04: Senam Jantung di Sore Hari

476 79 31
                                    

WelcomeBack to My Story'!!

Dimana kahaluan merajalela hahahaha. Jangan baper karena pada nyatanya kalian hanya sedang menggali seperti Saiya.

DON'T FORGET TO COMMENT AND VOTE.

CHAPTER 04; Senam Jantung di Sore Hari.

•••••

Hari pertama Aelin menjadi dokter Klinik Kesehatan Kampus tidak terlalu buruk. Aelin sudah dibolehkan berkerja, dan menjaga Poliklinik Kampus. Tempatnya sungguh rapih dan mewah. Ada beberapa brankar yang masing-masing tertutupi gorden hijau. Di dekat pintu masuk terdapat meja beserta tempat duduknya. Aelin sudah mendapatkan perlengkapan medis yang berlimpah. Lengkap sekali dibanding kotak P3K yang sering ia bawa kemanapun.

Dari tempatnya berada Aelin dapat melihat orang-orang berkeliaran sebab dekat dengan taman dan koridor yang menuju kantin.

Ah, mungkin Aelin akan betah di sini. Ini sangat nyaman.

"Ini dokter baru yang akan mengawasi kalian."

2 orang mahasiswi dan mahasiswa fakultas kedokteran memang ditugaskan menjaga Poliklinik Kampus, berupaya membantu dokter jika ada keadaan darurat yang membutuhkan penanganan serius. Aelin berdiri, ia menyungging senyum yang dibalas ramah oleh mereka.

Kemudian mereka berjabat tangan. "Saya Aelin,"

"Saya Clara dan ini teman saya Andrew."

Tampan.

Satu kata yang mendeskripsikan cowok disebelah Clara. Tubuhnya yang tegap menambah pesona cowok ini. Sudah begitu jurusan mata kuliahnya adalah kedokteran.

Dan untuk Clara. Cewek ini imut sekali.

"Kita bisa kerja sama. Dokter bisa minta bantuan saya atau Andrew kalau kesulitan." ucap Clara.

"Terimakasih, itu pasti akan dibutuhkan." Aelin tersenyum.

"Nah, kalau begitu dokter Aelin, saya pamit mengajar lagi yaa." ucap Bu Julia yang dibalas senyum lebar Aelin. "Kalian berdua jangan merepotkan dokter Aelin, ok?"

"Oke, Bu." sahut Clara sedikit malas. Berbeda dengan Andrew yang sama sekali tidak merespon dari tadi. Dosen bernama Julia itu pergi dari Poliklinik Kampus.

"Btw dokter umur berapa? Kok masih keliatan cantik?"

"Saya umur 23."

"Kutu kupret! Serius dok?!" seru Clara histeris.

Aelin mengangguk sambil geleng-geleng dengan tingkah Clara yang mengadu pada Andrew.

"Cantik, Drew. Lo gak mau huh?" bisik Clara.

"Bacot mulut lo." ketus Andrew.

Clara mencibik lucu. Bibirnya mengerucut. "Terus lo sukanya apa sih? Kenapa lo selalu gak tertarik sama cewek?"

"Berisik." Andrew lalu membantu Aelin yang tengah mengambil keranjang di atas lemari obat yang sangat tinggi.

"Makasih," Aelin menatap keranjang yang sudah berada dimeja. Ternyata isinya adalah berbagai macam obat-obatan. Aelin meraih salah satunya, dan melihat tanggal kadaluarsa. "Ini kadaluarsa... kenapa enggak dibuang?"

"Gak tahu. Mungkin aja Bu Vega lupa." sahut Clara. Bu Vega adalah dokter yang kata direktur rumah sakit tengah mengandung.

Aelin mengangguk. "Saya buang saja gak pa-pa kan? Ini bahaya loh..."

"Iya dok gak pa-pa. Nanti saya bilang sama Bu Vega."

"PERMISI! ADA YANG PINGSAN DI KANTIN!"

Meskipun situasi ini begitu membingungkan dan yang pasti membuat panik, Aelin tetap ingin professional sebagai dokter.

Leo Amadeus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang