Burung camar bersahutan di atas langit, beberapa bahkan terbang rendah dekat air laut seakan menemani pelaut yang tengah berlabuh. Pelabuhan hari itu sibuk–memang selalu sibuk, kendati cahaya mentari masih mengintip di ufuk timur perahu pelayan kembali bersama jaring berisi tangkapan ikan dan beberapa perahu pedagang yang hilir mudik mengisi atau mengeluarkan muatan.
Ini kali pertama Jimin ke pelabuhan di jam tersibuk, kepala terus memendar pandangan penuh rasa kagum dan ingin tahu. Namun seketika kembali fokus saat merasakan genggaman tangannya mengerat dan seluruh atensi nya kembali ke Yoongi yang tengah melamun.
"Yoongi?" Lelaki yang namanya dipanggil segera menoleh ke tunangannya.
"Hm?" Jawabannya singkat beserta senyum terulas tipis.
Alis Jimin berkerut, "kau kenapa sih? dari di perjalanan seperti tidak fokus. Kau kenapa?"
"Aku tidak ingin kembali. Tidak tanpamu sebenarnya."
"Yoongi kita sudah bicara ini semalaman–"
"Iya, aku tahu, aku tahu.. Tapi tetap saja aku cemas. Kau bahkan tidak ingin Hoseok tinggal dan mendampingimu, bagaimana jika bangsawan mengganggumu setelah mereka tahu kau bertunangan dengan kaisar? Apa aku harus membatalkan kepulangan ku dan menunggu mu hingga seluruh pekerjaanmu kelar?"
Jimin meremas tangan besar lelaki itu, "hush! Kau Kaisar! Jangan seenaknya, kau sendiri yang bilang sebuah negeri tidak akan bertahan tanpa pemimpinnya."
"Lalu kau?"
"Aku tidak apa-apa, tiga bulan tanpa dirimu bukan berarti aku akan mati. Dua Puluh tahun lebih aku hidup tanpa mu aku pun baik-baik saja."
Yoongi berhenti berjalan lalu tangan menyentuh dada dengan ekspresi sakit yang dibuat-buat. "Itu menyakitkan, serius."
Jimin justru memutar bola matanya jauh ke belakang dan memilih untuk tidak menanggapi drama sang kaisar. "Yoongi dimana kapalmu?"
"Itu, yang layar nya merah," tidak butuh banyak waktu untuk Jimin menemukan sebuah kapal dengan deskripsi serupa namun pemandangan yang dia lihat sungguh benar-benar di luar ekspektasi nya.
Kapal kayu dengan tiga layar merah bagai kipas membentang gagah. Bercat merah dan emas dengan sebuah ukiran naga di sekujur badan kapal hingga akhirnya berhenti di ujung terdepan dengan kepala naga berwajah sangar seakan tengah menakuti manusia kecil dan pembajak di laut lepas. Enam lubang sepanjang lambung kapal yang bisa Jimin tebak adalah tempat bersarang meriam.
"Bagaimana? keren tidak??" Yoongi menyela saat melihat rahang Jimin seakan terjatuh melihat kapal nya. Rasanya puas dan bangga melihatnya.
"Ini luar biasa!!! Besar sekali! Bentuk layar nya seperti kipas!! Waaah!!"
"Mau coba naik ke atas?"
"Mau–Eh tidak, nanti kalau kau membawa ku bagaimana?? Tidak, aku lihat saja dari sini." Mulut Jimin masih menganga dengan mata membesar penuh rasa takjub sembari berjalan mendekati sang naga merah yang tengah berlabuh. Tangan tanpa sadar terlepas dari genggaman Yoongi karena terlalu kagum dengan bahtera luar biasa nan gagah itu.
Yoongi hanya terpaku di tempat, menatap Jimin dengan rasa rindu menyesakkan dada padahal mereka bahkan belum berpisah. Dalam hati ingin menculik sang kekasih dan membawanya pulang tetapi karena dia tidak ingin memecah perang dengan Lunaria apalagi membuat Jimin marah dan kecewa, akhirnya niat itu dikubur dalam-dalam. "Jimin."
"Iya?" Yang dipanggil menoleh, membelakangi laut dengan langit yang berangsur terang dan matahari yang mulai naik ke atas, sosoknya bagai tengah bersinar diterpa cahaya pagi. Bersama angin yang berhembus dan camar bersahutan, Yoongi berharap waktu saat itu membeku untuk mereka berdua. "Apa kau tidak akan merindukan ku?"
![](https://img.wattpad.com/cover/295303098-288-k595056.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[Yoonmin] His Serendipity Complete ✅
RomanceJimin hanya pelayan, seorang butler putra mahkota sekaligus sahabat kecilnya. Realistis, tekun, displin dan pria manis. Entah mimpi kejatuhan durian atau bintang, dia tiba-tiba dipinang kaisar negeri seberang.