16

27.9K 2.7K 117
                                    

"Lo pulang sama Zayyan ya! Gue mau latihan basket sama Yugo." ucap Gio pada zora.

"Aku naik angkot aja." Zora merasa tidak enak merepotkan orang lain.

"Gak. Gue gak mau dibunuh mama kalau gak pastiin lo sampai di rumah dengan selamat. Gue gak mau kejadian kemaren terulang." ucap Gio tegas supaya Zora nurut sama dia.

Kali ini zora berpikir, pulang bersama Zayyan berarti hanya kecanggungan diantara mereka. Zayyan sangat pendiam seperti Zora tapi Zayyan tidak pemalu seperti dirinya.

"Lo harus bilang iya baru gue izinin pergi!" Gio mau Zora menjawab karena dengan itu dia bisa tenang.

"Iya." jawaban lembut itu membuat senyum di bibir Gio. Dia tidak menyangka Zora nurut padanya.

"Ya udah hati-hati ya!" ucapnya sembari mengelus puncak kepala Zora pelan.

Tak lama, motor Zayyan datang. Zora memandang Zayyan yang juga menatapnya. Entah mengapa Zayyan selalu menatapnya dengan tatapan yang sulit Zora artikan. Semisterius itukah orang yang menyelamatkannya dari kematian?

Zora juga sadar, kalau tidak ada Zayyan yang menyelamatkannya, mungkin Zora sudah almarhum seperti niatnya waktu itu. Kali ini Zora entah minta Terimakasih atau sebaliknya.

"Ayo sana! Zayyan gak gigit kok!" ucap Gio bercanda. Dia tahu kalau Zora sedang gugup.

Zora melangkah pelan menuju motor Zayyan. Tatapan dingin itu terus tertuju padanya. Hingga Zora merasa dikuliti hidup-hidup karena tatapan itu.

"Zay, anterin adek gue dengan Selamat sampai tujuan. Jangan sampai kurang satu pun! Dan jangan kelayapan dulu bawa nih bocah!" ucap Gio seperti melepas Zora ke medan perang.

"Bacot!" jawab Zayyan tidak peduli ucapan Gio. Dia langsung memberikan helm kepada Zora. Dan Zora segera memakainya.

"Naik!" perintah Zayyan yang langsung dituruti Zora.

"Woi kasih dulu jaket lo buat nutupin pahanya!" ucap Gio setengah teriak. Pasalnya dia gemes sikap dingin dan tak peduli Zayyan. Dan harusnya Gio sadar kalau Zayyan bukan tipikal seperti itu.

Dan Zora juga cuek pada pahanya yang terbuka saat duduk di atas motor.

"Bener-bener ya kalian berdua. Pasangan paling dingin di dunia." ucap Gio sembari melihat motor itu melaju menjauh.

Senyuman Gio memudar. Dia meletakkan tangan di dadanya. Sakit. Itu yang dia rasakan saat melihat dua orang itu. Dia tidak tahu mengapa bisa merasakan itu.

Motor Zayyan berlalu dengan tenang. Tidak lambat dan tidak melaju cepat. Hingga Zora tak perlu berpegangan. Dia menikmati sore hari.

Sepai sepoi angin membuat Zora tenang tak sadar bahwa motor Zayyan tidak berjalan ke arah rumahnya. Setelah motor Zayyan berhenti di tempat tak asing bagi Zora, dia kembali sadar.

"Turun!" perintah Zayyan singkat. Zora menuruti ucapannya. Dia tak banyak bertanya karena dia hanya penumpang. Zora bahkan tidak sempat berpikir bahwa Zayyan orang jahat.

Zayyan juga turun dan berjalan agak jauh dari Zora. Zora hanya diam sembari memperhatikan gerakan Zayyan.

Zora melihat zayyan mengeluarkan sepuntung rokok dan pematik. Kali ini dia paham mengapa Zayyan menjauh darinya.

Sekian lama, Zora dan Zayyan hanya diam menikmati sore hari. Tempat seperti tebing dengan pemandangan yang sangat indah jika di lihat dari atas. Pemandangan yang membuat Zora nyaman sekaligus sedih.

Karena terlalu menikmati pemandangan, Zora tidak sadar ada Zayyan di sampingnya. Zayyan memilih duduk di atas karpet kecil dari kain yang dia bentangkan sendiri. Zora juga duduk di samping zayyan.

Introvert Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang