KN.2

2.9K 433 103
                                    

Hai, mau minta maaf dulu kalau ada kata-kata kasar ya✌️. Karena saya pakai bahasa sehari-hari untuk daerah Solo dan sekitarnya.

Sorry for typo(s)

Satu hal yang membangunkan Jeffriyan dari lelapnya tidur sehabis perjalanan panjang adalah tepukan pada pipi serta seruan manis dari sang buah hati. Selimut bulu yang dipeluk semakin dieratkan dengan lenguhan kecil. Jeananda tentu saja juga tidak menyerah. Anak itu naik ke atas ranjang kemudian tengkurap di atas tubuh ayahnya.

Bibir si kecil menempel pada telinga Jeffriyan sambil berbisik, "Papi, ada sayul bayam campul jagung lebus buatan Yangti!"

Manik itu terbuka lebar, tangan yang ditindih tadi pelan-pelan ditarik sembari mendekap putra semata wayangnya. Bukannya bangun, justru Jeffriyan menggulingkan diri sehingga membuat buah hatinya berteriak kaget. Didekapnya begitu erat dan harum khas bedak bayi sudah menyelimuti tubuh Jeananda.

Dengan sebelah tangan menopang kepala, lelaki itu mengamati putranya. Ia berdecak melihat betapa cemongnya wajah Jeananda. Pasti kelakuan adiknya yang telah memandi dan mendandani si kecil.

"Papi ngantuk, Dek."

"Endak boleh bobok lagi! Ayo mam! Banyak-banyak loh, Papi!" serunya antusias.

Oh, omong-omong pasangan anak ayah ini sudah sampai dengan selamat di kota kelahiran Jeffriyan yaitu Karanganyar. Pukul dua belas malam tadi, mereka baru sampai di Semarang. Lelaki itu tidak berani mengebut juga karena takut angin jalanan untuk si kecil.

Memang menjadi rencana bagi adiknya untuk menjemput di tengah kota karena merasa kasihan juga pada sang keponakan.  Untuk itu, Jeffriyan berhenti di sebuah warung pinggir jalan kemudian memberi lokasi pada keluarganya yang membawa mobil. Jeananda sudah terlelap untuk kesekian kalinya, tadi malam di bangku kayu yang ada, jaket tebal yang sengaja dibawa pada jok menjadi kasur mini sekaligus selimut untuk sang buah hati.

Setelah lima belas menit menunggu, mobil Grand Livina hitam berhenti di depan warung yang biasa disebut tiga huruf (HIK). Sang ibu yang pertama turun, Jeffriyan menyambutnya dengan senyuman tipis. Dipeluk, diciumi wajah si sulung menyalurkan rasa rindu yang sudah lama dipendam. Beliau menatap haru cucu paling mudanya kemudian digendong secara pelan-pelan.

"Naik mobil aja sama Bapak, Ibu. Nanti motornya dipakai si Janu," ucap ayahnya sembari menunjuk pada adik ipar.

"Iya, Mas. Naik mobil aja sama Bapak, motornya biar aku aja yang bawa," sambung lelaki yang memiliki tinggi sama olehnya.

"Gek kono melbu kok!" [Udah sana, cepet masuk kok]

Nada sinis itu muncul dari bibir sang adik. Jeffriyan melirik dengan jahil, tangannya siap menguyel wajah wanita bersurai panjang itu. Pekikan heboh itu membuat sang ibu menoleh galak. Pasalnya, dua cucu kesayangan telah terlelap di dalam mobil. Beliau berada di tengah menjadi teman tidur bagi mereka.

"Lah awakmu nggo helm e Nanda popiye, Ya?" tanya lelaki berlesung pipi tersebut sembari mengulurkan pelindung kepala buah hatinya.

"Eh, sorry ya! Bojoku wis siap sedia helmku!" jawabnya.

Jeffriyan mendekat, membisikkan sebuah kata di telinga adiknya. "Tai."

"Mingkemo!" [Diem o]

Ayah serta suami wanita itu hanya menggeleng melihat kelakuan kakak adik tersebut.

Begitulah ceritanya Jeffriyan sampai di rumah sang ibu. Mereka semua menginap di sini. Rumah keluarga kecil adiknya hanya berjarak lima bangunan, yaitu paling ujung di gang.

Keluarga Numpang [Lokal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang