Windy tertegun, dia sangat mengenal suara itu. Tubuhnya seketika mendingin dan susah untuk di gerakan. Dia tidak bisa berlari, bahkan untuk masuk kembali ke dalam ruangan Fatin pun dia tidak bisa.
Windy merasakan tubuhnya terhuyung karena pelukan seseorang. Dia semakin menegang di tempatnya.
"Maaf... Windy maaf. Tolong jangan pergi lagi, jangan menghilang lagi. Aku minta maaf" ucap seseorang dengan suara seraknya. Bahu Windy basah karena air mata orang itu.
"Lepas" pinta Windy dingin. Dia memberontak dan melepaskan pelukan itu.
Ia menatap tajam orang yang berani memeluknya, seketika ingatan-ingatan pahit itu kembali bermutar dalam pikirannya. Membuatnya di liputi perasaan sesak yang luar biasa. Ternyata satu tahun lamanya dia menghilang, tidak lantas membuat perasaan sakit ini pun ikut menghilang.
"Windy maaf" lirih orang itu dengan mata yang berkaca-kaca.
"Gak ada yang perlu di maafin Kay, seperti kata lo, ini karena gue yang gak tau diri." Ujar Windy. Kayra menggeleng tidak setuju, kini dirinya sudah menangis tanpa suara.
"Jangan nangis Kay, Kenan gak akan suka istrinya nangis. Apalagi cuma gara-gara perempuan kayak gue." Ucap Windy dingin, tatapannya mengarah kepada seseorang di balik tubuh Kayra. Di sana Kenan menatapnya dengan tatapan yang entahlah Windy pun tidak bisa mendeskripsikannya.
"Gue pergi, gue harap lo gak muncul lagi di hadapan gue" setelah berkata begitu, Windy meninggalkan Kayra di depan ruangan Fatin. Dia melangkah pergi tanpa tujuan, yang paling penting dia menjauh dari pasangan yang tengah berpelukan itu.
Seseorang menghadang langkah Windy, membuatnya mau tidak mau harus berhenti.
"Anda keluarga dari Fatin ?" Ucap orang itu.
"Iya, saya tantenya. Ada apa ya?"
"Saya Fath, guru di SMA Grasendra. Mari bicara sebentar" ucapnya lalu berjalan lebih dulu menuju taman rumah sakit. Windy pun terpaksa harus mengikuti guru lelaki itu untuk mengetahui keadaan keponakannya.
*******
Fath menjelaskan semua yang terjadi pada Fatin. Windy yang mendengar kejadian itu amat sangat marah. Tatapannya kian mendingin dan menajam saat mendengar kronologi yang membuat keponakannnya sampai seperti ini.
"Saya mewakili SMA Grasendra meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kejadian yang menimpa ananda Fatin. Pihak sekolah sendiri sudah menindak tegas pelaku dengan hukuman drop out. Dan untuk biaya perawatan Fatin akan di tanggung oleh pihak sekolah."
"Tidak perlu, saya masih mampu untuk membayar biaya pengobatan keponakan saya" Katanya angkuh. Windy duduk di sudut kursi taman, tangannya ia lipat di depan dada.
"Baik kalau begitu dan hasil pemeriksaan dokter tadi, Fatin menderita Misandry sejak 2 tahun lalu" Fath sengaja menghentikan ucapannya untuk melihat respon dari Windy. Namun, Windy tetap diam dengan tatapan dingin dan gesture tubuh angkuh.
"Namun, sejak beberapa bulan lalu ia berhenti konseling. Sehingga kini Fatin kembali dengan trauma yang lebih parah. Yang membuatnya tantrum dan berakhir pingsan" ucapan Fath selanjutnya membuat Windy terkejut.
"Fa-fatin berhenti konseling? Tapi, kenapa?" Tanyanya terbata.
"Hanya Fatin yang tahu alasannya. Saya harap Fatin bisa melanjutkan sesi konselingnya demi ke sembuhannya sendiri"
Lamunan saat di taman tadi buyar saat Windy merasakan pergerakan di tangan yang ia genggam. Mata Fatin terbuka secara perlahan, netranya bergerak melihat ke sekitar dan bertemu dengan mata coklat milik Windy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Fatin [On Going]
РазноеPerlakuan kasar sang ayah yang membuat sifat gadis belasan tahun itu berubah. Wajah yang dulu selalu tersenyum kini menjadi tanpa ekspresi, Seolah dirinya sebuah manekin yang tidak memiliki emosi [AWAL CERITA INI MENGANDUNG BANYAK UMPATAN KASAR. BAG...