20

24.5K 2K 79
                                    

Zora memandangi koper Jihan yang sangat banyak. Hal yang membuat dia pening, Jihan satu kamar dengannya sementara waktu. Itu karena kamar Jihan belum siap sementara kamar di rumah ini cuma 3 kamar. Kamar Diana dan Regan, kamar Gio dan kamar Zora. Tentu Zora harus berbagi kamar dengan Jihan. Dia tidak tahu mengapa Jihan ingin tinggal ke rumah yang lebih kecil dari rumahnya.

"Apa lo liat-liat?" sentak Jihan saat melihat Zora memandangi koper-kopernya.

"Mau aku bantuin?" tawar Zora berbaik hati ingin menolong.

"Gak, pergi lo sana. Gue gak mau lihat muka lo." ucap Jihan mengusir Zora dari kamarnya.

"Tapi ini..." belum sempat Zora mengucapkan kata-katanya, Jihan sudah mendorong Zora ke luar kamar dan menguncinya.

"Jihan, ini kamar aku juga. Jangan dikunci!" ucap Zora sambil mengedor-ngedor pintu kamarnya.

Kamar adalah suatu tempat ternyaman bagi Zora. Tempat paling aman untuk bersembunyi dari dunia yang kejam ini. Sekarang dia sudah diusir dari sana.

"Ada apa Zora?" tanya Diana yang melihat Zora berdiri di depan kamarnya.

"Jihan ngunci pintunya bun." jawab Zora. Dia bukan berniat mengadu tapi dia tidak terima tempatnya diambil dan diusir dari sana.

"Maafin Jihan ya! Dia memang begitu, Zora maklumi aja ya!" ucap Diana. Jawaban diana membuat Zora tidak puas. Dia tidak merasa adil.

"Lagi pula cuma untuk sementara kok!" ucap Diana menghibur. Zora memang merasa tidak adil tapi melihat wajah lembut Diana, dia mencoba memahami.

"Ikut bunda masak yuk!" Diana mencoba mengalihkan perhatian Zora.

Zora mengangguk setuju. Dia mencoba tersenyum walau masih ada yang mengganjal di hati.

"Mau ngapain mah?" tanya Gio yang sedang berjalan ke ruang tamu dan melihat Zora dan mamanya bersama.

"Mau masaklah masak mau makan." ucap Diana mencoba bergurau.

"Kok dia ikut!" ucap Gio menunjuk Zora.

"Zora mau bantuin bunda masak. Kamu juga mau ikut?" tanya Diana pada Gio.

Gio memandang wajah datar Zora lalu tersenyum,"mau mah." jawab Gio kegirangan.

"Awas, jangan hancurin dapur mama ya!" Diana mencoba memperingati dengan wajah serius. Padahal Gio tidak pernah masuk dapur untuk masak.

"Minimal gosong dikit gak apa-apalah ma!" ucap Gio tertawa. Diana juga tertawa sedangkan Zora hanya tersenyum tipis. Setidaknya dia mendapat hiburan dari Diana dan Gio.

Terlihat tiga orang sedang asik memasak. Kehadiran Gio tentu bukanlah membantu masak tapi malah membantu mengucaukan isi dapur.

"Gio, bawangnya jangan diiris tebal-tebal! Harus tipis-tipis." teriak Diana saat melihat aksi Gio di dapur.

"Bawangnya jahat ma, Bawangnya bikin nangis seperti ditinggal gebetan." ucap Gio random. Dia terlihat tersiksa mengiris bawang.

Diana spontan tertawa begitu juga dengan Zora. Hal itu membuat Gio tersenyum senang.

Kebahagiaan yang tercipta itu dilihat oleh Jihan. Dia tidak rela kebahagiaan itu menghampiri Zora apalagi dengan keluarganya. Dia tidak akan membuatkan itu terjadi.

"Mamaa..." panggil Jihan sembari memeluk mamanya. Menghentikan kebahagiaan kecil itu sejenak.

"Ada apa sayang?" tanya Diana.

"Aku capek rapiin baju. Tolongin Jihan ya ma!" pinta Jihan mengeluh.

"Tapi mama lagi masak sayang, sebentar ya!" ucap Diana mencoba memberi pengertian.

Introvert Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang