Tahu gak guys. Aku udah ngumpulin cerita ini sampai 22 chapter loh...
22!!
Siapa yang gak sabar coba?!🗿
CHAPTER 02: KAMPUS FAVORIT.
••••
Pukul 8 pagi Aelin dipanggil oleh atasannya untuk segera ke rumah sakit. Atasanya bilang jangan sampai telat, dan Aelin akan menjadi panik tiba-tiba saat ada seseorang yang bilang seperti itu. Hidupnya seperti di tuntut. Namun, ini pertama kalinya atasan menyuruh agar cepat sampai.
Aelin menyiapkan perlengkapan sebelum berangkat ke rumah sakit. Aelin membawa plester bertema love seperti biasa. Karena Aelin sendiri tak jarang menemukan anak kecil terluka di jalan entah karena terjatuh dari sepeda atau karena jatuh dari ayunan.
Pagi ini taksi banyak berkeliaran di jalan sebab banyak sekali anak sekolahan yang membutuhkan jasanya. Seperti Aelin contohnya. Aelin tidak punya kendaraan. Ia hanya punya sepeda gunung pemberian almarhum Ayah satu tahun sebelum Ayah meninggal. Itu pun sebab Ayah kasihan pada Aelin yang pulang pergi jalan kaki ke kampus.
Keluarga mereka tidak miskin, tidak kaya pula yang mana bisa disebut sederhana dan apa adanya. Rumah Aelin tidak bertingkat. Hanya saja bergaya jaman dulu tahun 90 an seperti rumah-rumah Belanda saat jaman penjajah.
Saat sampai di parkiran rumah sakit Aelin berlari kecil ke dalam. Tibanya di ruangan atasan Aelin membungkuk padahal ia tepat waktu. "Maaf pak,"
"Selamat pagi dokter Aelin."
"Pagi Pak. Gimana kabar anak bapak? Katanya sakit ya?"
"Sudah sembuh kemarin. Syukur karena ibunya pun seorang dokter."
Aelin terkekeh. "Itu juga alasan saya ingin menjadi dokter."
"Bagus. Bisa bermanfaat buat orang sekitar right?"
Direktur rumah sakit Cempaka tersenyum. Lalu ia duduk dan tak lupa menyuruh Aelin duduk. "Kerja mu semakin hari semakin bagus, saya salut kamu mau langsung mendalami dunia medis padahal baru lulus."
"Saya inget orang tua. Kalau saya sia-siain kemampuan saya mereka pasti kecewa karena udah capek-capek sekolahin anaknya sampai lulus begini, eh anaknya malah males-malesan."
Pak Direktur yang bernama Herwan hanya tersenyum. "Saya ada job buat kamu, Aelin." katanya.
"Job? Job apa pak?"
"Ada satu kampus yang membutuhkan dokter Poliklinik Kampus sebab anak-anaknya gemar sekali mencari masalah dengan bahaya. Dan kebetulan dokter Poliklinik di sana libur sementara selama 5 bulan karena kehamilannya semakin beranjak." ujarnya.
Aelin tampak berpikir. "Benefitnya?"
Pak Herwan tersenyum. "Ada uang lembur."
"Serius pak?"
"Seriuslah masa saya bohong?"
Aelin mengangguk semangat. Kebetulan sekali ia sangat membutuhkan gaji lebih.
●●●●
"Ini kenapa Leo?"
Semalam Leo memang tidak pulang ke rumah. Selepas mengantar dokter yang mengobatinya, Leo menancap gas menunu apartemen miliknya. Wajar jika Vanessa selaku Mami nya bertanya dari mana asalnya luka-luka di tubuh Leo.
Meskipun begitu raut wajahnya berusaha normal. Vanessa menuntun putranya ke sofa. Mengusap punggung Leo sangat lembut.
"Ini baru Mami yang tahu, Leo... dan bagaimana jika Papi mu tahu? Kamu bisa semakin gak dibolehin keluar nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Leo Amadeus
Teen FictionKebanyakan dari universitas mempunyai mahasiswi yang menjadi primadona-nya. Namun apa jadinya jika Universitas of Toronto mempunyai primadona yang tak lain adalah dokter Poliklinik Kampus?! Panggilan dari Universitas of Toronto membuat Aelin harus t...