Aelin masuk ke dalam Ruang Medis. Ia menemukan Clara dan Andrew sedang rebutan ponsel. Aelin yang melihat itu menjadi heran. Ponsel apa?
"Hai..."
"DOK! ANDREW REBUT PONSEL SAYA! SAYA GAK TERIMA YA DOK! PONSEL ITU KAN PRIVASI!" adu Clara yang kini ponselnya sudah berada di tangan Andrew.
"Andrew? Kenapa kamu rebut ponsel Clara?"
"Ini ponsel saya dok." sahut Andrew datar.
Aelin mengerjap. Clara cengengesan tidak berdosa. "Kalian kayak gak ada kerjaan lain aja."
"Abisnya saya bosen dok. Obat-obatan itu udah saya sama Andrew beresin, dan letakkan sesuai tempatnya." kata Clara.
"Dan emang paling enak gangguin Andrew." Clara tertawa terbahak-bahak. "Abisnya dia diem mulu liatin hp nya pas selesai beresin obat-obatan." Cewek itu mendekat ke arah Aelin. "Kayaknya dia punya pacar deh dok."
"Loh? Emang selama ini Andrew belum punya pacar?" tanya Aelin. Mustahil. Cowok ini sangatlah tampan. Masa iya belum punya pacar?
"Belum dia jomblo sejak dini hahahaha. Gak laku dok soalnya sifat dia satu-dua sama beruang kutub." celetuk Clara.
Sontak Andrew melotot menyeramkan. "BISA GAK SIH LO GAK BACOT, RA?!" bentaknya.
"GAK BISA SOALNYA MUKA LO ENAK GUE BACOTIN."
"LO-"
"Andrew," sebut Aelin pelan. Andrew mendengus dan memberikan tatapan tajam pada Clara.
"Ekhem."
Serentak Aelin, Clara dan juga Andrew menoleh kesumber suara. Suaranya tepat sekali dibelakang Aelin yang berdiri di dekat pintu. Wanita itu sontak menoleh dan menunduk sambil mundur beberapa langkah ketika melihat Leo berdiri tepat dibelakangnya.
Clara tidak bisa menyembunyikan raut kagetnya melihat Leo di sini. "Drew..." bisik Clara.
"Apaan?"
"Leo coy..." kata Clara lagi.
"Andrew, Clara, ini nasinya. Dimakan ya." kata Aelin.
Clara mengangguk paling semangat. "Iya, dok. Makasih ya. By the way, kita keluar ya dok." pamit Clara. Mereka mengambil nasi goreng masing-masing yang sudah dibungkus seterofom.
Clara dan Andrew sudah keluar dari Ruang Medis. Leo sama sekali tidak meliriknya. Saat Aelin hendak menjauh, Leo lebih dulu mencekal pergelangan tangannya. Aelin terkejut dan menyentak tangan Leo, sayangnya tenaga Leo lebih besar dari pada Aelin.
"Jangan pegang-pegang saya! Kalau ada urusan bilang."
Cowok itu menahan. Sembari menatap Aelin dan tidak peduli dengan ocehan wanitu Leo merogoh kantong celananya menggunakan tangan satunya. Aelin terpaku ketika Leo memasang jam tangan ke pergelangan tangannya.
Jam tangan itu milik Aelin. Bagaimana bisa ada di Leo?
Tatapan Aelin naik, manik hazel Leo melihat intens pergelangan tangannya. Sentuhan lembuf dari jemari Leo membuat bulu kuduk Aelin berdiri. Baru kali seseorang dapat menyentuhnya lebih lama. Bahkan Sean, kekasihnya jarang sekali menyentuhnya, entah berpegangan tangan, atau apapun itu.
"Dapet dari mana?"
"Kantin." sahut Leo.
"Kok kamu tahu ini punya saya? Kamu perhatiin saya berlebihan ya?"
"Geer,"
"Saya gak geer. Buktinya kamu tahu ini punya saya."
Leo melirik jam tangan yang kini sudah melingkar indah di pergelangan tangan mulus Aelin. "Saya pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Leo Amadeus
Teen FictionKebanyakan dari universitas mempunyai mahasiswi yang menjadi primadona-nya. Namun apa jadinya jika Universitas of Toronto mempunyai primadona yang tak lain adalah dokter Poliklinik Kampus?! Panggilan dari Universitas of Toronto membuat Aelin harus t...