Part 3; Wedding day.

347 50 3
                                    

Taeyong tahu, lari dari masalah itu sama saja pengecut. Namun meskipun begitu, ketika bel rumhanya berbunyi. Taeyong langsung berlari tunggang langgang menuju kamar. Mengunci pintu dan pura-pura tertidur.

Hari ini akan diadakan makan malam antara keluarga Jaehyun dan keluarganya, sekaligus membahas masalah pernikahan yang akan diadakan sabtu depan, yang artinya lima hari lagi. Taeyong yang tadinya begitu mencintai hari sabtu karena bisa begadang, entah mengapa kini membencinya tanpa sebab yang jelas.

"Yongie, Mami tau ya kamu belum tidur. Cepet keluar, calon suamimu udah dateng itu." Suara Irene yang berteriak itu Taeyong abaikan. 

Tak lama suara gedoran pintu yang brutal bisa ia dengar, Irene memang tak tanggung-tanggung. Tapi meskipun bebitu Taeyong tetap bersikeras tidak bersuara dan menyahut keluar. Lebih baik telinganya sakit ketimbang melihat tampang Jaehyun yang membuatnya gila. 

Gila karena tidak tahan ingin menonjok. Hah, andai saja membunuh orang itu tidak dosa. Mungkin saat ini Taeyong sudah hidup makmur setelah memutilasi Jaehyun dan membuangnya ke kolam piranha.

Suara gedoran di pintu kamar Taeyong itu terhenti tiba-tiba, membuat si empu pemilik kamar merasa heran dan tidak biasa. Pasalnya, Irene adalah orang yang memiliki prinsip;

Sebelum dapat apa yang ia mau, maka ia tidak akan berhenti.

Taeyong bangkit dari atas kasur dan mendekati pintu dengan langkah yang penuh perhitungan. Pemuda itu menempelkan telinganya di pintu yang  tertutup rapat dan berbahan tebal. Tak ada suara apapun yang dapat ia dengar.

Ia menghela napas lega, mungkin saja Irene kerasukan atau berbaik hati dengan melepaskannya. Namun sekali lagi, semua tidak berjalan seperti yang diinginkan. Taeyong berbalik dan--

"Hai calon istri."

"ANJENG!"

Di belakangnya sudah ada Jaehyun yang bersidekap dada sembari menyeringai. Tirai balkon tersingkap, menunjukan pintu kacanya yang terbuka. Pemuda yang lebih tua itu tampaknya baru saja mendaki balkon.

Sementara di sisi lain, Jaehyun mengelap wajahnya yang baru saja terkena cipratan air surga dari mulut Taeyong. Ia melangkah mendekat, mengikis jarak yang tadinya jauh. Hal itu membuat Taeyong terpojok hingga punggungnya menempel ke pintu.

"Calon suami dateng bukan nya disambut malah nyumput," kata Jaehyun. 

Taeyong yang merasa terancam langsung mendorong dada Jaehyun dengan kekuatan penuh hingga lelaki yang belum siap itu terjungkal dengan bokong yang mendarat duluan. Taeyong tertawa puas.

"Durhaka kamu sama suami sendiri." Mata Taeyong spontan melotot tidak terima, ia yang akan menjadi suami ketika menikah nanti. 

"Suami-suami gundol mu! Aku pihak atas!" katanya yang membuat Jaehyun yang mengangguk santai. Pemuda yang lebih tua bengkit dari atas lantai dan mendekati Taeyong. Detik berikutnya Taeyong dibuat terkejut karena Jaehyun yang tiba-tiba menyentuh miliknya.

"Kecil imut gini mana bisa masuk. Kalo kamu mau jadi pihak atas gak papa sih, nanti kita pake gaya uke on top." 

Plak

"Jung Bangsaat Jaehyun! Emang nya siapa yang mau jadi uke kamu!" pekik Taeyong marah.

"Ternyata bener kata orang," ucap Jaehyun.

"Apanya yang bener hah?" Taeyong benar-benar tidak habis pikir dengan yang ada di otak Jaehyun.

"Cewek sama Uke tuh sulit dimengerti. Sekarang bilangnya gak mau, nanti kalo udah ngangkang gak mau berhenti."

Bugh

"Mati gak kamu!" Taeyong langsung menerjang tubuh Jaehyun hingga pemuda berdimple itu kembali tersungkur di lantai dengan Taeyong yang ada di atasnya.

"Heh kalian, belum resmi udah mau ngena-ngena. Sabar atuh, bentar lagi. Nanti kalo udah sah gak usah keluar kamar juga gak papa." 

Taeyong dan Jaehyun menoleh ke arah pintu dan menemukan keberadaan Yoona dan Irene. Dua wanita itu senyum-senyum sembari mendengus geli melihat keduanya yang saling tumpang tindih.

"Kemaren aja mewek-mewek, sekarang udah mau ngentod aja." Chenle yang memegang stik game nya itu berujar acuh, namun mampu membuat Taeyong menjadi berang.

Pemuda cantik itu segera bangkit dari atas tubuh Jaehyun yang terlihat santai di bawahnya. Ia mengambil sendal berbulunya dan mengejar Chenle.

"Adek biadab! Sini kamu!"

_____

Tidak pernah terpikirkan sekalipun di benak Taeyong kalau ia akan berdiri di atas altar dengan usia yang sangat muda. Ia masih kelas dua SMA, tapi sudah dipaksa membina sebuah rumah tangga. 

Hari ini adalah hari pernikahannya dengan Jaehyun. Pernikahan tanpa pesta besar yang hanya dihadiri keluarga dan kerabat saja, meskipun begitu, terlihat ramai tamu yang hadir. Di sini bahkan ada Jungwoo dan Ten, mereka tahu karena mereka adalah kerabat jauh Taeyong.

Jangan tanya bagaimana ekspresi keduanya saat melihat Taeyong menikah dengan siswa brandal di sekolah. Bukan hanya itu, bahkan Jaehyun dengan sengaja mengundah ketiga sahabat akrabnya, Johnny, Yuta dan Doyoung.

Hingga saat adegan bertukar cincin, Taeyong masih merasa kecewa. Ia memiliki mimpi, tapi rasanya saat ini benar-benar sulit. Apa hidupnya hanya akan berhenti dengan berada di samping pria seeperti Jaehyun?

"Gak sabar ngewe ya?" Bisikkan pelan itu membuat Taeyong kembali pada dunia nyatanya. Ia menatap jari tengahnya yang telah terpasang cincin pernikahan, begitu pula dengan jari tengah Jaehyun.

Untuk pertama kalinya, Taeyong tidak menanggapi ucapan Jaehyun yang tidak sopan dan biadab. Ia menghela napas pelan dan kembali menatap depan dengan pikiran rumit. Hingga tak lama Taeyong merasa sesuatu yang kenyal menempel di bibirnya.

Ketika Taeyong sadar jika Jaehyun sedang menciumnya, Taeyong sudah terlambat. Ia tidak mengerti mengapa, namun yang pasti ada gelayar nyaman yang disalurkan benda kenyal yang menerobos masuk ke dalam mulutnya.

Seolah mengangkat segala rasa resah yang ada di hati Taeyong. Lidah Jaehyun itu mengabsen setiap inchi rongga mulut Taeyong. Menyesap rasa manis yang ada si sana seperti vampir yang tengah menghisap sari.

"SADAR WOI, ADA YANG JOMBLO DI SINI!" 

Teriakan Doyoung yang membuat ciuman Jaehyun dan Taeyong berhenti itu disambut tawa semua orang. Namun berbeda dengan Jaehyun yang merasa waktunya baru saja diganggu. Doyoung yang mengerti tatapan tajam Jaehyun itu hanya bisa pasrah, mungkin wajahnya akan memiliki noda setelah ini.

Mengabaikan rasa malu yang ada, Jaehyun menatap Taeyong yang kini menunduk dengan mata memerah. Barusan Taeyong pun tanpa sadar menikmati ciumannya. Jaehyun terseyum tipis, kali ini tampak tulus tanpa wajah tengilnya. 

Ia mengangkat dagu Taeyong hingga manik keduanya bertatapan, namun tak lama Taeyong membuang tatapannya.

"Kita emang udah nikah. Tapi sejak awal aku gak pernah bilang sama kamu kalo aku ngelarang kamu ini itu. Kita udah jadi satu, apa yang kamu mau aku dukung, aku gak akan larang apapun yang kamu mau selagi itu baik dan berguna buat diri kamu sendiri." Taeyong yang merasa terkejut langsung mendongak, ia melihat raut serius Jaehyun.

"Kita mungkin emang masih belasan tahun, tapi kedewasaan gak ditentuin dari umur. Sekarang kita dikasih tanggung jawab besar, tapi bukan berarti kamu kehilangan segalanya cuman karena kewajiban."

"Jalanin semuanya kaya biasa. Meskipun kita dijodohin, bukan berarti kita beda. Tugas kamu sekarang ngelengkapin aku, dan tugasku sekarang nyingkirin masalah yang ada di depan mata." Taeyong tertegun.

"Kamu serius?" tanya Taeyong. Jaehyun mengangguk.

"Iya, asal nanti malem kita buat anak."

PLAK

Jaehyun mental dari atas altar setelah mendapat tamparan maut dari Taeyong.


_____

TBC.

Suamiku Jung Bangsaat JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang