Di taman, di air mancur, Jimin duduk termangu dengan jubah kaisar yang masih tersampir di pundak. Pria itu nampak begitu mungil dalam balutan jubah besar milik Kaisar Min. Pikirannya masih terjebak di momen Yoongi saat memanggilnya Lotus. Jimin sebenarnya asing dengan nama itu, tapi dia pernah baca kalau Lotus atau teratai adalah tanaman yang tumbuh di sebuah danau. Dan teratai bukanlah varietas umum di lunaria tapi tumbuhan itu kerap kali ia dengar dalam cerita rakyat yang dibawa oleh pedagang negeri timur sebagai tumbuhan cantik yang membawa berkat dari seorang dewi.
Pipi butler kembali bersemu merah jambu. Rasanya tidak pantas jika dia dipanggil dengan sebutan tumbuhan yang terdengar sakral, tapi kenapa respon tubuhnya justru sebaliknya? Jantungnya bertalu keras, wajahnya memanas seperti seluruh darah naik ke kepala. Rasanya seperti saat mereka bertemu dan malam di ruang laundry.
Begitu magis...
"Jimin???"
Suara tak asing memanggil namanya, Jimin mendongkak. Kaisar–tidak, bukan kaisar melainkan Min Yoongi. Hanya Min Yoongi, berjalan menuju Jimin.
Dunia kembali terasa lamban, angin berhembus lembut bersama gemerisik daun dan suara gemericik air mancur. Mungkin karena Jimin terlalu lelah atau memang Yoongi memang benar menyihirnya tapi taman hari itu terasa berbeda.
Jimin tidak melihat pohon atau semak membentuk pagar dengan bunga mawar. Melainkan sebuah paviliun kayu dengan cat merah dan hijau. Sebuah jembatan melengkung di atas danau jernih dengan ikan berenang di bawahnya dan tanaman mengapung yang menghiasi permukaan, Jimin tebak mereka yang disebut teratai.
Aroma cendana lalu daun teh juga hujan kelopak bunga merah muda saat Yoongi berjalan diatas jembatan sambil memegang anemon putih dengan wajah berhias senyum manis. Pemandangan yang lebih jelas dibandingkan waktu pertama mereka bertemu.
Ahhh, dada Jimin kembali ngilu. Dadanya ngilu dipenuhi dengan rasa rindu dan damba pada lelaki yang baru dia temui tapi seakan telah singgah dan memberi juta kenangan.
"Jimin?? Jimin kau kenapa? ada yang sakit?" sibuk memeta perasaan, Yoongi sudah berlutut di hadapan Jimin dengan ekspresi cemas. Menggigit bibir, Jimin menggeleng masih tak berani mengakui nama rasa yang jawabannya sudah Jimin ketahui.
Yoongi masih melihatnya begitu khawatir, sekali lagi Jimin tak menemukan sebuah kebohongan dari mata jelaga itu.
Mata Yoongi bagai obsidian hitam. Sering kali kedua mata gelap itu terlihat begitu gelap sampai tak terlihat dasarnya, dasar hatinya. Tapi di satu waktu akan berkilau dan bercahaya bagai sepasang mata kucing di kegelapan. Di satu waktu Jimin tunduk dalam tatapan tajam seorang kaisar tapi di lain waktu Jimin tenggelam pada sepasang mata hitam yang memandangnya memuja.
Kau curang Min Yoongi.
"Hei, kenapa? kenapa kau diam saja?? apa benar-benar sakit?" Tangan besar Yoongi terangkat ke tulang pipi Jimin. Sempat berhenti di udara takut-takut kalau pria itu akan menghindar tapi kali ini Jimin diam. Bergeming dengan pandangan terkunci pada Min Yoongi hingga tangan hangat itu menyentuh pipi Jimin dalam sentuhan seringan bulu.
"Sakit?"
Jimin menggeleng.
"Lantas kenapa, wahai Lotus cantikku? kau membuat ku khawatir."
Kau membuatku gila Min Yoongi.
Tak mendapat jawaban, Yoongi mengangkat bahu lalu mengeluarkan sebuah wadah mungil terbuat dari keramik. Jimin sedikit mengintip, itu bukan wadah cincin?
Yoongi membuka tutupnya dan harum bunga menyeruak keluar. Aneh padahal wadahnya sangat kecil tapi aroma bunga begitu kuat tapi juga tidak sampai membuat mual atau pusing seperti wangi parfum para bangsawan.

KAMU SEDANG MEMBACA
[Yoonmin] His Serendipity Complete ✅
RomanceJimin hanya pelayan, seorang butler putra mahkota sekaligus sahabat kecilnya. Realistis, tekun, displin dan pria manis. Entah mimpi kejatuhan durian atau bintang, dia tiba-tiba dipinang kaisar negeri seberang.