Part 7; Bubu.

324 42 5
                                    

"Gimana tadi malem?" 

Pertanyaan Irene itu hanya dibalas dengusan sebal oleh sang anak, sementara Jaehyun langsung tersenyum tipis. Meskipun ia tidak bisa mendapatkan apa  yang ia mau, namun setidaknya adiknya bisa tidur dengan tenang setelah mendapat bantuan tangan Taeyong.

"Baik Mi, untung nya Jeje pake kondom." Jaehyun berujar dengan tanpa malu, yang membuat Yoona dan Irene ikut senang mendengarnya. 

Hari ini kedua wanita dewasa itu datang, namun anehnya Jaehyun dan Taeyong sudah memakai seragam sekolah. Mereka secara serempak akan mulai bersekolah hari ini, itupun Jaehyun setuju karena diberikan service Taeyong semalam.

"Kalian emang nya beneran mau sekolah hari ini? Kamu gak kasian Je sama Yongie, yang namanya pertama kali pasti kan--"

"Aku berangkat," potong Taeyong sembari bangkit, meninggalkan meja makan serta Irene yang mendengus karena ketidaksopanan anaknya itu. Jaehyun yang melihat itu turut bangkit, mereka akan berangkat bersama karena hanya memiliki satu kendaraan.

"Tenang aja Mi, Jeje pake jurus jaran goyang kok biar Bubu gak sakit." Bubu adalah nama panggilan yang Jaehyun tetapkan setelah mendapatkan kenikmatan semalam. 

"Jeje berangkat, nanti Bubu nambah ngambek, Jeje gak mau ya jatah Jeje dikurangin." Yoona tersneyum geli melihat kedua anak muda yang baru menikah itu, tanpa tahu jika salah satu dari mereka merasa tertekan.

"Bu, tunggu aku." Jaehyun berteriak yang membuat Taeyong menoleh dengan pandangan jijik. Ia mendengus dan naik ke mobil terlebih dahulu. 

Mereka hanya memiliki sebuah motor ninja dan satu mobil, Siwon dan Donghae sepakat untuk tidak memberikan lebih. Entah apa maksud kedua tua bangka itu, yang pasti Taeyong benar-benar merasa tidak senang.

"Bu, naik motor aja. Ini udah siang, aku gak mau ya kamu terlambat. Jeje kan suami yang baik," katanya yang membuat Taeyong menatap jam, matanya membola detik itu juga. Ia menurut dan menaiki motor ninja Jaehyun, kali ini ia akan menjadi penumpang karena Taeyong tidak bisa mengendarai motor.

Motor melesat degan cepat, membalap kemacetan yang ada di ruas jalan. Dengan tidak manusiawi nya Jaehyun terkadang membuat Taeyong hampir terjengkang, namun pemuda itu dengan sigap juga menahan tangan mulus pria di belakangnya.

Jaehyun membawanya melewati jalan tikus yang lebih sepi dan pastinya akan mempersingkat waktu. Namun tiba-tiba, di tengah jalan, motor yang mereka naiki berhenti. Membuat Taeyong bingung, apakah Jaehyun tidak memiliki uang untuk membeli bensin?

"Ini kenapa?" tanyanya. Jaehyun mengedikkan bahu acuh dan turun dari motor yang membuat Taeyong juga turun.

Kepala Taeyong menoleh ke kanan dan kiri dengan gelisah, jika seperti ini akan telat ke sekolah. Ia menendang betis Jaehyun hingga pemuda yang tengah memeriksa mesin itu meringis dan mendongak.

"Bubu kenapa nendang Jeje sih?" tanyanya. Taeyong yang memang tengah kesal itu langsung menabok wajah tampan Jaehyun.

"Bubu bubu! Siapa Bubu kamu hah! Berenti panggil aku kaya gitu, jijik tau! Dasar alay!" pekiknya sembari menjambak rambut Jaehyun untuk melampiaskan emosi.

Jaehyun meringis dan meminta dilepaskan, ia mengedarkan pandang dan menemukan sebuah bengkel yang masih tutup. Lokasinya lumayan jauh karena berada di ujung gang. Menghela napas pelan, Jaehyun menatap Taeyong yang kini melipat tangannya di depan dada dengan wajah marah.

"Maaf, ini salah aku. Aku kira bakal cepet naik motor, tapi malah mogok." UcapanJaehyun itu membuat Taeyong menoleh dan menatap wajahnya. Tampaknya Jaehyun juga tidak tahu akan terjadi kesialan seperti ini.

"Di depan sana ada bengkel. Kamu naik, biar aku yang dorong." 

Taeyong mendengus dan menatap ke arah lain. Membuat Jaehyun terpaksa menggunakan sedikit paksaan. Ia mengangkat tubuh yang lebih kecil darinya itu ke atas jok, membuat sang empu memekik kaget dan memberontak.

"Jangan keras kepala kali ini ya? Ayok kerja sama, mau cepet sampe ke sekolah kan?" tanya Jaehyun membuat Taeyong melengos tanpa perlawanan. Jaehyun tersenyum tipis dan mulai mendorong motor yang dinaiki Taeyong.

Sementara Taeyong diam-diam menatap Jaehyun yang tidak mengeluh. Beban motor ini cukup berat, ditambah berat badan dan dosa Taeyong, apakah tidak apa-apa jika ia naik di atasnya? Ah persetan! Toh ini juga salah Jaehyun.

"Bu, nanti malem lagi ya?" Di tengah perjalanan, kesadaran Taeyong ditarik oleh kalimat yang Jaehyun lontarkan. Kali ini tidak ada umpatan marah atau pekikan penuh sumpah. Diamnya Taeyong adalah persetujuan bagi Jaehyun.

Ketika sampai di depan bengkel yang tutup, Jaehyun langsung memarkirkan motornya di sana. Ia mengeluarkan kertas dan pena dari dalam tasnya, lalu menuliskan sesuatu dan menaruh kertas tersebut di selipan jok.

"Dah, yok cari angkot atau bis," kata Jaehyun sembari menarik Taeyong pergi dari sana. Yang lebih muda terkejut, ia memutar kepala dan menatap motor yang ditinggalkan begitu saja.

"Jae, itu motor beli loh, yakin aman ditinggal gitu aja? Kamu kira ini apaan pake kertas?" pekiknya yang hanya dibalas senyum simpul Jaehyun.

"Gak apa Bu, kalo ilang berarti bukan rejeki." Taeyong merasa kepalanya mendidih, ia menghela napas pelan dan berkata;

"Basa-bisanya bilang gitu." Tak habis pikir, Jaehyun sama seklai tidak punya otak. Padahal rumornya pria ini adalah ketua geng brandal sekolah dan pemimpin sebuah organisasi antar murid sekolah sini.

Mereka berjalan kaki untuk waktu yang lama. Taeyong yang merasa kelelahan meminta untuk beristirahat sejenak di sebuah kursi taman kecil. Ramai anak-anak kecil di sini, kebanyakan dari mereka adalah anak jalanan yang memakai baju lusuh.

"Aku beliin minum sebentar, kamu tunggu di sini." 

Taeyong mengangguk tanpa mengalihkan matanya dari anak-anak kecil yang tampak bahagia dengan permainan sederhana. Hanya kapur yang dicoret di tanah, namun mampu membuat mereka tertawa.

"Wah, ada taget nih." 

Suara berat yang berasal dari sisi tubuhnya itu membuat Taeyong menoleh dan menemukan ketiga pria bertubuh tambun dengan wajah seram. Memakai baju lusuh tak terawat. Entah mengapa kedatangan tiga pria ini membuat anak-anak di sisi yang lain berhenti tertawa dan bermain.

Taeyong yang merasa tidak kenal hanya mengabaikan ketiganya, ia kembali menatap anak-anak di sisi jalan. Namun tubuhnya tersentak dengan penuh amarah ketika salah satu dari mereka memegang dadanya dari belakang.

Pemuda manis itu bangkit, ia merasa baru saja dilecehkan. Ia adalah seorang pria, meski takdirnya adalah melayani, tetapi ia memiliki prinsip. Melihat wajah marah dan terkejut Taeyong. ketiga pria itu tertawa.

Salah satu dari mereka yang memiliki rambut gimbal mendekat, Taeyong langsung menendangnya. Meskipun ia pihak mengangkang, ia tetaplah seorang pria. Namun agaknya tendangan Taeyong hanya memancing amarah ketiganya.

Kedua yang lain maju, Taeyong belum sempat memukulnya ketika keduanya menahan tangan Taeyong ke belakang. Saat itu ia merasa otot tangannya terpelintir hingga nyeri langsung mendera. Yang Taeyong tendang tadi jembali maju dengan seringai liciknya.

"Kamu marah cuman karena saya sentuh kan, liat ini. Sekarang bukan saya sentuh lagi, tapi saya makan haha." Ketiga pria itu tertawa bersamaan, namun Taeyong sama sekali tidak takut.

Taeyong berbalik dan kembali memberontak, namun cekalan di tangannya hanya menimbulkan bekas membiru. Cengkraman mereaka terlalu kuat. Ia merasa amat marah ketika dadanya kembali disentuh.

"Hahaha walau datar, tapi bisa buat saya horny."

Selain fisik, Taeyong merasa dilecehkan dengan kata-kata. Pria itu kembali mengulurkan tangan, hendak menyentuhnya lagi sebelum dengan tiba-tiba tubuh pria itu terpental ke samping.

 Saat itu juga Taeyong bisa melihat sosok Jaehyun yang tampak berbeda. Tak ada raut tengil atau bercanda seperti biasa. Aura sekitar mendadak suram, hingga membuat naak-anak tadi berlari ketakutan. Mata tajam Jaehyun menembus langsung ke arah kedua pria yang memegang tangan Taeyong.

"Beraninya kalian."




_____

TBC

Suamiku Jung Bangsaat JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang