[SFN] - About Us 1.4

588 81 29
                                    

Walau sudah memberi restu untuk pernikahan sang suami dan Sakura, bukan berarti pernikahan mereka terlaksana dengan meriah. Sama sekali tidak. Pernikahan itu tetap dilakukan secara sederhana dan sembunyi-sembunyi. Selain bersebab syarat dari Naruto yang tak ingin masalah tersebut diketahui oleh pihak keluarganya, Sasuke juga tak mau jika rekan-rekannya sampai mengetahui dia yang menikah lagi dengan status yang masih sebagai suami dari Uzumaki Naruto. Bagaimanapun Sasuke tidak ingin reputasinya buruk di mata mereka.

Sepasang iris biru Naruto menatap teguh pada kedua insan yang kini tengah bertukar cincin. Dan dia menjadi salah satu saksi atas pernikahan suaminya sendiri dengan wanita lain. Sungguh, sampai detik ini Naruto benar-benar masih tak percaya hal yang demikian terjadi dalam kehidupan rumah tangganya.

Ini keputusan yang sudah kuambil.

Hati kecil Naruto memang belum sepenuhnya rela. Dia ingin menarik Sasuke dari sana dan menggenggamnya hanya untuk dia seorang. Namun, perasaan tersebut sudah tidak berguna mengingat ini memang pilihan yang telah dia putuskan sendiri.

Pandangan Naruto masih belum beralih. Terutama dikala melihat Sakura yang tersenyum penuh kebahagiaan pada Sasuke yang juga tersenyum. Ya, Sasuke juga benar-benar tersenyum. Tak hanya itu, sorot dari iris legam Sasuke pun menyiratkan perasaan senang yang seolah berkata bahwa pernikahan ini memang telah dia nantikan sejak lama.

Jemari tangan Naruto mengepal erat saat Sasuke mulai memberi kecupan mesra pada dahi Sakura. Naruto tidak tahu, apa kecupan itu hanya sebagai salah satu syarat dari pernikahan yang harus Sasuke lakukan dengan terpaksa atau memang Sasuke lakukan atas dasar keinginan hati yang paling dalam. Ya, Naruto tidak tahu. Namun, bila memang terpaksa seharusnya Naruto bisa menemukan ekspresi tak menyenangkan dari wajah Sasuke. Tetapi sejak tadi dia menatap, tak sedikitpun dia melihat adanya perasaan tertekan.

Tanpa disadari siapapun, Naruto menghela napas penuh rasa lelah. Dia yakin, hari-hari yang dia lalui setelah ini akan jauh lebih berat. Tapi, percayalah dia udah siap untuk itu.

Keputusan ini kuambil bukan tanpa alasan.
Aku... harus sanggup bertahan sampai semuanya terbuktikan.

"Naruto!"

Naruto berdiri saat melihat Sakura dan Sasuke yang berjalan menghampiri.

"Terima kasih banyak, Naruto." Sakura mendekap, bersikap layaknya seseorang yang merasa lega setelah mendapat pertolongan. "Sudah kuduga kau memang baik."

Naruto tak balas memeluk. Dia hanya menyunggingkan senyuman yang nyaris tak terlihat. "Sama-sama," sahutnya dengan suara yang diusahakan agar terdengar tegar.

Saat Sakura melepas pelukan, Naruto pun lantas meraih salah satu lengan sang suami, menariknya pelan hingga posisi Sasuke tak lagi berdampingan dengan Sakura. "Ayo, pulang."

Sakura tampak mengetatkan rahang melihat Naruto yang menggenggam tangan Sasuke dengan begitu erat. Namun tak lama, seulas senyum pun terbit di bibirnya. "Pulang ke rumah baru kita, bukan?" Ucapannya berhasil membuat langkah Sasuke dan Naruto terhenti. "Hm, kalian duluan saja. Aku akan menyusul setelah memeriksa semua barang-barangku di apartemen."

"Huh? Rumah baru... kita?" Naruto melirik tanpa melepas genggamannya. "Apa maksudmu?"

Sakura terdiam sejenak sebelum menyahut dengan tegas. "Apa ini?" Dia berjalan mendekat seraya mengulurkan tangan untuk meraih bahu Naruto. "Jangan-jangan kau lupa tentang segala persetujuan kita?"



Mulanya Naruto sulit untuk percaya dengan apa yang sudah Sakura katakan bahwa wanita itu akan tinggal bersama dengan dirinya dan Sasuke di satu atap yang sama. Namun, kala sebuah surat pernyataan diserahkan kepada dirinya, Naruto pun terdiam membisu.

SHORT STORY COLLECTION | Uchiha × (Fem) NarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang