06. Heart Filled with Tears

235 34 8
                                    

Minjeong menangkup dagunya dengan telapak tangan, sembari menyimak penjelasan Ibu Yoon yang merupakan guru mata pelajaran kimia. Minjeong bukan siswa pintar seperti Yeji atau Jaemin. Ia cenderung biasa saja.

Jika Jaemin dan Yeji unggul di akademik, maka Jeno dan Hyunjin tak terkalahkan di olahraga. Lain halnya dengan Minjeong yang cenderung ke arah seni. Bernyanyi misalnya.

Minjeong duduk sendirian, di barisan nomor tiga. Harusnya ia duduk di deretan paling belakang, namun ternyata itu sudah jadi hak milik Liu Yangyang, Zhong Chenle dan komplotannya. Ya, mereka memang tidak pernah cari masalah dengan Minjeong. Mungkin lebih ke arah tidak peduli.

Tap!

Minjeong dapat merasakan sesuatu mendarat di punggungnya dengan sangat tidak sopan. Ia mendongak, dan mendapati wajah sinis Jo Yuri yang melengos tanpa mengatakan apapun. Entah apa yang mereka tempelkan kali ini di punggung Minjeong.

Kringggg!

"Baiklah anak-anak, silahkan pahami materi ini. Setelah jam istirahat kita akan mengadakan kuis. Ingat, semua harus hadir, karena ini berpengaruh terhadap nilai kalian."

"Mengerti?"

"Ya, Seonsaengnim!"

Ibu Yoon meninggalkan kelas. Murid-murid yang lain mulai beranjak dari posisi mereka. Namun gadis itu enggan berpindah. Minjeong memilih menundukkan kepalanya ketika Minju dan teman-temannya tengah melirik kemudian menertawakannya.

Entah apakah Minjeong yang tak punya sedikit pun keberanian untuk melawan mereka atau ia hanya terlalu sadar diri akan posisinya?

Srak!!

Jantung Minjeong berhenti berdetak untuk beberapa saat ketika seseorang seperti tengah mencabut sesuatu dari punggungnya. Orang itu kemudian menunjukkan selembar kertas putih itu tepat di depan Minjeong sehingga perempuan itu dapat melihat dengan jelas tulisan dari tinta hitam tersebut.

"Aku butuh uang. Ingin kulayani?"

Hanya kalimat sederhana namun cukup menyayat hatinya.

Ckit!

Kursi Minjeong mundur beberapa senti saat empunya berdiri, menimbulkan bunyi nyaring karena benda itu bergesekan dengan lantai.
Ia membungkukkan badannya ke arah teman sekelasnya itu. "Terima kasih, Yangyang-ssi," tuturnya sopan, membuat Yangyang, si lawan bicara mengernyitkan dahinya, heran.

Bukankah itu terlalu formal?

Kejadian itu mencuri atensi seluruh penghuni kelas. Kim Minju, Zhong Chenle dan teman-teman Liu Yangyang, bahkan sang ketua kelas Lee Heeseung. Kim Minju tampak tak terima. Ia menghampiri meja Minjeong sambil bertepuk tangan, menyindir.

"Woah, woah, tampaknya Minjeong kita memiliki pengawal baru. Tidak cukup dengan empat pengawal bodohnya, kini Liu Yangyang pun turut membelanya."

Kim Minju menekan meja dengan kedua telapak tangannya, mencondongkan tubuhnya ke arah Minjeong, sangat mengintimidasi.

"Apa yang kau berikan pada Liu Yangyang hingga ia membelamu?" ejeknya, menatap rendah ke arah Minjeong.

"Kim Minju!"

Tidak, itu bukan hanya suara Liu Yangyang. Si ketua kelas, Lee Heeseung pun turut bersuara, setengah berteriak, jengah akan tingkah teman kelasnya. Lee Heeseung yang selama ini hanya diam, tak berniat ikut mencaci maupun membela. Heeseung berjalan mendekat, mengisyaratkan kepada Minjeong untuk mundur dan tetap berdiri di belakangnya.

Minju menatap rendah tiga teman kelasnya itu, terutama Minjeong. Ia bertepuk tangan, sarkas sambil tetap dengan pandangan mengejek.

"Woah, aku benar-benar tak habis pikir! Kau juga, Lee Heeseung? Minjeong-ah, apa kau benar-benar memberikan sesuatu pada mereka, hingga mereka membelamu habis-habisan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Last Photograph Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang