BERTEMU.

9 2 0
                                    

Di sisi lain, setelah Reynaldi mengakhiri panggilannya dia sedikit merenung untuk pertama kalinya.

Sejujurnya dia cukup terkejut mendengar omelan sekretarisnya, Danira yang dia kenal selama ini adalah sosok yang penyabar dan selalu tersenyum dalam hal apapun. Bahkan saat dia sedang menegur pada awalnya dia tidak pernah kehilangan kendali emosinya.

Ini pertama kalinya dia melihat Danira memarahi seseorang atau bahkan itu dirinya sendiri, yang membuatnya penasaran tentang dirinya untuk pertama kalinya. Bukankah akan menarik jika dia bisa melihat wajah marah dari Danira?

"Permisi pak."

Sebuah suara membuat Rey sadar dari lamunannya.

"Pak, siang ini anda ada meeting dengan Pak Jeremy dari perusahaan Solving di restoran Consulate," kata Tony sekretaris sementara.

"Baiklah, lalu bagaimana dengan yang laporan keuangan yang saya minta tadi?"

Tony bingung bagaimana harus menjawabnya, karena laporan itu masih belum bisa di selesaikan.

"Belum selesai? Kenapa kerja kalian lelet banget sih? Ga bisa apa kalian sepersepuluh aja kerjanya seperti Danira? Masa 6 sekretaris ga bisa kerja secepat Danira sih!! Saya engga mau tau, saya minta setelah makan siang harus sudah ada dimeja saya!" Rey merasa sangat kesal, dia sudah lama tidak pernah semarah ini lagi.

Tony menyeka keringat dingin di dahinya sambil bergumam dalam hati, "kapan Bu Danira akan kembali, dia sudah beberapa kali hari ini dimarahi sang bos!"

~~~

Danira bejalan santai sambil memasuki sebuah restoran yang biasa dia kunjungi saat tidak bekerja.

Seorang pelayan menghampirinya dan mengantar Danira ke meja yang biasa dia pesan, pelayan itu cukup akrab dengan Danira karena sering mengunjungi restoran ini dan kebetulan manager restoran adalah teman kuliah Danira sendiri di Amerika.

Setelah duduk dan memesan berbagai makanan kesukaannya, Danira melihat keluar jendela. Menikmati pemandangan ramai di Kota New York, saat sebuah suara terdengar memanggil namanya.

"Danira?"

Danira menoleh ke sumber suara itu, dia melihat seorang pria tampan berjalan menghampirinya.

"Sungguh ini benar-benar kamu, senang bertemu denganmu." Pria itu datang dan langsung memeluk Danira setelah Danira berdiri dari kursinya.

"Jeremy senang bertemu dengan mu." Danira lantas membalas pelukan pria itu, yang ternyata Jeremy teman kuliah kakaknya dan sering bertemu Danira saat Jeremy datang ke Indonesia.

"Kalian saling mengenal?" Sebuah suara dingin seorang pria mengganggu obrolan mereka.

Danira mendengar suara familiar yang biasa dia dengar hampir setiap hari.

"Pak Rey, anda disini juga?"

Rey hanya mengangguk dengan wajah dingin, padahal api tanpa nama mulai membara di hatinya saat melihat Danira berpelukan dengan laki-laki lain. Rey sendiripun bingung dengan hal ini, dia hanya merasa kesal tanpa alasan.

"Danira kamu kenal dengan Pak Rey?" tanya Jeremy.

"Ya, aku sudah hampir 3 tahun bekerja sebagai sekretaris Pak Rey. Saat ini aku sedang cuti." Danira menjelaskannya perlahan.

"Aku tau kamu bekerja di sini tapi aku tidak menyangka itu adalah perusahan Pak Rey, aku bertanya pada kakak mu tapi dia bilang tidak tau." Jeremy memang pernah bertanya dan ingin mengunjungi Danira tapi tidak pernah bisa.

"Baiklah kalian ada meeting bukan? Lanjutkan saja, aku disini hanya untuk makan siang." Danira merasa tak enak jika mengganggu lebih lama. Kebetulan makanan yang dipesan danira datang.

"Tidak kami akan mulai di meja ini saja." Rey yang sedari tadi diam melanjutkan, "Kebetulan aku belum makan siang."   
 
Tanpa menunggu persetujuan Danira dan Jeremy, Rey langsung duduk di kursi dengan mantap dan memesan beberapa makanan untuk dirinya.

Jeremy tidak keberatan, tapi Danira keberatan. Tidak bisakah dia di hari liburnya tidak perlu melihat wajah dingin menjengkelkan namun tampan dari Bosnya itu?

Setelah makan, mereka langsung memulai meeting nya. Biasanya makan setelah meeting tapi karena Rey jadi begini.

Danira hanya mendengarkan tanpa ikut campur, tapi dia mengingat detail-detail nya. Dan saat Rey bertanya baru dia akan menjawab, sedangkan Tony hanya mencatat hal yang penting saja.

Jeremy yang melihat interaksi akrab mereka berdua mulai memikirkan rumor yang beredar, mereka berkata jika CEO perusahaan Alexander memiliki sekretaris hebat disampingnya. Yang mendukung banyak ide-ide kreatif suatu proyek, dengan itu sangat banyak proyek yang menjadi makmur dibawah tangan Alexander beberapa tahun belakangan ini.

Banyak pula yang ingin merebut sekretaris hebat seperti itu kedalam perusahaan mereka masing-masing tapi semua gagal karena CEO Alexander menjaga ketat siapapun yang ingin merebut apapun darinya. 

Bos Paranoid KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang