"Ekheem..."
Suara deheman itu membuat beberapa anak osis tadi melirik kearah Fatin dan Azka.
"Hehehe permisi kak kita pulang duluan ya." ucap Azka dengan muka konyolnya. Sedangkan Fatin dia hanya diam, dan oh jangan lupakan wajah datarnya itu tetap tidak berubah.
"Eh iya hati hati dek." ujar senior tadi kikuk. Pasalnya ia ketahuan sedang membicarakan Fatin yang ada di sebelah Azka.
Azka terus saja berbicara walau pun tak di gubris oleh Fatin. Hingga sampai di depan gerbang barulah Fatin mengeluarkan suara.
"Lo di jemput?"
"Iyaa bentar lagi bokap gue jemput. Lo sendiri pulang naik apa?"
"Gue pesen ojol."
"Dari pada lo pesen ojol, mending bareng aja sama gue. Tuh bokap gue udah jemput yukk." Tanpa meminta persetujuan Azka langsung menarik lengan Fatin.
Setelah memasuki mobil ayah Azka mereka mulai meninggalkan halaman sekolah. Fatin hanya diam memperhatikan interaksi antara ayah dan anak itu. Hatinya sakit, ia iri melihat ayah azka yang begitu memperdulikan azka. Fatin membuang pandangannya kesamping.
"Oh iya yah kenalin ini temen Azkia, namanya Fatin. Fatin ini bokap gue." ujar Azka saling mengenalkan. Fatin hanya mengangguk dan tersenyum tipis yang hampir tidak terlihat.
"Ayah gak nyangka Fatin mau temenan sama gadis cerewet kayak kamu hahaha."
"Ayaaahhh." rengek Azka manja
"Bercanda sayang." ucap ayah Azka sembari mengacak rambut Azka pelan, hal itu semakin membuat bibir azka semakin mengkrucut lucu.
"Ngomong-ngomong rumah lo di mana?" tanya Azka ia melirik lewat kaca tengah mobil.
Fatin menyebutkan alamatnya kepada Azka. Setelahnya tak ada lagi yang berbicara. Ayah Azka pun berinisiatif untuk berbasa basi dengan teman anak gadisnya itu.
"Ayah kamu kerja di mana Fatin?" tanya Fariz ayah Azka
"Saya gak punya ayah om." ujar Fatih datar pasalnya perbincangan tentang keluarga menjadi hal sensitif untuknya.
"Oh maap apakah ayah kamu-"
"Mati, ayah saya mati om. Ayah saya sudah mati saat ia dengan tega membuang saya disaat saya sedang kritis." selanya membuat Azka dan ayah nya memandang dia simpati.
Rumah Fatin sudah terlihat dengan jelas ia pun segera turun setelah mobil berhenti tepat di depan halaman rumahnya
"Maaf karena ketidak nyamanan ini dan terima kasih atas tumpangannya saya permisi." Fatin menutup pintu mobil setelah mengatakan itu.
Fatin pun bergegas masuk kedalam rumah. Tidak ia tidak akan menangis, ia bertekad untuk menjadi gadis yang kuat. Fatin melangkah memasuki kamarnya. Ia butuh tidur, ya tidur yang cukup untuk mengistirahatkan badannya dan juga hatinya.
Jangan lupa vote and comment
Gimana nih sekolah offlinenya apakah menyenangkan?
Salam sayang
🐾just_astrophile
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Fatin [On Going]
RandomPerlakuan kasar sang ayah yang membuat sifat gadis belasan tahun itu berubah. Wajah yang dulu selalu tersenyum kini menjadi tanpa ekspresi, Seolah dirinya sebuah manekin yang tidak memiliki emosi [AWAL CERITA INI MENGANDUNG BANYAK UMPATAN KASAR. BAG...