Chapter 2

19 5 4
                                    

Setelah drama di sekolah yang selalu kami berdua rasakan. Kami berdua pun memutuskan untuk pergi ke kantin sebelum acara kelulusan di mulai.

"Willo~ah." Panggilku.

"Hmm...?" Ucap Willo yang menengok ke arahku setelah aku panggil.

"Temani ke kantin yuk..." ajakku kepada sahabatku ini.

"Tunggu dulu ini masih pagi kau sudah lapar, apa perutmu itu terbuat dari karet." Ucap Willo sambil melihat jam tangannya.

"Yya... kau ini aku bukan lapar tapi aku hanya ingin makan cemilan." Ucapku sambil meraih  lengan sahabatku untuk ku gandeng.

"Hahaha... oke...oke kita ke kantin kajja." Ajak Willo.

"Kajja." Ucapku antusias.

Bukan hal baru bagiku dan Willo bercanda seperti ini karena kami sudah sama-sama memahami sifat masing-masing Willo selalu bersabar dengan sifatku yang seperti anak kecil Itulah kenapa aku selalu bersyukur memiliki sahabat sepertinya.

Kami pun berjalan bersama ke kantin sambil mengobrol. Tapi tiba-tiba ada yang menghadang jalan kami berdua. Siapa lagi kalau bukan wanita yang mengumpat kami saat dilorong sekolah.

"Yya... kalian berdua." Panggil wanita bertubuh tinggi dan langsing yang langsung berdiri bersama komplotannya di depan kami berdua.

"Ada apa, minggirlah kau menghalangi jalan kami." Ucap Willo dengan tatapan tajam kepada mereka berempat.

"Kenapa kami harus pindah kalian saja yang pergi." Ucap wanita itu dengan smirk nya.

"Justru kau yang menghalangi jalan kami." Ucapku dengan berusaha menahan amarahku.

Melihatku yang hanpir saja terpengaruh membuat Willo dengan cepat meraih tanganku dengan memberi kode kepadaku.

Untuk jangan melakukan lebih dari ini karena akan merusak segalanya nanti.

Aku dan Willo sama-sama memiliki  keahlian bela diri yang di ajarkan Oppa kami masing-masing untuk menjaga diri kami dan keahlian itu di atas rata-rata tenang saja kami tidak menggunakan keahlian itu untuk berkelahi tanpa alasan.

Willo yang mampu menguasai amarahnya sendiri dengan mudah meminimalkannya. Sementara aku selalu tidak bisa menguasai diriku sendiri dan itu selalu mempersulit keadaan yang ada jika aku tersulut emosi.

Willo yang selalu membantuku meredam amarahku dan aku tau itu pasti menyulitkannya. Tapi Willo tidak pernah membiarkan amarah ku membuatku semakin buruk.

Aku yang paham dengan maksud dari sahabatku berusaha meminimalkan amarahku untuk tidak melawan mereka.

Willo langsung mengajakku pergi dari hadapan mereka berempat dan pergi ke tujuan awal kami. Sesampainya di kantin Willo langsung mencari tempat duduk yang kosong dan kami duduk saling berhadapan.

Willo langsung memesan sesuatu yang dingin untukku minum agar otakku tidak lagi memanas. Beberapa menit minuman kami sudah datang.

"Minumlah ini biar hatimu sedikit tenang." Ucap Willo dengan menyodorkan gelas berisi minuman dingin untukku.

Tanpa basa basi aku pun langsung meminum nya sampai tak tersisa.

"Fiuh, hampir saja." Ucap Willo dengan menarik nafas panjang dan mengelus dadanya karena lega.

"Kenapa kau melarangku tadi? Aku bisa saja menghajar mereka." Ucapku dengan suara yang masih sedikit kesal.

"Kau ini semua orang di sekolah ini tidak ada yang tau kita punya keahlian bela diri mereka hanya tau kita pandai bermusik dan bernyanyi kalau sampai mereka tau itu akan menyulitkan kita." Ucap Willo dengan nada berbisik agar tidak ad yang mendengar percakapan kami

DANGEROUS LOVE " 95" 💜 | PJM VS KTH✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang