30 : 'Cuti'

0 0 0
                                    

"TIDAK BOLEH ADA SIHIR, NYA!" seru Airiz begitu melihat Elirh akan menyalakan api unggun dengan ujung jari.

"Kenapa?" balas Elirh agak menyentak. "Ini jauh lebih mudah!"

"TIDAAAAAAK!" balas Airiz. "Itu akan merusak keseruannya!"

Elirh mengernyit. "Aku tidak mengerti."

"Bilang saja kalau kau tak bisa membuat api tanpa sihir," celutuk Sienna sambil terbahak.

"Memangnya kau bisa melakukannya?" balas Elirh dengan sorot kesal.

"Tentu saja," Sienna mengambil kue kering yang diberikan Ruo untuk perbekalan. "tidak."

"Aku juga tidak," jawab Retoru, ikut mengambil kue kering di keranjang yang dibawa Sienna. "Aku sudah lupa caranya."

"Lupa?" Kini perhatian Airiz berubah pada Sienna dan Retoru. "Apa karena sudah sangat lama sejak terakhir kali kalian membuat api unggun, nya?"

"Benar," jawab Sienna dan Retoru kompak.

"Kami menggunakan sihir untuk hal-hal sepele seperti ini," kata Elirh.

"Oh ...." Airiz terdiam sejenak, lalu menoleh pada gerombolan wanita dan anak-anak yang berdiri gemetaran di dekatnya. "Apa ada yang bisa membuat api unggun?"

"A—Ah ...."

"Kami ...."

"To—Tolong lepaskan kami ...."

Sienna menghela napas. "Hei. Airiz hanya tanya apa ada yang bisa membuat api unggun!" serunya kesal. "Kenapa malah menjawab dengan kata lain?"

Airiz terkikik. "Para monster itu tidak akan memakan kalian. Jadi, kalian harus tenang dan duduk saja."

Begitu pergi dari istana Noir, Airiz dan ketiga Panglima Iblis langsung menuju pada kerajaan yang paling jauh dan tersudut. Mereka mengeluarkan semua wanita dan anak-anak yang dikurung, juga menghancurkan kerajaannya. Tak ada gunanya jika kerajaan mereka terpisah jauh dengan kerajaan lainnya.

Namun, karena kerajaan itu terpisah, maka akan sulit untuk para wanita dan anak-anak dibebaskan agar bisa pergi ke mana pun. Alhasil, Airiz memutuskan untuk mengumpulkan mereka dulu karena hari sudah malam. Untuk memastikan tak ada dari mereka yang kabur, Sienna memerintahkan beberapa monster untuk menjaga gerombolan.

Lalu, inilah yang terjadi.

Airiz kesulitan membuat api unggun dan para manusia itu ketakutan.

"Ka—Kami boleh duduk?" tanya seorang anak yang berada di depan.

"Tentu saja," jawab Airiz. "Jadi, apa ada yang bisa membuat api unggun?"

"Sa—Saya ...." Seorang perempuan mengangkat tangannya. "Saya bisa ...."

"Bagus! Kemarilah!" seru Airiz. "Apa benar kau bisa membuat api unggun dengan batu dan kayu?"

"Ya ...." jawab perempuan itu sambil melangkah mendekat.

Airiz tersenyum. "Hebaaaat~"

"Kalau kau berlaku baik pada manusia, mereka bisa seenaknya," cetus Elirh dengan wajah kesal. "Apa kau tidak tahu ada beberapa di antara manusia ini yang berniat buruk?"

"Aku tahu," jawab Airiz sambil terus menonton bagaimana perempuan itu membuat api unggun. "Kan kalian bisa menyingkirkan yang jahat, nya."

Retoru terbahak. "Benarkah kami boleh melakukannya?"

"Tentu saja. Tapi tidak sekarang." Airiz menyeringai, memandang gerombolan manusia. "Kan kita akan makan. Bisa gawat kalau mereka tidak nafsu makan."

"HAHAHAHA!"

[TGJ #XX] The Tale About The Demon's PetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang