33 : Malam Permulaan

0 0 0
                                    

Saverin ketiduran, entah sejak kapan.

Saat bangun, kamarnya sudah sangat gelap. Jendela pun belum ditutup, menampakkan langit malam berbintang. Lalu, di sampingnya, berbaring seekor kucing hitam yang juga sedang tidur.

Senyum geli terukir di wajah Saverin. Ia bangkit untuk duduk, lalu mengelus-elus kepala si kucing.

"Airiz ...." gumam Saverin.

Mendadak mata emas Saverin memancarkan kesedihan.

Tok. Tok.

Saverin menoleh ke arah pintu, lalu melirik Airiz yang masih terlihat menikmati tidurnya. Jika dia berseru dari sini, Airiz mungkin akan terbangun. Jadi, Saverin turun dari tempat tidur, lalu berjalan ke pintu dan membukanya.

"Ya?"

Seorang perempuan berambut putih dengan sepasang mata oranye berdiri di depan pintu. Senyumnya terukir begitu manis saat ia menatap Saverin.

"Apa barusan kau tidur?"

Saverin mengangguk sambil melangkah keluar dari kamar dan menutup pintu. "Ada apa?"

"Aku hanya ingin memberitahu kalau besok ada rapat," jawab Ilona. "Apa tak masalah untukmu?"

"Ya ...." Saverin tersenyum tipis. "Aku akan datang."

"Jika masih kelelahan, kau tak perlu memaksakan diri."

"Tidak. Aku akan datang besok."

Ilona terdiam sejenak. "Aku bisa menyembuhkanmu dulu."

"Sebaiknya kau beristirahat. Kau juga kelelahan, kan."

"Tapi ...."

"Aku baik-baik saja, terima kasih."

"... aku mengerti." Ilona mundur beberapa langkah. "Kalau begitu, aku akan kembali. Panggil saja jika kau butuh sesuatu."

"Iya."

Setelah Ilona berjalan menjauh dan menghilang di koridor, Saverin juga kembali ke dalam kamar. Ia mengembuskan napas pelan.

Saverin juga tak ingin memaksakan diri. Rapat dan berperang tidak pernah ada di pikirannya. Ia sama sekali tidak pernah berpikir kehidupannya akan menjadi seperti ini.

Alasan Saverin berjuang pun ... kemungkinan besar akan jadi sia-sia.

"Meow ...."

Suara eongan itu membuat Saverin mengangkat kepalanya. Airiz kini sudah bangun, tapi terlihat jelas ia masih sangat mengantuk.

"Hei." Saverin segera melangkahkan kakinya. "Apa aku membangunkanmu?"

"Nya ...." balas Airiz lesu.

Saverin tertawa kecil. "Maaf," katanya sambil menyalakan lampu tidur dan membiarkan tirainya terbuka. "Sepertinya malam ini kau tak bisa kembali ke Lowe. Apa tidak masalah?"

"Miaw."

"Baiklah, kalau begitu," ujar Saverin. Ia naik ke atas tempat tidur dan berbaring di samping Airiz. "Ayo tidur."

"Meow." Airiz kembali berbaring.

"Apa kau mau selimut? Ini sudah musim gugur. Kau bisa kedinginan."

"Mnya."

Saverin segera menarik selimutnya untuk menutupi dirinya dan Airiz. "Semoga kau mimpi indah."

"... mya ...." Kau juga, nya ....

~•'^'•~

"Nona."

Ruo yang sedang asik menjahit dengan ditemani sinar rembulan, menatap Rayi sekilas melalui pantulan di jendela. "Apa?"

[TGJ #XX] The Tale About The Demon's PetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang