5.Emosi

2 3 1
                                    

"Mama harap kamu dan mantan suamimu bisa merubah keadaan menjadi seperti semula. Pikirkan anak kalian." Ucap suara paru baya yang terdengar sedikit gemetar.

"Malam oma,"

"ya sudah, dia datang." Oma mengakhiri percakapannya sepihak dan mendapati cucunya yang sudah berdiri didepan pintu "Ngapain disitu? ayo kemari."

"Bunda lagi?" pria itu berjalan menuju omanya dan duduk disamping.

Tanggapan oma hanya tersenyum hangat menandakan bahwa iya.

"Kamu ngapain kesini?" tanya oma.

"Ada yang mau Vay omongin, tapi teman-teman Vay mau pamitan dulu sama omah."

Oma hanya ber'o'riah kemudian Devayno menuntun omah sampai ruang khusus santai. Menemukan tiga cowok remaja yang duduk disana, lantas ke tiga cowok itu berdiri dan siap untuk berpamitan karena jam mainnya sudah cukup lama. Bisa dibilang cowok-cowok tau diri.

"Oma Tiar pamit pulang."

"Iyan juga."

"Lino juga oma," lino tersenyum hangat" Btw, oma malam ini cantik banget. Auranya kayak masi muda." Tutur lino memuji sang omah kesayangan mereka.

"Dasar anak muda." Oma menggelengkan kepalanya sambil tertawa pelan.

Salaman dan mencium punggung tangan oma adalah kewajiban yang sering mereka lakukan ketika datang dan pergi saat ada oma.

Ketiga sahabat Devayno telah pergi meninggalkan pekarangan rumah Devayno dan kini tersisa Devayno dan omanya. Sekarang mereka duduk diruang Khusus bersantai.

"Oh ya, apa yang mau kamu omongin?" tanya omah serius.

"Apa kamu mau omongin kalo kamu udah punya pacar?" tanya omah sambil tersenyum menggoda.

Devayno berdecak kesal, pasalnya kata itu sering ia dengar setiap perbincangannya dengan sang omah. "Gak, omaaah. Ini tentang bunda sama ayah." Ucapnya.

"Kenapa? apa yang kamu rasakan?" tanya oma dengan tenang.

"Ini aga aneh si menurut aku, tapi
pas tadi aku nguping perbincangan
omah sama bunda kayak ada yang disembunyikan dari aku?" kata Devayno diakhiri sebuah pertanyaan yang membuatnya bingung.

Baru kali ini seorang Devayno bertanya tentang kedua orang tuanya. Kalo bisa dihitung pake jari, setahun 1 kali bertanya atau cari tau tentang orang tuanya.

Dan kesempatam malam ini, kata itu terucap karena ada dorongan dalam benak devayno yang ingin sekali tau.

"Kapan kalian rujuk?"

"Anak kalian berubah drastis disaat kalian berpisah dan pergi meninggalkan anak kalian."

"Jangan egois, kembali dan cepat perbaiki apa yang sudah kalian tinggalkan hingga berakibat hancur."

"Mama sudah ngertiin kamu, buktinya mama rawat anakmu dengan baik. Tapi kepribadiannya menjadi dingin karena ulah kalian."

"Jangan sampai terlambat."

Kira-kira itu yang didengar Devayno tadi, hatinya menjadi ngilu dan sebagian jiwanya mati rasa. Soal perpisahan itu,
Devayno memang Sudah mengetahuinya saat masuk SMA. Dimana kepribadian yang dulunya ceria kini menjadi dingin serta mengikuti beberapa kegiatan yang melampiasakan segala keresahan dalam dirinya.

"Kamu mendengarkan semuanya?"

Devayno hanya menggeleng "Dengar, tapi hanya sebagian."

yang sakit.

"Jangan dipikirkan. Orang tuamu hanya butuh waktu."

Pria itu terdiam dan tubuhnya mulai melemah, sayangnya ia tetap terlihat keren.

"Tapi, Aku butuh mereka." Ucapnya sendu. Setiap anak pasti membutuhkan pelukan hangat yang ingin mereka rasakan. Ingin lengkap, ingin kehangatan, ingin dimiliki. Tapi bagi seorang Devayno Gabriel Nicholas sulit untuk memiliki pelengkap hidupnya. Apa mungkin harus pergi meninggalkan dunia supaya dia tidak memiliki alasan untuk hidup? untuk saat ini mungkin iya.

Mata coklat terang itu mulai berkaca karena sakit yang begitu dalam yang ia pendam sejak dulu. Bayang-bayangan kebahagiaan muncul begitu juga dengan bayangan perpisahan 5 Tahun lalu.

Perpisahan dengan alasan pekerjaan yang harus dilakukan luar negeri dan berjanji untuk kembali. Tapi sampai sekarang tidak.
Hingga terungkap jika perpisahan itu adalah perpisahan dua orang dalam sebuah pernikahan.

Kepala pria tampan itu menunduk menyembunyikan butiran air mata yang mulai membasahi pipinya saat itu juga.

Suatu ungkapan yang jarang didengar dan jarang dikatakan membuat sang oma sangat menyayangkan cucunya ini. Dulu Vay bahkan enggan untuk berkata jujur seperti itu tapi hari ini dia berhasil mendengarkan perkataan jujur cucunya.

"Mereka bakal balik,tapi bukan sekarang." Ucap oma sekaligus meyakinkan Vay agar terus menunggu sampai waktu itu tiba.

"Aku akan menunggu." Ucapnya dengan suara yang terdengar sakit. Anak ini sudah terlihat lemah.

"Ya sudah, oma mau istirahat,tenangkan dirimu dan jadi anak yang kuat." Ketulusan adalah penguat yang bisa menyentuh hati seseorang. Dan oma mengatakan itu.

"Okey, Vay ngerti"

Mengerti dengan keadaan, bukan dengan alasan. Mendengar alasan pun Vay tidak pernah. Jadi dia hanya bisa mengerti dan menunggu.

*********

Pagi-pagi sekali sekolah dihebohkan dengan seseorang yang memberikan pesan lewat menfess SmaBit kepada Zavier  cowok tampan kelas 12 IPS 3.

Sudah menjadi trand di setiap sekolah yang membuat akun menfess dan bertujuan untuk mengutarakan perasaan pada seseorang dan bisa juga pada beberapa orang atau kelompok. Jadi akun menfess tersebut bersifat pribadi bagi siapa saja yang mengirim pesan, dan tidak bisa dipaksakan jika ada pihak lain menanyakan siapa yang mengirim pesan tersebut.

Kembali lagi pada Zavier yang menjadi pusat perhatian siswi-siswi yang menatap kagum setengah mati. Sementara lainnya mencibir cemburu pada seseorang yang mengirim pesan menfess berupa cinta.

"Ah gila si."

"Gue juga mau menfess ah,"

"Ke ka Zavier?"

"Gak, ke crush gue lah"

"Kan crush lo ka Zavier, bege..."

"O'iya ya hehe"

Percakapan singkat dua adik kelas itu tak jauh berbeda dengan siswi-siswi lainnya.
Berhubung akun itu baru, jadi baru sedikit yang mengirim menfess.

Berbeda dengan beberapa siswa yang hanya menganggap biasa saja tapi ada juga si yang iri. Tapi ada beberapa siswa juga mengirim menfess pada siswinya.

Hari ini semua orang menyebalkan sekali dimata wanita yang sedari tadi makan dengan kegelisahan. Jelian tidak menyukai situasi yang membuatnya gelisah, risih. Itu membuatnya marah dan akan mengatai orang itu jika ia mau.

Tapi tidak, ia tidak mau.

"Woy!" Panggil Jelian pada ketua kelas yang sekarang sudah bermanja-manja dengan pacar kesayangannya.

"Kenapa je?" tanya sang ketua kelas. Chelina.

"Chel, bisa tolong didiemin kelasnya?
soalnya gue gak mau makan pagi gue jadi hambar." Jelian memberitahukan.
Sementara Chelina hanya terdiam.

"Gais tolong diam."

"Gitu dong dari tadi, jangan sibuk bucin mulu. Kalo kesambet gunduruwo kan gak lucu."

Jelian melanjutkan makanannya sambil memperhatikan sekitarnya yang memang tidak ada objek yang indah. Semuanya hambar. Tidak ada yang menyenangkan.

*******

Vote woe

You are the one i chooseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang