Cinderella.Cerita dari negeri seberang tentang seorang wanita biasa yang menikah dengan seorang pangeran lalu mengubah nasib. Sebuah dongeng manis yang diimpikan banyak orang, bertemu dengan cinta sejati mereka
Lalu menjadi kaya.
Siapa yang tidak mau?
Jimin tidak mau.
"Yang mulia! Bangun! Apa kau semalaman tidak tidur dan menghabiskan waktu membaca novella lagi?!??" Jimin masuk ke dalam ruangan besar dengan ranjang luas di tengahnya. Sigap membuka gorden hingga cahaya mentari pagi masuk dan menyinari putra mahkota yang masih bergumul di dalam selimut.
"Biarkan aku tidur 5 menit lagi... Jimin aku mohon tutup jendelanya!" Teriak Seokjin dibalik selimut sembari menutupi wajahnya dari berkas cahaya dari jendela. Selimut tertarik semakin ke tengah dan memperlihatkan buku-buku berserakan diatas kasur.
Menggigit bibir, Jimin mengepalkan tangannya menahan emosi pada tuannya ini. "YANG MULIA KIM SEOKJIN BANGUN SEKARANG ATAU SAYA BAKAR NOVEL ANDA!!!"
Sang putra mahkota menendang selimut dan langsung duduk di ranjang dengan rambut semrawut dan juga wajah memberangus. "Park Jimin! Kau berani ya sekarang padaku!!"
"Iya saya berani karena saya bertanggung jawab atas anda!" Tegasnya dengan postur tubuh tegap dibalut kemeja seorang butler. Tangan berbalut sarung tangan putih itu mulai mengumpulkan buku di atas kasur. "Lagi pula anda hari ini jadwalnya padat. Anda harus bersiap-siap menghadiri peresmian perpustakaan kota. Siangnya anda mempunyai jadwal untuk dapur umum di sekitaran pinggir kita lalu sore hari kita perlu menyambut kaisar negeri timur yang datang berkunjung untuk berdagang."
Seokjin menghembuskan nafasnya dalam-dalam. Baru bangun tapi rasanya sudah lelah setelah mendengar jadwalnya hari itu yang seakan tidak ada memberinya ruang untuk Seokjin barang bernapas. "Jimin hapus satu."
"Enak saja! Tidak bisa! Peresmian dan menyambut kaisar adalah tugas dan tanggung jawab anda selaku putra mahkota dan lagi anda juga yang membuat program kesejahteraan untuk masyarakat menengah kebawah!! Jangan mundur begitu saja! Ayo lakukan! Mandi sana!"
"Jimin aku sahabat mu!"
"Aku butler mu juga! Mandiiii!" Teriaknya sambil mengumpulkan buku novel yang berserakan sedangkan Seokjin bangkit dan berjalan ke kamar mandi seperti Zombie. Jimin membaca judul-judul novel yang dia pegang, menggeleng kecil karena tuan muda yang dia layani masih menyukai kisah romansa di umurnya yang segini.
-----“Jimin, bisakah aku beristirahat sebentar?”
Jimin mengangkat kepalanya dari buku agenda sang putra mahkota, menatap Seokjin yang terduduk lelah di kereta kuda sembari bersandar di dinding menatap kerumunan orang-orang. Peresmian perpustakaan sudah terlaksana dan sangat meriah, tidak hanya rakyat negeri lunaria yang datang tapi juga banyak kaum terpelajar dari berbagai daerah datang untuk melihat perpustakaan yang memiliki koleksi terlengkap dan termegah di benua.
Jimin tidak kaget jika Seokjin sekarang kelelahan karena sesaat setelah dia memotong pita dia juga harus menyambut banyak profesor terkenal yang ingin menyapa atau memberikannya selamat. Belum lagi tadi pagi Seokjin hanya makan setengah sarapan daging wellingtonnya. Melihat tuan sekaligus teman kecilnya yang sudah lemas di dalam kereta Jimin diam diam memundurkan satu agenda dan memberikan waktu untuk Tuan mudanya beristirahat. “Seokjin…”
Seokjin mendongak saat mendengar namanya dipanggil tanpa embel-embel yang mulia di depannya. Orang di depannya sekarang akan bicara sebagai temannya bukan kepala butlernya. “Ya?”
“Istirahatlah, aku akan membelikanmu churros kesukaanmu… Kita akan kembali melanjutkan agenda setelah kau makan churros itu dan istirahat.” Buku agenda itu tertutup, tatapan Jimin melunak pada sahabatnya dan senyum bagai roti hadir di wajah putra mahkota Lunaria.
“Jimin aku mencintaimu!!” Tangan Seokjin merangkul di tubuh Jimin yang lebih kecil darinya. Membuat pipi mereka bertemu dan mendekapnya erat hingga Jimin risih.
“Yang mulia Seokjin! ingat saya pelayan mu!! Lepass!”
“Kau tetap teman kecil ku~ Mau aku cium? cium sini cium cium!!” Seokjin memegang pipi temannya dan hendak mendaratkan sebuah kecupan basah di pipi itu sampai Jimin mendorong Seokjin jengkel.
“BERHENTI ASTAGA SEOKJIN!! GELI AKU GELI IHHH!!!!!! sudah ah aku pergi!!” Jimin dengan segera membuka pintu kereta. Membenarkan jas nya dan sarung tangannya Jimin lalu pergi.
Melirik dari jendela dan memastikan Jimin sudah menjauh dari kereta kuda. Seokjin mengeluarkan buku novel yang dia bawa lalu membaca cerita romansa itu dengan senyum tertahan.
-----
Mengambil napas dalam, Jimin memenuhi dadanya dengan udara segar dan juga harum roti dan jajanan di pinggir jalan Sirius. Daerah yang terkenal dengan rangkaian street food dari ujung jalan hingga ke pelabuhan Arcturus. Tergoda, Jimin membeli beberapa jajanan yang belum pernah dia coba. memberikan dirinya sendiri waktu untuk bersantai juga dan membiarkan Seokjin mempunyai ekstra waktu untuk istirahat, apalagi pusat kota sekarang begitu hidup dan indah. Jimin menyukainya saat negerinya begitu damai dan tentram.
“Hmm!! Kentangnya renyaah!! woahh apa tadi namanya? Kentang tornado?? Seokjin akan suka ini!” Serunya dengan wajah berbinar, berjalan menyusuri kota sembari ngemil kudapan yang dia beli tadi. “Churros~ Churros.. Hmmm…,”
Diujung jalan Jimin melihat seseorang dengan pakaian putih yang nampak sangat mencolok. Baju yang dia pakai bukanlah baju yang biasa dipakai orang-orang kerajaan lunaria, dan jika Jimin tidak salah baju itu mirip seperti pakaian orang dari timur. Terutama topi dari anyaman bambu berbentuk kerucut. Well… itu bukan hal yang benar-benar tidak biasa juga. Lunaria adalah kerajaan yang berada di jalur perdagangan, tidak jarang kapal dari negeri lain singgah barang itu berdagang atau memasok persediaan.
Tapi entah kenapa Jimin tidak bisa mengalihkan pandangannya pada orang itu. Tubuh tidak terlalu tinggi tapi posturnya bidang, kulit putih pucat dan sepertinya Jimin bisa melihat sebuah luka di bagian mata.
Netra Jimin otomatis memicing untuk melihat lebih dekat sampai kedua pandang mereka saling bertemu. Mata bulat coklat ebony dengan mata hitam bak kucing saling bertukar pandang.
Aroma asing dari negeri yang belum pernah Jimin kunjungi menyeruak masuk ke rongga hidung. Meninggalkan sensasi aneh di relung dada dan juga kupu-kupu berterbangan di perut. Jimin merasa waktu berjalan lambat, semua bergerak bagaikan dalam reka adegan pelan dan dunia sekitar juga seakan menghilang. Jantung Jimin berdegup kencang tapi dia tidak sampai hati untuk berlari dan melarikan diri. Yang dia rasakan justru sebaliknya. Lelaki dengan ekspresi bagai kucing dengan bekas luka di mata kirinya.
Dia ingin mendekat.
“Permisi, kau menghalangi jalan…”
“Ahh?! I-iya silahkan! l-lewat saja maaf…,” Suara itu membuat jantungnya jatuh sampai ke perut. Jimin kembali berbalik ke arah lelaki itu berada dan dia dihadapkan dengan udara kosong. Pria bertopi kerucut itu sudah hilang entah kemana.
“Astaga sudah lah! Churros jimin! Churooooooss!” Jimin kembali bergegas pergi.
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
[Yoonmin] His Serendipity Complete ✅
RomanceJimin hanya pelayan, seorang butler putra mahkota sekaligus sahabat kecilnya. Realistis, tekun, displin dan pria manis. Entah mimpi kejatuhan durian atau bintang, dia tiba-tiba dipinang kaisar negeri seberang.