Malam pertama

974 61 21
                                    

<¤¤>

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

<¤¤>

Pesta pernikahan Yeri dan Jimin di gelar secara sederhana. Bahkan hanya di hadiri oleh dua saksi dan beberapa orang saja.

Dari keluarga Jimin sendiri yang hadir cuman dua orang, itu pun dua-duanya adalah pria tua, mungkin usianya sekitar enam puluh tahun lebih.

Lupakan pernikahan itu. Kini beralih pada Jina yang baru saja di antar pulang oleh sang kekasih. Malam ini, Jina pulangnya sengaja agak larut.

Jika biasanya sampai rumah jam delapan malam, untuk malam ini Jina pulang tepat di jam sepuluh.

“Sudah larut, tidak perlu melihat mobilnya selama itu. Dia akan selamat.”

Itu Jimin. Pria yang kini sudah sah menjadi suami bibinya. Sedang menyandar ia di ambang pintu. Hanya menggunakan celana pendek selutut dan baju kaus putih polos.

Jina tahu di belakangnya ada Jimin, hanya saja Jina mencoba tidak peduli dan hanya fokus pada kekasihnya yang sudah kian menjauh bersama mobilnya.

Berbalik Jina, kemudian melewati Jimin begitu saja. Tanpa ada sapaan, atau mengucapkan kata selamat, atas pernikahan Jimin bersama sang bibi.

Jangan harap, Jina tidak akan mengucapkan kata itu. Karena pada dasarnya, Jina sangat bersikeras menolak Jimin masuk ke dalam hidupnya bersama Yeri.

Tangan Jina akhirnya di cekal oleh Jimin yang hendak masuk kamar. Otomatis pula Jina lekas melepaskan cekalan itu, menatap Jimin dengan sorot mata tajam.

“Kau selalu mengabaikan aku. Apa susahnya menyapa, atau mungkin tersenyum untukku,” kata Jimin.

Perkataan Jimin kontan membuat Jina terperengah. Apa kupingnya tak salah dengar? Barusan Jimin memintanya untuk menyapa, atau bahkan tersenyum pada Ahjussi barunya itu. Yang benar saja?

“Kau memang selalu suka membahas hal-hal yang tidak penting.” Jina menyahut. “Dengarkan aku baik-baik, Ahjussi,’’ tekannya sengaja di akhir kata.

Jina mendekat, tepat di depan wajah Jimin. “Jangan mimpi! Karena aku tidak akan pernah mau mengakuimu sebagai bagian dari keluarga kami,” singgung Jina telak.

Jimin terdiam mendengarnya. Meneguk ludah cukup kasar, meski sekarang ia begitu amat tersinggung dan agak marah, Jimin tetap menahannya dan memaksakan untuk tetap mengulas senyum.

Senyum yang menandakan bahwa Jimin sama sekali tidak masalah atas keputusan Jina barusan.

“Sayang, aku memanggilmu sedari tadi,” rengek Yeri mendatangi Jimin dengan pakaian yang mampu membuat Jina malu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Charming young girl (M)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang