KN.6

1.3K 220 30
                                    



Sorry for typo(s)




Hari libur menjadi satu-satunya waktu untuk Jeffriyan menghabiskan waktu bersama buah hati tercinta. Di tempat tinggal mereka yang baru — bagi Jeananda lebih tepatnya. Selama satu minggu ini pun, lelaki tersebut juga sedang mencari rumah kontrakan. Meski diterima di rumah keluarga, tetap saja terasa sungkan. Toh, sudah memang niat dari awal ia hanya menumpang dan kedua orang tuanya paham akan putra sulung mereka.


Pada bulan ke dua, Jeffriyan berhasil menemukan rumah kontrakan yang cukup murah. Tidak jauh dari tempat tinggal orang tuanya, jarak tempuh menggunakan motor mungkin sekitar lima menit. Bedanya, ia memilih lokasi perumahan. Bukan kompleks kampung seperti milik ayah dan ibunya.


Rencana kedua setelah menyewa rumah yaitu memasukkan Jeananda ke paud. Namun, baru mengutarakannya saja sudah mendapat omelan dari sang ibu.


"Yo nek ngunu mending momong ning omah. Podo waene wira-wiri jemput. Sisan TK A lah, Le."

[Ya kalau kayak gitu mending momong di rumah. Sama aja bolak-balik jemput. Sekalian TK A aja]


Adik perempuannya menahan tawa, ia juga korban mendapat omelan yang sama persis dari ibu.



Keputusan akhir, Jeffriyan akan menunggu usia Jeananda cukup supaya bisa masuk ke TK. Lelaki itu juga sudah menyicil membeli beberapa buku mewarna, baca tulis, papan tulis sedang untuk cosplay menjadi guru di rumah.


"Papi!"


Jeffriyan menoleh ke samping di mana putranya ternyata masih terjaga. Sepasang ayah dan anak itu tidur di ruang tamu rumah baru mereka karena ruang kamar masih direnovasi bagian plafon.


Tangan lelaki itu terulur, mendekap tubuh mungil sang buah hati yang juga segera memeluk ayahnya.


"Dek Nana suka di sini."


Seulas senyum terukir di bibir Jeffriyan, usapan lembut pada punggung kecil Jeananda menjadi penghantar tidur keduanya.




***



Sebelum berangkat kerja, Jeffriyan terbiasa melakukan olahraga. Kali ini bersama dengan sang buah hati jalan-jalan mengitari kompleks. Namun, hal yang menyenangkan di sana kehidupan perumahan dan perkampungan begitu akur. Mereka bisa saling membantu dan peduli. Orang-orangnya juga ramah tamah, selalu mengajak untuk mengobrol di pos ronda sebagai sesi perkenalan meski ia hanya mengontrak di sana.



Tawa kecilnya keluar kala melihat putranya berjalan dengan ngos-ngosan. Duduk di tepi jalan dengan memasang wajah paling menderita, padahal mereka baru saja keluar dari gapura perumahan.


"Ayo, Dek."


"Cape, Papi! Naik ngeng ngeng aja!"


Bola mata Jeffriyan berotasi malas, ikut duduk di samping sang putra mengamati motor yang berseliweran di jalan. Nampak baru pulang dari pasar, terlihat banyak sekali plastik berisi sayuran maupun daging. Senyumnya terukir mengingat masa lalu, di mana ia sering menemani ibu berbelanja naik angkot yang mengitari kampung sini.


Sekarang, zaman sudah maju. Ada aplikasi ojek online yang menggantikan angkot.


"Pi?"


Kepalanya menoleh dan merasakan Jeananda bersandar di sisi tubuh kiri. "Kenapa, Dek?" tanyanya.


"Mau cepeda."


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Keluarga Numpang [Lokal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang