"Truth or dare"
Untuk kesekian kalinya botol minuman itu menunjuk kearah Diaz. Semuanya bersorak gembira, tak peduli dengan sorot tak percaya dari salah satu teman mereka. Diaz menghembuskan nafasnya, ia sadar betul ia sudah cukup mabuk. Mana mungkin ia kembali menolak game sialan ini.
"Ini hari tersial lo deh" Lontar Feirel bahagia. Karena dari tadi ia aman, botol yang mereka putar hanya menunjuk kearah Rey dan Diaz saja. Tapi perlu kalian tahu, Rey hanya sial 2x, sementara Diaz sudah mencapai 5x.
"Tinggal jawab atau lakuin perintah kita apa salahnya sih, ga bakal yang ga masuk akal ko" Tutur Daffa. Ia sudah prihatin melihat keadaan Diaz yang hampir tumbang. Toleransi alkohol pria itu tidak cemen dan tidak kuat juga. Diaz dipertengahan.
"Ayo biar seru, masa daritadi lo nyerah terus" Rey ikut menimpali, pasalnya tadi ia pun kena. Tapi ia dengan gentleman menjawab pertanyaan dan melakukan perintah teman-teman nya yang menurutnya mudah saja.
"Bukan nyerah, gue males" Parau Diaz, pandangannya mulai kabur.
"Oke langsung aja, lo lagi deket sama siapa? Gue tau betul gelagat cowo yang lagi deketin cewe" Tanya Feirel dengan gamblang tanpa persetujuan yang lain, tapi akhirnya mereka memberikan tepuk tangan atas pertanyaan Feirel itu. Mereka sama penasarannya, dengan sosok wanita yang membuat Diaz berbeda akhir-akhir ini.
"Ganti, jangan bawa bawa cewe" Tolak Diaz.
"Oke, cewenya ada disini ga?" Lagi-lagi Feirel dengan pertanyaannya.
"Fei, gue bilang_"
Belum sempat Diaz menyelesaikan ucapannya, Feirel langsung membuat opini.
"Oh ada disini? Siapa? Vanya atau Anna? "
"Atau Feli? " Sambung Daffa.
"Yang ada disini Daffa" Tekan Feirel.
Well, Anna dan Vanya memang ada di sekitar mereka tapi didepan dekat kolam, mungkin mereka sedang menikmati angin malam tanpa memperdulikan para pria dengan botol alkohol dibelakang.
"Santai dong" Tanggap Daffa. Ia tau sesuatu, lontarannya barusan hanya untuk pancingan.
"Apaan sih kalian gajelas banget. Anna? Vanya? Ga mungkin lah" Itu Gio. Pria itu mulai memahami situasinya dan berfikir dengan logika mana mungkin ada suatu romansa dalam pertemanan.
"Masa Shenna? " Celetuk Rey.
Lalu tanpa perhitungan, Diaz kembali meminum alkohol nya sebagai pertanda bahwa ia tak ingin menjawab pertanyaan tersebut. Semua yang ada disitu tentu kaget karena diakhiri dengan lemparan gelas yang barusan Diaz tegak.
"Fix, cewenya ada disini"
Bukannya kaget dengan lemparan gelas, Feirel malah kegirangan dengan reaksi Diaz barusan.
"Daripada makin gabener, mending kita tidur aja udah mau jam 2 ini" Komentar Gio melihat keadaan yang sudah tidak kondusif. Rey sudah berlari sesaat ia mendapat telpon. Daffa berinisiatif membereskan bekas minuman mereka serta gelas pecah. Sisa hanya Gio dan Feirel, mereka bertatapan dengan sorot mata saling melemparkan pertanyaan siapa yang akan membantu Diaz mencapai kamar pria itu.
"Sorry banget, tapi gue mau ketemuan sama cewe nih"
Perlahan-lahan Feirel mundur, Gio menaikan alisnya. "Jam segini banget?"
"Iya, biasa" Diakhiri dengan kedipan genit Feirel.
"Terus ini si Diaz gimana? Kalian kan sekamar" Protes Gio, ia bukannya tidak mau. Tapi kalau faktanya Diaz sekamar dengan Feirel kenapa harus ia yang berkorban? Kamarnya ada di Villa sebelah dengan Rey yang entah kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN HIM
Novela JuvenilKisah yang tak pernah selesai, bahkan setelah kamu berada tepat dilembar terakhir.