Bagas memasukan buku dan pulpennya, menarik resleting lalu beranjak sambil menggendong tasnya."Gas, futsal ga nanti?" tanya Azka yang menyusul ke kelas lalu mengikuti langkah Bagas untuk kembali ke luar kelas.
"Ga bisa."
Azka tetap mengikuti Bagas yang sepertinya akan menuju parkiran.
"Lho, kenapa?"
"Kenapa? Ga ikut futsal dia?" Razib datang dari arah belakang.
Bagas hanya melirik, sedangkan Azka mengangguk mengiyakan.
"Biarinlah, dia ada tugas di rumah. Zoela harus terus dilatih jalan biar bisa cepet sekolah bareng kita." Razib paham soal itu, Azka pun tidak lagi menuntut.
"Sorry, bilangin sama yang lain." Bagas pun memakai helm fullfacenya, mulai menyalakan mesin lalu meninggalkan Azka dan Razib yang baru akan naik ke atas motor.
"Bagas jadi jarang kumpul." Sahrul muncul dengan masih menatap kepergian Bagas.
"Namanya udah rumah tangga, mainnya pasti ga sebebas biasa. Apalagi Zoela spesial," ujar Razib serius.
Azka dan Sahrul mengangguk kompak.
"Udahlah, biarin Bagas urus istrinya dulu. Jangan banyak tuntut dia ini itu, beban pikiran dia udah bercabang sekarang." lanjut Razib.
"Hm.. Nanti Zoela sembuh pasti dia kumpul lagi." tambah Sahrul yang di angguki Azka.
***
Bagas melepas helm, melemparnya pada satpam rumah yang gesit dan terbiasa. Motor pun di ambil alih.
"Makasih, bro." ucap Bagas pada satpam yang hanya terpaut dua tahun darinya itu. Bagas sudah menganggapnya kakak.
Bagas pun masuk ke dalam rumah, mengabaikan beberapa pelayan yang menganggukan kepala sopan dan tersenyum padanya.
Bagas tidak melihat ibunya, dia pun memutuskan belok ke arah lift di banding naik tangga mewah yang berbelok-belok itu. Melihatnya saja melelahkan.
Bagas menekan tombol lantai 3 dan menunggu terbuka sambil bermain ponsel, dia ingin bermain game walau sebentar.
Bagas asyik hingga fokusnya terpecah saat lift terbuka di lantai yang dia tuju. Langkah pun terayun dengan masih bermain game.
Sudah hapal kapan dia belok dan berhenti di depan pintu kamarnya.
Bagas pun mematikan game, memasukan ponsel itu ke dalam saku lalu membuka pintu dan menutupnya.
Zoela menoleh, Bagas pun menatap Zoela yang duduk di atas kasur dan bersandar ke kepala ranjang.
"Ibu kemana?" Bagas menyimpan tasnya, melonggarkan dasi dan membuka beberapa kancing.
Wajah Zoela yang gampang memerah kini kembali berulah. "Euh itu, katanya mau beli meja kecantikan." jawabnya pelan antara canggung dan takut.
Bagas pun membawa langkah ke kamar mandi, membersihkan diri kemudian memakai kaos dan boxer di atas lutut. Khasnya kalau di rumah.
Hari ini Bagas jelas tidak akan kemana-mana dan akan full di rumah.
"Udah latihan jalan?" tanya Bagas acuh tak acuh sambil menyugar rambutnya lalu duduk di samping Zoela yang sedang memakan buah-buahan yang terpotong kecil-kecil.
Zoela menggeleng, membiarkan Bagas mencicipi buah di piring yang berada di pangkuannya.
Zoela menegang sesaat saat Bagas mendekatkan sepotong apel ke mulutnya, dia pun menerimanya agak salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagas & Zoela - Pernikahan Dini (TAMAT)
RomansaDilarang keras menjiplak! Zoela terbangun dari koma. Saat pertama kali membuka mata, teman dan keluarga tidak ada. Hanya ada Bagas dan Zara di sampingnya. Hingga sebuah fakta yang mengejutkan menyapa. Tentang Bagas yang ternyata sudah menjadi suami...