan itu menimbulkan rasa penasaran yang berkepanjangan.
'Anak aneh.' batin Semi, meskipun ia mengatai Cezar aneh tapi ia tetap mau menjadi teman satu-satunya di sekolah dasar.
Catat, satu-satunya.
Jadi, siapa yang aneh disini?
Setelah melewati jam-jam yang membosankan, Semi keluar dari kelasnya bersama para murid yang berhamburan keluar kelas menuju kantin.
Namun bukan kantin tujuannya.
Kelas 5-C.
Kelas dimana terdapat teman nya yang tidak memiliki teman atau lebih tepatnya tidak ingin memiliki teman.
Mata nya menelisik, mencari objek yang dicarinya hingga ia menemukan seorang anak laki-laki yang duduk di pojok ruangan, sepi, hampa dan terasa dingin.
Ia langsung duduk di kursi kosong sebelah teman nya itu, membuat sang pemilik tempat mengangkat alisnya, "sedang apa?" tanyanya singkat, benar-benar menjengkelkan, Semi tidak menjawabnya melainkan langsung membuka kotak bekal yang dibawa nya.
Dua buah sandwich.
"Ambillah, tidak ada alasan bagimu untuk menolaknya. Aku tahu kau belum sarapan tadi pagi." ucap Semi seraya menaruh satu sandwich isi cokelat dan pisang itu di tangan Cezar.
"Sok tahu, anak kecil."
Setelah mengatakan hal itu, ia tetap memakannya sampai habis bahkan menjilat selai yang tertinggal di tangannya.
"Itu buatanku, aku akan membuatnya lagi besok." Semi menutup kotak bekalnya, melambaikan tangannya pada Cezar dan meninggalkan nya sendiri lagi di pojok ruangan, menuju kelasnya sendiri.
"Pantas saja."
"Apa?"
"Tidak enak."
Bug!
Semi memukul lengan Cezar perlahan, sang empu nya meringis kemudian menghela napas, tersenyum singkat kemudian kembali mengendurkan senyumnya.
Sementara Semi berharap dikelas akhir nanti ia dapat sekelas dengan Cezar sehingga dirinya tidak perlu repot-repot bolak balik dari kelasnya ke kelas Cezar.
Sebenarnya melelahkan, tapi entah mengapa Semi menyukai nya dan akan terus berbagi bekal dengan Cezar yang buta jam makan, dan sering sakit.
Terlihat sederhana namun bermakna, itulah arti kehadiran Semi di hidup Cezar yang sedikit memberikan warna pada hidupnya yang terlalu abu-abu.
***
"Aku pulang-aw."
Lagi, dan lagi.
Ia kembali menginjak pecahan beling bukan lantai kosong mulus seperti rumah kebanyakan, kali ini pecahannya agak besar, sepertinya sasaran nya kali ini adalah mangkuk besar sup.
Ah sudahlah, daripada membuang waktu membiarkan darah mengalir dari kaki nya, ia segera menuju kamarnya. Membersihkan luka nya, membersihkan diri kemudian belajar.
Tak ada yang sulit, namun mereka tidak pernah merasakan hidup dan tumbuh di kehidupan seperti Cezar.
Bersikap bodoamat bahkan pada dirinya sendiri, sudah banyak luka ditubuhnya, entah yang kering ataupun yang basah, Cezar rasanya sudah mati rasa, ia tak merasakan apapun saat ada luka baru ditubuhnya.
Terutama dihatinya, jika digambarkan dalam bentuk yang lebih jelasnya, ada luka menganga lebar dan sulit ditemukan obat atau penawarnya.
Ia membuka lengan kanan nya yang terbebas dari gips, mendengus melihat luka yang sudah sedikit kering kembali menjadi basah karena sedikit dipukul oleh Semi tadi siang.
Tapi tak apa, luka ini tidak ada artinya.
Sebelum tidur ia merenung, bersiap untuk besok dan mimpi buruk malam ini.
Cezar menutup matanya, membayangkan sesuatu yang indah yang mungkin hanya menjadi angannya saja.
***
Untuk cerita pertama ku aku gak bisa ngucapin apapun selain kritik dan sarannya ya! Aku menerima bentuk komentar apapun itu asalkan tidak mengandung unsur SARA, selebihnya bakal aku jadiin pembelajaran di bab selanjutnya.
Enjoy!
Terima kasih, salam literasi.
- haecuanki---
© haecuanki, 2023

KAMU SEDANG MEMBACA
DARI CEZAR ; zhong chenle
ChickLit[Sinopsis] Mencari sosok yang hilang tak semudah membalikkan telapak tangan, jika harus menginjak beling saat mencari sosok itu, maka aku rela untuk terluka. *** Untuk cerita ini adalah pure ideku sendiri tanpa menjiplak ataupun meniru karya orang l...