Di sebuah ruangan terdapat dua pria yg tengah saling menatap satu sama lain, Pria bersurai hitam melihat lawan bicara di depannya dengan tatapan seolah ingin menghajarnya sekarang juga.
Pria bersurai coklat di depannya tertawa kecil.
"Hei! jangan melihatku seperti itu" ucapnya, kemudian tangannya meraih gelas berisi teh dan menyereputnya.
"Ayolah! aku memberikan tawaran yg bagus kepadamu" ucapnya setelah meletakkan gelasnya.
Pria di depannya hanya terdiam saja.
"Jika kamu menyetujui ideku, aku akan menjauhkan tanganku dari keluargamu"
Mendengar ucapannya, Heeseung mengepalkan tangan dengan kesal.
"Apa aku bisa mempercayaimu?" akhirnya Heeseung mengeluarkan suaranya.
Beomgyu menarik sudut bibirnya saat Heeseung terlihat seperti tertarik dengan tawarannya.
"Tenang saja, aku tidak pernah menusuk rekan bisnisku dari belakang. Selama perusahaanmu menuruti perintahku, semuanya aman"
"Berikan aku waktu"
Beomgyu mengangguk sambil mengangkat tangannya seolah mempersilahkan permintaan Heeseung.
"Tapi ingat, waktumu tidak banyak" Beomgyu bangkit lalu menautkan dua kancing jas nya.
"Aku tunggu jawabanmu besok" pria itu melangkah keluar meninggalkan Heeseung yg tengah bersandar sambil mendongak.
Matanya terpejam lelah sembari berpikir bagaimana dia akan menjelaskan hal ini kepada mertuanya.
Heeseung merogoh sakunya saat benda pipih miliknya berdering.
"Halo?" Mata Heeseung kembali terbuka mendengar suara di seberang sana.
Tanpa babibu lagi, Heeseung langsung melesat pergi menggunakan mobil ke tempat tujuan.
Kamu baru saja keluar kelas dan menatap arloji di tangan yg sudah menunjukkan pukul 5 sore, kamu berniat mau langsung pulang karena takut kemalaman sampai dirumah.
Kamu berdiri di depan gedung fakultas sambil menunggu kedatangan supir yg akan menjemputmu, kamu langsung masuk begitu mobil yg ditunggu datang.
Setelah menghabiskan waktu tiga puluh menit di perjalanan, akhirnya kamu sampai di apartemen. Keningmu mengernyit saat melihat parkiran yg masih kosong, biasanya ada mobil Heeseung disana.
Kamu hanya mengendikkan bahu dan segera masuk ke dalam, mungkin Heeseung masih berada di kantor pikirmu.
Heeseung menatap seseorang yg tengah tertidur dengan tenang di ranjang rumah sakit, atensinya langsung teralihkan saat ada yg memegang bahu nya.
Heeseung menoleh dan menemukan Pria paruh baya yg mengenakan jas putih.
"Kenapa gejala nya semakin parah dok?" tanya Heeseung, suaranya terdengar sangat putus asa.
"Hal seperti ini rentan terjadi kepada pengidap alzheimer, kami hanya bisa membantu mengawasi dan mengontrol saat gejalanya kambuh"
Heeseung mengusap wajahnya frustasi, rasanya dia ingin menangis melihat Ibu nya berteriak histeris dan tidak mengenalinya.
"Apa yg harus aku lakukan dok? tidak bisakah dokter menyembuhkan Ibu? aku akan membayar berapa pun biaya nya" pintanya, tapi dokter hanya menggelengkan kepala sembari menguatkan Heeseung.
Kamu terbangun saat tenggorokan yg terasa begitu kering lalu meraih gelas di meja nakas yg sudah kosong dan berniat pergi ke dapur untuk kembali mengisinya.
Saat keluar kamar, kamu tersentak kaget melihat Heeseung yg tengah duduk membelakangimu di sofa ruang tengah. Pria itu duduk di lantai dengan menyandarkan punggungnya ke kaki sofa.
"Kamu baru pulang?" tanyamu setelah melihat jam yg menunjukkan pukul sebelas malam.
Heeseung tidak bersuara.
Kamu menghampirinya, kemudian duduk diatas sofa. Dibawah remang-remang cahaya bulan yg terpantul melalui jendela, kamu melihat raut wajah Heeseung yg terlihat letih.
"Kamu kenapa?"
"...Heeseung?" panggilmu sambil menepuk pundaknya perlahan.
Seolah baru tersadar dengan keberadaanmu, Heeseung menoleh kemudian mengusap wajahnya.
Kamu mengerutkan alis melihat mata Heeseung yg memerah, walaupun keadaan sekitar cukup gelap tapi kamu masih bisa melihatnya.
"Ada apa?" tanyamu, Heeseung menghindari tatapanmu sambil menggelengkan kepalanya.
Kamu menggangguk melihat responnya, seolah mengerti mungkin Heeseung sedang butuh waktu sendiri.
Kemudian kamu beralih pergi ke dapur melanjutkan kegiatanmu yg ingin mengambil minum. Kamu membuka kabinet lemari bagian atas dan menemukan ada sekantung teh disana.
Kamu kembali berjalan ke ruang tengah sambil membawa secangkir teh hangat untuk Heesung, "Minumlah" ucapmu setelah meletakkan gelas di meja.
Kamu melenggang pergi kembali ke kamar meninggalkan Heeseung, namun Pria itu menahan tanganmu. Kamu tertegun saat Heeseung mendongak menatapmu dengan wajahnya yg sudah basah oleh airmata, tentu kamu bingung melihatnya yg seperti itu.
Kamu beralih untuk duduk di sebelahnya, "Ada apa?" tanyamu dengan menatap kedua matanya.
"M-Maaf"
Kamu mengernyit mendengar ucapannya, "Beomgyu kasih penawaran, jika aku mau kerja dibawah kakinya dia akan berhenti ganggu kita semua"
Melihatmu yg terdiam Heeseung tertunduk lesu dan memejamkan matanya, "Heeseung, apapun keputusan yg nanti kamu ambil aku yakin itu keputusan yg paling tepat. Kamu gak usah khawatir, aku bakalan selalu dukung apapun yg kamu lakuin selama itu untuk yg terbaik bagi semuanya"
Kamu mengusap bahu Heeseung untuk menyemangatinya, Heeseung tersenyum kecil mendengar ucapan mu namun matanya masih memancarkan sorot kesedihan.
"Apa ada yg mengganggu pikiranmu lagi?" tanyamu, Heeseung tampak sedikit ragu untuk mengutarakannya namun kamu memaksanya.
"I-Ibuku kambuh, tadi dia teriak histeris dan gak inget sama aku" jelas Heeseung dengan suaranya yg lesu.
Seumur-umur baru kali ini kamu melihat Heeseung se-lelah ini, biasanya Pria itu walaupun banyak masalah yg menimpa, aura dominannya masih ada. Tapi kali ini berbeda, Heeseung benar-benar seperti sedang berada di titik terendah dalam hidupnya.
Kamu jadi ikut merasa sedih melihatnya, anpa sadar tangan kecilmu terulur untuk membawanya ke dalam dekapanmu dan menepuk pelan punggungnya. Heeseung membenamkan wajahnya di ceruk lehermu sambil memeluk tubuhmu dengan erat seolah kalian berdua memang saling membutuhkan satu sama lain.
"Heeseung, kamu gak sendiri. Ada aku dan yg lainnya, kalo kamu butuh bantuan bilang aja, aku pasti bakal bantu kamu sebisaku" ujarmu di sela-sela.
Heeseung menarik badannya dan menatap kedua netramu, "Bisakah kamu terus berada di sampingku?" kamu menerawang ke dalam mata Heeseung tanpa menjawab pertanyaannya.
Tiba-tiba perasaanmu bergejolak, kembali teringat dengan janji Heeseung tentang pernikahan kalian yg hanya akan terlaksana dalam rentang waktu 1 tahun saja. Lidahmu kelu tidak bisa menjawab, karena sejujurnya kamu ingin segera mengakhiri pernikahan ini dan kembali ke rutinitasmu yg biasa.
Heeseung melihatmu, dalam benaknya dia sudah tau apa jawabanmu. Sejenak berpikir bahwa dia merasa tidak tahu diri memintamu untuk terus berada disisinya, "Maaf, aku ngelantur" kata Heeseung.
Pria itu mengusap tengkuknya, "Aku ke kamar dulu" Heeseung beranjak pergi meninggalkanmu yg masih menatap punggungnya lesu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Love ft Lee Heeseung of Enhypen
Hayran Kurgu𝘐𝘧 𝘪𝘵 𝘸𝘢𝘴 𝘧𝘰𝘳 𝘺𝘰𝘶 𝘐 𝘤𝘰𝘶𝘭𝘥 𝘱𝘳𝘦𝘵𝘦𝘯𝘥 𝘵𝘩𝘢𝘵 𝘐 𝘸𝘢𝘴 𝘩𝘢𝘱𝘱𝘺 𝘦𝘷𝘦𝘯 𝘪𝘧 𝘐 𝘸𝘢𝘴 𝘴𝘢𝘥 𝘐𝘧 𝘪𝘵 𝘸𝘢𝘴 𝘧𝘰𝘳 𝘺𝘰𝘶 𝘐 𝘤𝘰𝘶𝘭𝘥 𝘱𝘳𝘦𝘵𝘦𝘯𝘥 𝘵𝘩𝘢𝘵 𝘐 𝘸𝘢𝘴 𝘴𝘵𝘳𝘰𝘯𝘨 𝘦𝘷𝘦𝘯 𝘪𝘧 𝘐 𝘸𝘢𝘴 𝘩𝘶𝘳𝘵 spe...