⚠️ ️️Vote dan follow dulu sebelum baca! ⚠️Happy Reading:)
Author Pov
"Silahkan masuk" Ucap Auris sembari menunjukan jalan ke kamar kost nya.
Ketiga orang itu mengikutinya dengan patuh di belakang. Auris menghela nafasnya dalam. Padahal dirinya sudah sangat lapar sekali. Huftt!
"Sebentar, Auris beresin dulu" Segera saja Auris menata bunga bunga hasil buatan nya tadi ke pinggir dengan cepat.
"Maaf, ayo silahkan masuk" Lanjutnya lagi setelah memastikan semua bunganya berada di pinggir.
Zabdan, Zeline, dan Arsen semakin terpuruk. Yang benar saja! Kamar pembantunya saja lebih bagus dari kamar putrinya sendiri.
Terlihat tempat tidur Auris hanya beralaskan busa tipis. Lemari plastik di sudut kamar serta karpet kecil yang tergelar. Ada juga bunga-bunga dari plastik yang di susun Auris tadi di sudut kamar. Apakah anaknya itu berjualan bunga-bunga itu untuk dapat makan? Zeline sungguh tidak dapat membayangkan seberapa keras kehidupaan anaknya ini. Dia sungguh menjadi seorang ibu yang gagal bagi putri cantiknya ini.
Zeline semakin menangis pilu. Semantara Arsen dan Zabdan merasakan hatinya seperti di remas sampai hancur melihat kondisi kamar Auris.
Mereka hidup dengan bergelimbang harta. semua yang mereka inginkan akan mereka dapatkan dalam waktu singkat. Tapi, lihatlah kondisi Auris. Anak dan adik yang mereka kasihi ini bahkan mungkin kesulitan untuk mencari sesuap nasi. Mereka kembali menyalahkan diri mereka sendiri karenanya.
Mereka semua duduk di tikar yang ada di kamar Auris. Karena ruangan yang sempit, posisi duduk mereka terlihat berdekatan satu sama lain.
"Jadi, ini ada apa ya?" Ucap Auris memulai pembicaraan. Dia menatap satu per satu muka dari orang- orang yang ada di kamar nya ini.
"Auris sayang, sebenarnya kami adalah keluarga kandung kamu, nak. Maaf karena baru dapat menemukanmu sekarang, baby" Zabdan dengan lembut menjelaskan kepada Auris.
Fikiran Auris seketika bertambah kacau. Dia terkejut sampai rasanya akan mati lagi! Informasi yang baru saja dia terima benar- benar tidak dapat di proses oleh otaknya dengan baik.
"Apa buktinya kalau Auris itu anak kalian?" Nada bicara Auris seketika mendingin.
Dengan cepat Arsen menunjukan berkas tes DNA kepada Auris. Auris membacanya dengan capat. Oh tidak, 99,99%! Sudah jelas bahwa dia memang benar anak kandung dari sepasang paruh baya yang ada di depannya ini. Tapi...
"Kapan Anda melakukan tes DNA ini?" Ucap Auris bertambah dingin.
"Maaf baby. Abang melakukannya tanpa persetujuanmu saat di rumah sakit. Tapi, abang melakukannya karena harus segera memastikannya. Abang tidak dapat menundanya lebih lama lagi, apalagi sesuatu yang berhubungan dengan kamu, baby" Jelas Arsen panjang lebar. Matanya menatap Auris dengan penuh kesungguhan dan kerinduan yang mendalam.
Hebat sekali bukan? Hanya dengan satu pertanyaan, Auris berhasil membuat manusia kulkas itu berbicara panjang lebar. Jika saja Auris mengetahui bahwa dia telah membuat sejarah hebat ini, dia mungkin akan sangat bangga sekali.
"Jika masih tidak percaya, gelang yang kamu pakai adalah kalung mu saat kecil kan? Itu adalah kalung Auris dari mulai masih bayi. Kalung ini tidak mungkin ada yang menyamainya karena ayah membuatnya khusus untuk baby Auris" Arsen kembali menjelaskan seraya menggenggam tangan yang terdapat kalung itu dengan erat tapi lembut.
Auris terdiam cukup lama. Jika benar mereka keluarganya, maka wanita paruh baya yang ada di depannya ini adalah ibu kandung dari Auris yang asli, pemilik raga nya yang sesungguhnya. Matanya menatap Zeline dengan dalam.
"S-sayangg hiksss. Bunda kangen sama kamu, baby. Maafin bunda hiks" Zeline tidak dapat menahannya lagi. Dia membawa Auris duduk di pangkuannya kemudian memeluknya erat.
Auris yang memang memiliki tubuh yang mungil hanya berdiam diri di pangkuan hangat wanita yang katanya bunda nya itu. Tubuh wanita itu melingkupi tubuh Auris dengan erat dan lembut. Ia tak menapik bahwa rasanya nyaman sekali berada di pelukan wanita ini. Sepertinya seluruh bebannya hilang hanya karena pelukan hangat ini.
Auris ikut memejamkan matanya. Nyatanya, kedua matanya ini ikut menumpahkan air matanya juga. Ada rasa sesak dan lega secara bersamaan melingkupi hatinya. Cukup lama menikmati dekapan hangat itu. Sebuah suara menggangu nya.
"Kita pulang yah, baby" Ajak Zabdan pada putrinya itu.
Auris sontak melepaskan diri dari pelukan Zeline.
"Pulang kemana?! Ini rumah Auris!" Balas Auris pada Zabdan.
"Sayang, dengerin bunda dulu. Auris pulang yah sama bunda. Ke rumah kita, sayang. Ke rumah Auris." Zeline membantu sang suami membujuk putrinya itu. Di elusnya rambut sang anak dengan hangat.
"Auris ikut yah sama bunda, baby" Zeline kembali membujuk.
"Rumah Auris di sini dan Auris gak akan ke mana-mana. Maaf, meskipun bukti menunjukan kalian memang keluarga Auris, tapi Auris gak bisa ikut kalian" Ucap Auris menunduk.
"Kenapa, baby?! Kenapa kamu gak mau ikut sama kita?!" Arsen tidak terima dengan keputusan adik nya itu. Emosinya mulai tak terkendali. Bundanya juga semakin terisak di dalam tangisannya.
"Maaf...." Auris hanya bisa menunduk sambil terisak kecil.
"Apa ada sesuatu yang menggangu mu baby? Katakan pada ayah, sayang" Zabdan terlihat khawatir dan cemas dengan keadaan putrinya ini. Di elusnya rambut putrinya itu dengan sayang.
Auris hanya menggeleng menjawab pertanyaan itu. Perasaannya campur aduk sekali. Ditambah perutnya sangat lapar hiks.
"Auris, bunda mohon hiks...ikut sama bunda yah sayang..." Tangis Zeline terlihat semakin pilu.
Auris sebenarnya tidak tega melihat sang bunda, ah lebih tepatnya bunda Auris asli seperti ini. Tapi, untuk ikut dengan mereka, Auris pun masih ragu. Auris sudah terlanjur terbiasa dengan kehidupannya ini. Jika dia ikut dengan keluarganya sekarang, bisa di pastikan kehidupannya tidak akan sama lagi.
Toh, selama ini dia hidup dengan baik meski pas pasan. Dia bisa hidup tanpa keluarganya. Kehadiran mereka hanya membuat kehidupannya sekarang terasa aneh.
"B-bunda.... Maaf, Auris gak bisa ikut bunda. Auris bahagia kok di sini" Ucap Auris menatap bundanya dengan lembut dan serius.
"S-sayang hikss" Zeline kembali membawa Auris ke dalam pelukannya.
"Bagaimana pun kamu harus ikut bersama kami Auris! Abang gak akan biarin kamu tinggal di sini barang satu hari pun!" Arsen pun tidak dapat menahan amarahnya. Adiknya itu harus ikut dengan mereka sekarang juga baik dengan baik-baik atau pun secara paksa!
~TO BE CONTINUED~
Holla! Double up nih. Karena aku udah double up, untuk part selanjutnya aku akan up setelah 45 vote ygy! Thankyou. Jangan lupa vote.
WARNING!!!
- Typo bertebaran
- Penulis amatiran21 Oktober 2022
Nittzzy_
KAMU SEDANG MEMBACA
My Second Life as Auristella
ФэнтезиFollow dulu sebelum baca ygy:) ****** Adira Ayunindya, seorang pecinta novel dan merupakan siswi kelas 11 Sekolah Menengah Atas harus mengalami kematian di usia dini karena kecerobohannya dalam mengendarai sepeda motor sepulang dari sekolah. Mengira...