9. Penculik Sissy

29 11 4
                                    

Drrrtt... Drrrtttt... Drrrtttt...

Alarm ponsel bergetar membangunkan sang empunya. Matanya yang masih rapat terpaksa membuka setelah mendengar suara ponselnya. Hari ini memang sudah masuk weekend, itu sebabnya Ethan lebih memilih untuk bermalas-malasan. Alarm pertama berbunyi pada pukul 6 tadi, tangannya segera meraih ponsel yang ada di atas nakas samping ranjangnya dan mematikannya.

Bukannya bangun, Ethan memilih kembali tidur dan menunggu alarm berikutnya yang 10 menit lagi bunyi kembali. Alaram kedua, ketiga, bahkan itu terus berulang sampai pukul 7 tiba. Dirinya benar-benar ingin bermalas-malasan hari ini. Setidaknya, sampai pukul 10 nanti. Tapi kenapa alarm ini terus berbunyi mengganggunya!

Membuka pintu kamar Ethan, "Kak Ethan, Ibu membelikan kita lontong sayur. Cepat turun!" titah Riki kemudian kembali menutup pintu.

Ethan mengerjap mata, yang ia dengar tadi terasa seperti suara nyamuk yang sedang terbang di atas kepalanya. Tidak jelas berbicara apa. Ia pun akhirmya bangkit dan menyingkirkan selimut yang membalut tubuhnya, menampilkan badan berisi ototnya yang terpampang jelas. Ya semenjak dirinya memiliki tato, Ethan lebih sering tidur telanjang dada dan hanya menggunakan celana yang menurutnya nyaman.

Bisa dikatakan tato membuatnya sedikit berubah. Dan jangan lupakan kehadiran tato itu yang sudah hampir sebulan. Awalnya memang sangat mencolok, apalagi saat bangun tidur yang pertama kali ia ingin lihat adalah bentuk tatonya ketimbang wajah tampannya. Rambutnya yang acak-acakan terkesan lebih menambah aura sexy-nya.

"Sudah lama aku tidak pergi ke tempat gym lagi." gumamnya sembari memakai baju dan keluar kamar. "Yang mana lontong sayur punyaku?" teriak Ethan yang baru tiba di meja makan.

"Pilih saja, yang satunya punya Ibu." balas Riki dari ruang keluarga.

"Ibu kemana?" tanya Ethan lagi.

"Kenapa mencari Ibu?" tiba-tiba saja datang dari belakang.

Tersentak kaget, "Ibu, ku kira hantu."

Ibu pun melotot, "Apa kau bilang!" menaruh kedua tangan dipinggang.

"Tidak Bu." balas Ethan cekikikan yang langsung kabur menghampiri Riki yang tengah menonton tv.

"Akh, kau ini apa-apaan!" pekik Riki setelah mendapati kakinya yang tak sengaja diinjak Ethan.

"Maaf." ucap Ethan yang duduk disamping Riki. "Hei, bukankah kita biasanya menonton Doraemon, kenapa kau menonton acara tinju?"

"Hanya menonton saja, kau tau itu sangat menyenangkan. Melihat seseorang meninju dengan kekuatannya."

"Tidak, itu membuatku ngilu." tutur Ethan yang kemudian makan dengan tenang.

"Aku jadi berniat membentuk otot di tubuhku."

Menoleh dengan antusias, "Bagaimana kalau kita pergi ke gym nanti? Aku sudah lama tidak pernah pergi ke tempat gym."

"Itu ide bagus!"

*

*

*

*

*

Ting, lonceng pintu berbunyi. Sissy pun memasuki tempat tersebut. Aroma buku sudah sangat tercium jelas, ini surganya komik. Sebelum masuk ia harus melepas sepatunya terlebih dahulu dan menggantinya dengan sendal khusus bagi pengunjung. Pagi ini hanya ada beberapa orang mengingat hari ini hari Sabtu. Orang lebih banyak menghabiskan waktu mereka dengan orang tersayangnya. Tidak seperti dirinya.

Seperti biasa setiap weekend Sissy akan menyempatkan diri untuk mampir berkunjung ke toko komik. Sebenarnya tempat ini bukan sepenuhnya toko komik, lebih tepatnya seperti penggabungan antara perpustakaan komik dan Gramedia. Sissy sering berkunjung entah sekedar membacanya atau membelinya.

Jarak || Lee HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang