Part 8

11.9K 792 5
                                    



~HAPPY READING~


Auris Pov.

Memasuki masa Sekolah Mengenah Pertama, keuanganku masih belum membaik juga. Aku masuk ke sekolah ini saja semata-mata karena hasil beasiswa yang diberikan kepadaku. Jika aku tidak punya otak yang pintar, mungkin sekarang aku tidak dapat melanjutkan sekolah bahkan ke jenjang sekolah menengah pertama ini.

Yaa... seperti itulah masih buruknya kondisi keuanganku. Saat memasuki masa sekolah menengah pertama, otomatis jam sekolah semakin lama. Apalagi ditambah beban tugas yang semakin banyak. Tidak mungkin aku membuat dan menjual bunga-bunga buatanku sendirian. Jadi, aku memutuskan untuk menitipkan bunga-bunga itu pada salah satu penjual perabotan rumah tangga di pasar. Pak Tono namanya.

Ya meskipun pendapatan yang ku peroleh berkurang, itu lebih baik dari pada aku harus berjualan sampai malam dan tidak melanjutkan sekolah. Aku hanya perlu membuat bunga-bunga hias itu setelah pulang sekolah dan mengantarnya ke toko milik pak Tono saat malam atau pagi hari sebelum berangkat ke sekolah.

Kenapa keuangan ku belum membaik juga padahal hasil dari membuat bunga-bunga hias itu lumayan banyak? Apalagi semakin kesini bunga-bunga hias buatanku semakin diminati banyak orang. Jawabannya karena aku harus menghemat dan menabung. Aku ingin segera pindah dari gudang ini dan menyewa sebuah kamar kost an sendiri. Jangan kira selama aku tinggal menumpang di sini selalu ku lewati dengan aman dan damai. Sering sekali pak Rama, suami bi Darmi dan anaknya, vania menindasku dengan kejam.

Jika tidak ada bi Darmi, mereka selalu menyiksa dan menyuruh-nyuruhku seenaknya. Kadang-kadang mereka selalu memarahi dan memakiku dengan alasan yang aku sendiri tidak mengerti dimana letaknya kesalahanku sendiri. Mereka benar-benar memperlakukanku seperti halnya sebuah virus yang harus segera dimusnahkan dari muka bumi ini.

Aku ingin segera pergi dari sini. Sungguh! Bukan saja fisik kecil ku yang terluka. Tetapi, mental ku juga ikut tersiksa. Kehidupanku sebagai Auris memang tidak semudah yang aku bayangkan pada awalnya. Ini sangat sulit. Sunguhh.. sangat.. sulit.. bagiiku dan bagi tubuh kecil ini.

Akhirnya, setelah aku mengumpulkan uang selama masa sekolah dasar, aku sudah siap dan mempunyai cukup uang untuk menyewa sebuah kamar untuk seorang diri saat memasuki pertengahan sekolah menengah pertama. Aku menyewa sebuah kamar yang sederhana, tetapi ini cukup nyaman dibandingkan tinggal di gudang itu. Kamar mandinya diluar, menyatu dengan teman-teman kost an yang lain.

Di kost an baru ku ini, terdapat sebuah dapur bersama. Jadi, aku semakin betah dan suka tinggal disini karena bisa menghemat pengeluaran dengan memasak sendiri. Untunglah skill memasakku sebagai Adira masih tersimpan baik dalam ingatanku. Apalagi, harga kost nya yang cocok dengan kondisi keuanganku saat ini membuat kost an ini bagai mutiara di antara tumpukan batu. Meskipun bukan istana, mention, atau penthouse yang megah dan besar, kost an ini adalah rumah yang paling megah dan nyaman bagiku sekarang.

"Hari ini mau main dulu gak Au?" Tanya Risha padaku saat kami tengah membereskan buku-buku yang berserakan di atas meja bersiap untuk pulang.

"Hari ini aku gak bisa deh Ris soalnya bunga-bunga ku yang di titip udah hampir habis. Kata pak Tono besok minta cepet-cepet di kirim lagi. Jadi aku harus selesain semuanya malam ini" Jawabku sambil terus fokus memasukkan alat tulis ke dalam tas. Tas dan baju yang kupakai sekarang merupakan salah satu benda bekas pemberian para tetangga saat awal aku memasuki sekolah menengah pertama. Meskipun bekas, aku sangat bahagia saat mendapatkannya. Aneh memang.

Dulu saat menjadi Adira, aku akan berbelanja tas dan pakaian hampir setiap minggu. Tapi aku tidak pernah merasa cukup. Sekarang, bahkan dengan baju dan tas bekas yang kupakai dari awal sampai tamat masa sekolah, aku merasa senang dan cukup. Memang yah, segala sesuatu itu akan terasa lebih baik dan cukup saat kita selalu bersyukur. Sekarang aku mengerti hal itu.

"Yaudah semangat yahh... nanti aku ke kost an kamu. Aku bantuin dikit-dikit biar cepet selesai hehehe. Mau nitip makan gak? Belum makan kan? " lanjutnya setelah mendengar jawabanku.

"Huum..." Jawabku dengan anggukan singkat. "Yaudah nanti nitip bawain makan aja yah sama tempe bacem." Ucapku memesan makanan yang akhir-akhir ini menjadi favoritku itu padanya. "Nanti uangnya di kost aja yah, aku sekarang gak bawa uang" Lanjutku.

"Okey siapp!" Jawabnya dengan semangat. Seandainya Risha tidak ada, bagaimana aku dapat bertahan di dunia ini seorang diri? Untunglah ada dia. Yaa... setidaknya aku tidak sendirian... Aku masih cukup beruntung...


~TO BE CONTINUED~








Halooo Readers!!! Makasih yah udah ada yang mau baca cerita gaje dan amat membosankan ini. Part- part kedepannya bakal masuk alur utama nih. Jadi, bakal makin seru hehehe. Tolong dukungannya dong men-temen. Jangan lupa pencet tanda bintang dan komennya yah biar aku tambah semangat nulisnya. See you in the next part guys....

WARNING!!!

- Typo bertebaran

- Penulis amatiran

18 Juni 2022

_Nittzzy

My Second Life as AuristellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang