Jerdian dan Juandra, si kembar yang berlomba-lomba untuk menutupi lukanya masing-masing. Terlihat saling ingin menjatuhkan, padahal mereka saling sayang. Mereka hanya tak tau bagaimana caranya menunjukkan rasa sayang seperti orang pada umumnya. Mamp...
Hardian di bangunkan oleh Bi Santi —asisten rumah tangganya yang baru saja tiba, karena kebetulan beliau tidak menginap di rumah Hardian, datang di pagi hari, dan akan pulang sekitar jam lima sore.
"Den, bangun. Aden nggak sekolah? Udah jam enam ini," kata Bi Santi sembari menepuk-nepuk bahu Hardian, membuat cowok yang bersembunyi di balik selimut itu kini menggeliat kecil, lalu menyibak selimut abu-abunya. Dengan wajah khas bangun tidur, Hardian menggeleng kecil.
"Iyan nggak masuk, Bi."
"Aden sakit?"
"Nggak, yakali ultraman sakit, Bi. Iyan mau pergi sama temen. Iyan, minta tolong Bibi bangunin temen Iyan di kamar tamu ya, dia kalo tidur suka cosplay pingsan. Iyan mau siap-siap dulu biar wangi," ujar Hardian sambil menyempatkan diri memeluk Bi Santi sebelum cowok itu masuk ke kamar mandi, yang otomatis membuat wanita paruh baya itu tertawa kecil. Anak dari majikannya itu selalu saja bisa menghidupkan suasana dengan celetukan-celetukannya yang unik. Selain banyak bicara dan terkenal iseng, Hardian itu juga sedikit manja jika sedang bersama orang terdekatnya. Apalagi ditambah dengan dia yang suka sekali skinship, tak jarang membuat cowok itu memberikan pelukan hangat pada siapapun.
Sekitar lima belas menit sudah berlalu, Hardian mematut dirinya di cermin sembari menyemprotkan parfum kesukaan di tubuhnya. Setelan yang ia pakai juga tak terlalu ribet. Dia hanya memakai ripped jeans yang di padukan dengan leather jacket dan kaos polos berwarna putih di dalamnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Kira-kira begini gambaran outfitnya)
Kaki jenjangnya melangkah keluar kamar, lalu bergegas menuju meja makan, dimana sudah tersaji beragam makanan yang menggugah selera. Tak berselang lama, Juandra keluar dengan tas ranselnya yang ia sampirkan di bahu dan langsung bergabung dengan Hardian.
"Bi, Pak Bos udah berangkat?"
"Sudah dari jam lima, makanya tadi Bibi dateng agak cepet, karena Tuan ngirim pesan ke Bibi kalau beliau berangkat lebih pagi," jelas Bi Santi membuat Hardian mengangguk. Pulang malam, pergi pagi buta, sangat-sangat gila kerja, bukan? Padahal sekarang saja semua terasa sudah terpenuhi, apa lagi yang dicari oleh laki-laki yang tadi Hardian panggil dengan sebutan 'Pak Bos' itu. Padahal kalau sekarang ia bisa bertemu dengan ayahnya, Hardian niatnya ingin meminta tolong untuk membantu mencari kembaran dari sahabatnya —Juandra. Namun apa daya, semua hanya rencana saja.
"Lo mau bawa bekel, Ju?"
"Buat apa?"
"Siapa tau nanti lo kelaperan di jalan, terus pingsan, kan nggak lucu," jawab Hardian yang langsung di hadiahi tatapan tajam dari Juandra. Yang benar saja, dia tidak selemah itu. Hardian yang ditatap hanya bisa tertawa, lalu kembali berujar, "Oh iya, tadi gue minta tolong ke Pragas buat mampir ke rumah nyokap gue, bawain surat izin kita. Kan rumah dia searah sama rumah nyokap gue."