[IFN] - My Teacher, My Husband | END

1.2K 121 22
                                    

"Tapi, jangan mempermainkanku seperti ini!" Suara Naruto semakin terdengar parau. "Jika Itachi menyesal telah menikahiku, cera--"

Sebuah kalimat tabu yang nyaris terlontar dari bibir sang istri sontak saja membuat Itachi dengan cepat meraih kedua tangan Naruto yang semula menutupi wajah.

Dan sebelum bibir ranum itu kembali berbicara, Itachi segera membungkamnya dengan kecupan lembut penuh cinta.

"Istriku, tolong jaga ucapanmu."

Ciuman terlepas. Wajah mereka kembali berjarak. Naruto terdiam kala Itachi memapahnya untuk duduk di sofa.

"Jujur saja, aku tidak mengerti letak kesalahanku di mana hingga sejak kemarin kau mendiamkanku dan tiba-tiba berbicara seperti tadi." Itachi menyamankan posisi duduknya untuk lebih menghadap pada sang istri.

Raut wajah Naruto kembali terlihat jengkel. Sepertinya kecupan tadi tak mampu meredakan amarah di dalam hatinya. "Lihat, Itachi memang tidak peka, bukan!?"

"Bukan begitu, Sayang. Tapi, aku benar-benar tidak tahu apa salahku. Kau--"

"Oh, jadi diam-diam bertemu dan makan siang bersama wanita lain di belakangku itu bukan sebuah kesalahan!?"

Kening Itachi berkerut bingung. "Apa maksudmu ...?"

"Jangan pura-pura lupa dengan apa yang sudah kau dan Terumi-sensei lakukan kemarin!"

Naruto ingat, saat kemarin Itachi berkata bahwa dia akan pulang secepatnya setelah rapat di sekolah selesai. Namun, suaminya itu tiba di rumah sekitar pukul tiga sore. Sangat berbeda dari waktu yang dijanjikan. Dan ketika malam tiba, saat Itachi sedang mandi, tanpa sengaja Naruto melihat sebuah pesan dari Mei Terumi di ponsel Itachi. Kurang lebih, pesan itu berisi tentang ucapan terima kasih atas waktu yang Itachi luangkan dan undangan untuk Itachi agar lain kali makan bersamanya kembali jika luang.

"Bukankah kita sudah berjanji untuk tidak saling membohongi?" Suara Naruto terdengar bergetar. "Tapi, apa yang sudah Itachi lakukan? Itachi tidak bisa menepati."

Itachi sedikit menahan napas dengan iris mata yang membulat sempurna. Alih-alih marah atau mengelak, Itachi justru mengulum senyum sembari membawa Naruto agar duduk di atas pangkuan.

Mulanya Naruto menolak. Dia terus berontak untuk menjauh. Tetapi, Itachi dengan kuat memeluknya.

"Kau cemburu pada guru sastramu sendiri?"

" .... " Naruto membisu. Namun, manik safirnya terlihat dilapisi kembali oleh embun hangat. Dia cemburu. Sangat cemburu. Dan Naruto rasa, Itachi seharusnya menyadari hal itu tanpa harus dia jawab.

Itachi merapikan surai pirang sang istri ke sisi telinga hingga kedua pipi bulat bertanda lahir unik itu terlihat dengan jelas. "Sayang, semuanya tidak seperti apa yang sekarang ada dalam pikiranmu. Aku dan--"

Naruto menepis tangan Itachi dari rambutnya dan berdiri. "Jika aku yang melakukan hal seperti itu, apa Itachi akan terima dan tetap berpikir positif?"

"Naru--"

"Apa Itachi lupa dengan status kita? Sejak dua bulan yang lalu aku sudah bukan sekadar muridmu. Aku telah menjadi istrimu. Apa salah jika aku cemburu?"

Dengan penuh kesabaran, Itachi tersenyum tulus sembari meraih satu tangan sang istri, mengecupnya mesra. "Iya, istriku. Jadi, apa kau sudah selesai bicaranya?"

" .... " Bibir Naruto menipis disertai alis yang menukik tajam.

"Jika sudah, sekarang giliran aku yang bicara." Itachi kembali membawa sang istri untuk duduk di atas pangkuannya. "Maaf jika kemarin aku terkesan sudah membohongimu."

SHORT STORY COLLECTION | Uchiha × (Fem) NarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang