036

8.9K 425 72
                                    

"Jangan nakal ya, kasian Mama capek."
-
-
-

Oma tidak pernah terlambat datang. Ia selalu hadir pada waktu-waktu terpenting dalam hubungan Jevin dan Yara. Dengan menyewakan satpam yang dapat dipercaya untuk terus melaporkan apabila pasangan itu datang ke rumah dengan kondisi yang tidak baik-baik saja.

Dari Jevin yang membopong Yara paksa untuk masuk ke rumah dapat terlihat jelas dari markas di dekat gerbang, apalagi saat Yara berteriak, “LEPASIN!” Maka segera saja lelaki paruh baya berkumis itu menelfon majikan utamanya yang telah membayar lebih untuk setiap informasi yang dibeberkan.

Bahkan yang membuat terlihat lebih urgen adalah saat Joni datang terburu-buru dengan taksi. Berlari seperti orang gila untuk segera sampai pada pintu utama. Mengetuk dan terus memanggil temannya agar membuka akses masuk. Bahkan tidak terdengar suara apapun dari dalam rumah membuat Joni semakin uring-uringan. Berkali-kali mendobrak benda kayu persegi panjang kuat yang sejak tadi menjadi objek gedoran.

Tak berselang lama, terdengar jeritan perempuan dari dalam. Orang-orang mengira Yara sedang dianiaya si pasangan hingga Joni yang terlalu panik memilih kaca untuk segera dipecahkan dengan bantuan satpam. Meski nyatanya yang Joni temukan adalah saat Jevin memeluk Yara sambil menangis. Pasangan itu duduk di balik pintu dengan dekapan erat si lelaki.

“Lepasin!” Yara kembali merengek. Tapi Jevin tetap membuat Yara bersembunyi di balik badannya. Tidak ingin melepaskan apalagi membiarkan Yara pergi dengan si buah hati.

Bahkan tak berselang lama Oma juga datang. Adik Kevin tidak pernah merubah posisi sekedar memberi jarak dengan istrinya. Ia takut si wanita meinggalkan kembali. Apalagi ada Joni dan Oma yang berada dikubu Yara. Kedua orang itu yang selalu menomorsatukan kebahagiaan si perempuan daripada menyatu dengannya.

Testpack tak luput masuk dalam bingkai pandangan Oma. Benda yang sempat Jevin lempar demi mempertahankan pelukan dengan istrinya itu dipungut si wanita tua. Dengan itu, meski tanpa kata Oma sudah menebak apa yang terjadi pada pasangan cucunya.

Senyuman dari perempuan keriput itu terus terpancar meski melihat kedua calon orang tua itu habis menangis bersedih.

“Yara udah ke dokter kandungan?”

Mereka didudukkan pada sofa, bersiap diinterogasi dengan Yara yang masih menunduk sesenggukan. Lain dengan Jevin yang terus melirik istrinya meski dengan mata memerah.

“Oma tanya sama kalian. Udah ke dokter?” Beliau kembali membuka suara sebab jawaban belum beliau didapat. Adik Nesha menggeleng, membuat Oma kembali bertanya, “Belum tau juga usia kandungannya?”

Yara kembali menolehkan kepala kanan kiri. Perempuan muda itu sedang tidak ingin membuka suara. Ia tengah merasa muak pada dunia. Padahal niatnya hanya ingin menghilang dari pandangan mereka semua. Yara ingin bebas dari hiudp suami dan keluarga mertua. Tapi Tuhan malah menyatukan dengan kabar yang langsung membuat Oma dan orang-orang gembira.

“Oma tau masalah bakal datang seharmonis apapun sebuah hubungan. Itu hal yang sangat normal buat para psangan, entah secinta apapun laki-laki dan perempuan pasti mereka bakal menemukan kerikil yang datang buat menghadang. Tapi Oma harap hal itu nggak membuat kalian berdua jatuh dan lepas ikatan satu sama lain. Apapun yang sedang kalian hadapi, bicarakan baik-baik dan coba untuk terbuka satu sama lain. Jangan memaksakan keinginan dan coba untuk mengalah. Terutama kamu, Vin. Yara kan lagi hamil.”

Jevin mendengarkan dengan baik, tapi untuk mencerna belum mampu dilakukan dengan sempurna apalagi melaksanakan apa yang Oma katakan. Ia masih tidak rela bila Yara meninggalkan sebab terus kepikiran bila anaknya hidup tanpa orang tua lengkap, Jevin tidak akan sanggup kalau nanti keturunannya mengira si Papa sudah meninggal.

START TO FINISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang