•••••••••••••••••••••••♡•••••••••••••••••••••
Terlihat di taman belakang sekolah, Rega tengah asik bermain dengan anak ayam kesayangan nya.
Rega itu pecinta hewan. Dari kucing, anjing, angsa, bebek, harimau, macan, sapi, kambing, anjing laut, semut, singa, buaya 'darat', kijang, landak, kura kura, lipan-- ah sudahlah!
"Hmm lo gue kasih nama, taik! Iya, taik! Kan lo kuning tuh, ngambang di air terus--
Dari kejauhan, Ando dan Reynand menatap iba ke arah Rega yang tengah berbicara dengan anak ayamnya.
Masak iya, mereka berdua tersaingi oleh seekor anak ayam berwarna kuning? Pffrrtt!
"Kita lanjutkan misi B!" Ucap Reynand percaya diri.
Hening.
"Misi B?"
Tampak Ando berfikir dengan sangat keras. Seingat dirinya, Reynand hanya membuat rencana untuk menculik anak ayam Rega, lalu akan meninggalkan anak ayam itu di tepi jalan. Hanya itu, tidak ada rencana lain setelahnya.
"Ish! Kapan sih, temen gue pinter nya?" Keluh Reynand frustasi.
"Lo gak bilang ada misi B?"
Hening.
Lah iya juga. Reynand saja tidak tahu apa misi B itu?
Reynand berdecak pinggang. Bicara apa ia barusan? Astaga, kan babang Reynand jadi malu di depan Ando!
"Ndo, sini deketan!"
Ando yang masih memperhatikan Rega dari kejauhan, seketika menatap horor ke arah Reynand.
"Mo ngapain lo?" Tanya Ando penuh curiga.
"Ck. Sini dulu makanya. Deketan dikit ama gue!"
Bulu kuduk Ando berdiri seketika. Ia pikir, mungkin sahabatnya ini sudah belok?
"Kalo homo jangan ke gue, Rey. Gue masih normal!"
Goblok!
"Lo gak usah mikir macem macem. Gue cuma mau bisikin sesuatu buat lo!"
Reynand menatap Ando dengan raut wajah frustasi. Ya Tuhan, tolong culik Ando lalu lemparkan dia ke Cikarang sekarang juga!
"Ohh, ngomong dong dari tadi!" Ketus Ando merasa tidak bersalah.
"LO--
Sabar!
Ando mendekatkan wajahnya ke arah mulut Reynand. Disana ia terkekeh mendengar rencana yang sahabatnya itu bisikan.
"Lo yakin? Nanti kita di amuk Rega gimana?"
"...."
"Kalo ada apa apa, gue gak ikutan ya!"
Yaelah si Ando. Giliran ada yang berisiko juga, dia gak ikut ikutan. Ada yang sama?
"...."
"Oke. Nanti kita lancarkan misi B yang sesungguhnya!"
•••••••••••••••••••••••♡•••••••••••••••••••••
Sedangkan di kelas, Cahya dan Pelangi sibuk dengan kegiatan mereka masing masing.
"Ya. Kata mak gue, lo aneh!"
Cahya yang sedang fokus menggambar wajah pak Anto di halaman belakang bukunya, seketika menghentikan aktivitas menggambarnya.
"Lah, kan gue emang aneh. Gimana sih!"
Lah?
"Barusan mak gue nelpon. Katanya pas pagi pagi tadi, dia ngira yang gedor rumah gue itu maling. Lo tau? Mak gue udah siapin parang di tangannya,"
Cahya yang mendengar itu, mengelus dadanya turun naik. Untung saja ia tidak di bacok sama ibu nya Pelangi.
"Untung gue masih slamet," ucap Cahya sangat bersyukur.
Pelangi berdiri, menghampiri Cahya yang masih setia mengusap dadanya gusar.
"Ya, pucet gitu muka lo? Beneran takut?"
Cahya mati matian menahan ekspresi wajahnya. Sial, ternyata Pelangi masih bisa membaca raut wajah Cahya yang tengah ketakutan.
"Gak,"
Pelangi memicingkan matanya curiga.
"Yang bener? Masak sih?"
"Lo kayak jamed tau, Ngi. Itu loh, yang rambutnya aduhai. Itu, yang gue tag lo di IG!," balas Cahya lalu tertawa garing.
"Serah lo, Ya! pusing gue,"
Pelangi menyerah menghadapi kelakuan Cahya yang-- sudahlah!
Baru juga mau melanjutkan gambarnya, tiba tiba seseorang memukul meja Cahya dengan sedikit keras.
BRUGH!
"HEH SETAN!" Pekik Cahya tak tertahan.
Rangga cengo di tempat. Bisa mampus dia jika mencari gara gara dengan nenek lampir seperti Cahya.
"LO GAK LIAT GUE LAGI NULIS?!"
"Gambar, Ya!" Koreksi Rangga.
"SUKA SUKA GUE, LAH!"
Rangga menarik nafasnya panjang, lalu membuangnya kasar, tepat di depan wajah Cahya.
Pyuusshh!
"BAU BANGKE!"
PLAK!
"AWW! Cahya! Lo demen bener main tabok anak orang. Sshh," protes Rangga yang langsung memegangi pipinya yang sudah memerah.
"ADA URUSAN APA LO, NYARI GARA GARA SAMA GUE?!"
Rangga berdiri tegap. Bisa jatuh harga dirinya sebagai ketua kelas jika di hadapan gadis seperti Cahya. Sedangkan Cahya, masih menatapnya dengan tatapan horor.
"Gue butuh bantuan lo,"
"Ada yang gak beres," bathin Pelangi.
•••••••••••••••••••••••♡•••••••••••••••••••••
Jam pelajaran telah usai. Seluruh atensi siswa/i berlarian menuju gerbang sekolah. Ada beberapa siswa yang sengaja tinggal, untuk latihan ekstrakurikuler, dan ada juga beberapa siswa/i yang sengaja mojok di ujung sekolah.
Masak lo semua kalah ama bocil?
Biasanya adek kelas yang suka mojok. Ckck!
"HUAAA! ANAK AYAM GUE MANA?"
Rega menelusuri setiap jalan yang ia lewati. Berharap si taik-- ekhem! Maksudnya anak ayam kesayangannya ketemu.
Ando dan Reynand rasanya sudah sangat menyerah dengan kelakuan 'prik' sahabatnya itu. Dasar Rega, gara gara anak ayamnya yang hilang, ia rela menangis sejadi jadinya. Banyak pasang mata yang memandang mereka 'aneh'!
"Rey, temen lo!"
Ando menoel lengan Reynand kasar. Sehingga sang empu memberikan tatapan super tajam kearah Ando.
"Biarin, entar juga berenti sendiri." Balas Reynand santai.
"Tapi, Rey. Lo liat deh. Semua ini gegara lo--
Dengan cepat, Reynand membekap mulut Ando menggunakan tissue bekas ia menghampus lendir yang ada di lubang hidungnya.
Sebentar. Maksudnya, ingus?
"KOK LENGKET?"
Ando segera membuang tissue yang Reynand sumpalkan pada mulutnya. Di ecapnya sedikit, lalu keningnya berkerut.
"Kok asin?"
Reynand menahan tawa. Pelan pelan ia berjalan mundur, berniat menghindari Ando. Ia yakin, dalam beberapa detik, cowok itu akan menonjok wajah tampan nya.
Sesaat Ando tersadar. Lalu--
"REYNAND! DASAR LO ANAK NGEN--"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahya untuk Ando
Romance[HISTUS] [VOTE ITU GRATIS, FREN!] Ini kisah tentang lima remaja 'prik' yang gobloknya natural banget. Penasaran? Langsung saja dibaca! [Happy Reading!] ❗️Cerita ini murni pemikiran saya, kalo ada yang sama saya juga tidak tau. Ckck!