Siang itu, sinar matahari masuk melalui celah-celah tirai di kamar apartemen. Udara terasa hangat, tetapi suasana di dalam kamar justru penuh ketegangan. Anna duduk di tepi tempat tidur, tubuhnya bersandar pada dinding. Matanya menerawang kosong ke luar jendela. Meski kondisinya masih lemah, emosinya terus membara sejak kejadian semalam.
Pintu kamar terbuka perlahan. Heeseung masuk dengan nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air. Wajahnya tenang meski lelah terlihat jelas dari sorot matanya. Ia berhenti di dekat Anna, menjaga jarak seolah takut memicu reaksi yang lebih buruk.
"Kau belum makan apa pun sejak pagi. Setidaknya makan sedikit" ucap Heeseung, suaranya lembut namun tegas.
Anna tidak memberikan respons. Ia tetap menatap keluar jendela, seolah keberadaan Heeseung sama sekali tidak berarti. Ketika Heeseung mendekat dan meletakkan nampan di meja samping, tiba-tiba Anna bergerak cepat. Dengan satu gerakan kasar, ia meraih mangkuk bubur dan melemparkannya ke lantai. Pecahan mangkuk tersebar, bubur tumpah dan mengotori lantai.
Heeseung terdiam, menatap kekacauan di lantai. Matanya bergerak perlahan ke arah Anna, yang kini berdiri dengan napas terengah-engah.
"Kenapa kau peduli ?!" teriak Anna. "Kau pikir makanan ini bisa menyelesaikan semua masalah ? Kau pikir dengan bersikap manis, semuanya akan baik-baik saja ?"
Heeseung menghela napas, berusaha tetap tenang meski hatinya terasa berat. "Aku tidak mencoba menyelesaikan semuanya dengan ini. Aku hanya ingin kau makan"
"Berhenti berpura-pura peduli!" Anna mendekat, matanya berkilat marah. "Kau tahu apa yang paling menyakitkan ? Ayahku! Dia lebih memilihmu. Dia bahkan tidak peduli bagaimana perasaanku! Semua ini—semua yang hancur dalam hidupku karena kau!"
Heeseung mengangkat kepalanya perlahan, menatap Anna dengan ekspresi penuh rasa bersalah. "Aku tahu kau marah. Tapi jangan sakiti dirimu sendiri, Anna. Kau masih belum pulih"
Anna tertawa pahit, matanya berkaca-kaca. "Pulih ? Aku tidak akan pernah pulih, Heeseung. Kau sudah mengambil segalanya dariku"
Ia berbalik, berjalan ke lemari dan mengambil jaket. Langkahnya goyah, tetapi tekadnya terlihat jelas. Heeseung, yang menyadari gerakan Anna, segera mendekat.
"Kau mau ke mana ?" tanyanya dengan nada khawatir, tetapi tetap lembut.
Anna menoleh dengan tatapan sarkastik. "Kenapa ? Kau takut aku akan pergi dan merusak skenario sempurnamu ?"
Heeseung menghela napas panjang. "Anna, aku tidak mau kau terluka. Kau butuh istirahat"
"Jangan ceramahi aku" Anna memotong dengan nada dingin. "Kau bukan siapa-siapa"
Ia membuka pintu kamar dan melangkah keluar, meninggalkan Heeseung yang hanya bisa menatap punggungnya dengan tatapan penuh kekhawatiran. Saat pintu tertutup, Heeseung mengusap wajahnya dengan kedua tangan, merasakan kelelahan yang bukan hanya fisik, tetapi juga emosional.
Langit sore mulai meredup, menyisakan semburat oranye di ujung cakrawala. Anna berjalan tanpa tujuan, membiarkan kakinya melangkah mengikuti kehendak hati. Jalan setapak yang sepi membentang di hadapannya, dihiasi dedaunan kering yang berguguran. Angin bertiup pelan, mengusap wajahnya yang tampak lelah.
Pikirannya kacau. Hatinya terasa sesak seolah terjebak dalam ruang sempit tanpa udara. Semua yang terjadi, paksaan, kemarahan, rasa bersalah, berputar seperti badai yang tidak kunjung reda. Ia merasa seperti boneka yang dipermainkan takdir, tidak memiliki kendali atas hidupnya sendiri.
"Apa yang sebenarnya aku lakukan ?" gumam Anna lirih, suaranya hampir tertelan angin.
Tiba-tiba dari kejauhan terdengar langkah kecil berderap mendekat. Anna menoleh dan seekor anjing berlari menghampirinya. Anjing itu berbulu cokelat keemasan dengan mata besar yang ramah. Ia berhenti tepat di depan Anna, ekornya bergoyang-goyang penuh semangat. Anna menatapnya dengan heran, namun perlahan wajahnya melunak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Love ft Lee Heeseung of Enhypen
Fanfiction𝘐𝘧 𝘪𝘵 𝘸𝘢𝘴 𝘧𝘰𝘳 𝘺𝘰𝘶 𝘐 𝘤𝘰𝘶𝘭𝘥 𝘱𝘳𝘦𝘵𝘦𝘯𝘥 𝘵𝘩𝘢𝘵 𝘐 𝘸𝘢𝘴 𝘩𝘢𝘱𝘱𝘺 𝘦𝘷𝘦𝘯 𝘪𝘧 𝘐 𝘸𝘢𝘴 𝘴𝘢𝘥 𝘐𝘧 𝘪𝘵 𝘸𝘢𝘴 𝘧𝘰𝘳 𝘺𝘰𝘶 𝘐 𝘤𝘰𝘶𝘭𝘥 𝘱𝘳𝘦𝘵𝘦𝘯𝘥 𝘵𝘩𝘢𝘵 𝘐 𝘸𝘢𝘴 𝘴𝘵𝘳𝘰𝘯𝘨 𝘦𝘷𝘦𝘯 𝘪𝘧 𝘐 𝘸𝘢𝘴 𝘩𝘶𝘳𝘵 spe...