Hal-hal aneh

5 0 0
                                    

Saat tiba di rumah aku langsung memberi belanjaan ku kepada ibuku dan ke kamar. Tidak, aku tidak berniat menelpon Kei seperti yang dahulu-dahulu. Aku membantingkan diriku di kasur dan menatap langit langit kamar sambil menghela nafas. Memikirkan kejadian tadi, tentunya. Mengapa dia bisa menggemaskan seperti itu? Ini tidak mungkin kebetulan, dalam sehari aku bertemu dengannya 2 kali selama bertahun-tahun ini. Aku senang ia terlihat sehat.
...

Ternyata aku ketiduran setelah melamun memikirkan kejadian tadi malam.
"Anie? Kok bengong? Cepat selesain sarapannya, hari ini berangkat barengan sama Ayah" Ibu mengerutkan dahinya heran sambil melihatku dengan seksama.
Aku gelagapan menghabiskan sarapan. Sesampai di sekolah pikiranku tidak bisa teralihkan, bahkan di pelajaran pertama tadi, Bahasa Inggris, pelajaran favoritku yang seharusnya aku aktif dan tidak linglung.

"Aku tonjok kamu" Kei bahkan tidak perlu menduga mengapa dan siapa yang membuatku seperti ini terkadang aku lebih takut padanya daripada ibuku.
"Kei serius kamu perlu tau kronologinya"
Sangkal ku berbisik karena ini sudah memasuki pelajaran sejarah dengan guru super killer.

"Enggak, Anie aku capek dan aku udah tau pasti tentang si dia kan, kenapa? kamu ketemu dia lagi setelah itu?" Sudah kuduga dia seperti pengintai.
"Engg- iya, tadi malem di supermarket." Mendengar jawabanku yang kurang memuaskan Kei memutar bola matanya dan berlagak kesal.

"Tapi Kei, ga itu aja, aku temenin dia beli kado adiknya yang ulang tahun. Terus.. dia juga kekurangan duit pas di supermarket jadi aku bayarin sedikit. Terus dia bilang "Terimakasih" nya itu gemesin banget kmu harus tau Kei!-"
Gubrak!
hentakan meja dari meja guru tentunya, yang sedang memperhatikan ku bersama seluruh teman sekelasku sedari tadi.

"Anie, siapa pacar barumu hah? Ternyata anak kutu buku bisa juga jatuh cinta sama pria asli ya, siapa tadi? Yang menggemaskan itu? Dikelas ini ga? Ibu kepo." Seluruh murid di kelas menyoraki ku dan tertawa.
"Berisik kalian semua! Anie, keluar kamu, saya gak mau anak murid terbuyar fokusnya!"

Aku menghela nafas, sungguh menyesal mengapa aku begitu antusias? Mengapa aku selalu penuh rasa suka? Aku membenci aku yang tidak bisa menahan perasaanku ini.
Aku keluar dari kelas itu, aku melihat Kei dengan rasa bersalahnya, tapi sudahlah Kei, aku pernah menertawaimu saat pelajaran olahraga kok.
Aku duduk di kursi koridor melamun entah apa yang kupikirkan.

"Hei, dihukum ya?" Sosok pria yang lebih tinggi dari ku —sepertinya anak kelas sebelah—tiba duduk disampingku.
"Kenapa? Kamu di hukum juga?" Tanyaku.
"Wah jutek banget, iya sih aku di hukum. Berarti  sekarang kita berdua di hukum."

Jawabnya cengar-cengir sendiri. Suasana mendadak menjadi canggung karena aku tidak menjawab perkataannya. Aku tidak tahu siapa bocah yang sedang duduk di sampingku ini.

"Kamu dihukum karena apa?" Tanya nya.
"Karena berisik" jawabku singkat. "Serius? Katanya kamu orangnya 'nerd' gitu terus kutu buku, jarang ngomong juga katanya"  Ingin sekali meremas mulutnya agar diam namun cctv ada di segala sudut sekolah. Dan aku tidak mau menjadi kriminal pertama diangkatan yang suci ini.

"Katanya, kan? Walau sebagian bener, hari ini aku emang agak aneh aja." Entah kenapa aku perlu menjawab panjang lebar seperti ini, padahal aku sangat kesal kepadanya.

"Oh gitu... agak aneh kenapa? Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu selama ini? " Tanyanya sedikit menunduk menatapku. Meskipun biasanya aku yang selalu menunduk saat berbicara dengan seseorang.
"Oh iya ada, tapi kayaknya kamu ga perlu tau deh, gak penting juga" Jawabku ketus.
"Iya ya, kayaknya yang boleh tau cuma anakmu yang selalu nempel itu kan" Balasnya tertawa pelan dengan wajah iseng.

"Kok tahu? Kayaknya kamu tau sedikit terlalu banyak tentang aku dan anakku deh?" Jawabku sarkas. Sudah terlalu banyak yang mengejek kami—aku dan Kei— sebagai ibu dan anak, belum tahu saja mereka ibu sebenarnya adalah Kei.

"Aduh aku capek ketawa nih, Anie" Jawabnya sambil menahan tawa.
"Oke, jadi kamu tahu namaku sekarang?"
Tanyaku heran, aku bahkan baru tahu dia ada di sekolah ini beberapa menit yang lalu.
"Iya dong, aku kan suka sama kamu sejak kelas 10" Jawabnya santai. Kami saling bertatapan beberapa detik lalu bel berbunyi dan ia pergi.

Mulutku menganga tanda syok, apa yang sedang terjadi? Semua begitu membingungkan dan aneh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

5'7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang