03

1.6K 290 7
                                    

Di pagi hari berikutnya, saat Zophy akan beranjak ke sekolah ia melihat Jay sudah siap di depan dengan sepedanya.

Kondisi sepedanya sedikit mengkhawatirkan, pasalnya ban sepeda aus karena sisa balapan semalam.

Zophy masih diam di ambang pintu, menunggu Jay yang tidak kunjung pergi. Kalau begini kan jadi terpikir kalau Jay menunggunya.

Jay tidak akan menyadari keberadaan Zophy kalau saja Kay si Jo bontot absen mengeluarkan suaranya di pagi hari cerah ini, tapi sepertinya mustahil untuk Kay tidak berkomentar sedikit saja.

"Tumben. Kenapa sepedamu? Hari ini kau mau naik sepeda ke sekolah?" tanya Kay membuat Jay menoleh padanya, jadi deh Zophy ketahuan berdiri di ambang pintu.

"Iya," jawab Jay singkat. Ia menaiki sepeda dan menggunakan sarung tangan hitam khusus barulah kembali menoleh lagi, "Zo, naik."

"Nggak, aku mau naik bus saja," sahut Zophy membuang muka.

"Nanti terlambat, sekarang lagi macet makanya aku naik sepeda."

"Kalau gitu aku bisa naik sepedaku sendiri."

"Beberapa hari terakhir ini kau nggak naik sepeda karena tanganmu sakit, kan? Kalau terlalu lama memegang stang, tanganmu bisa pegal, iya, kan?"

Jay menyudutkan Zophy. Kalau ditanya darimana Jay tahu, ia tahu dari Minu. Zophy suka bersepeda apalagi balapan untuk mengukur kemampuan, saat itu lawannya TJ yang bermain sedikit kasar. TJ memang suka cari gara-gara.

Tapi yang lebih penting dari itu, Jay berbicara panjang lebar. Kalau Zophy menceritakan ini ke orang sekolah pasti tidak akan ada yang percaya.

"Jangan keras kepala, naik saja. Aku sudah memasang footstep di belakang supaya kau bisa naik."

Mau bagaimana pun Jay itu manusia, walau terlihat seperti tidak punya hati sebenarnya hati Jay lebih besar dari kebanyakan orang.

Karena merasa akan membuang waktu kalau terus berdebat, akhirnya Zophy setuju dibonceng Jay naik sepeda ke sekolah.

"Hari gini capek-capek bersekolah naik sepeda. Seorang pelajar, buang-buang tenaga sejak pagi. Pilihan yang nggak bijak," komentar Kay membakar telinga.

"Kay, kau cosplay jadi dia, ya? Menyebalkan tahu!"

"Kak Zo, nggak sopan. Harusnya Kak Zo nggak menyebut Ibu sebagai-"

"Dah."

Untung Jay dan Zophy merasakan hal yang sama, tidak suka dengar ocehan Kay apalagi di pagi hari saat hari baru saja dimulai.

Menyebalkan, bisa-bisa badmood seharian kalau dipaksa dengar.

Kay yang sering ditinggal begitu oleh kakak-kakaknya sih sudah terbiasa. Dia kemudian membenarkan kacamata bertingkah seperti orang dewasa, "Ck, ck. Kasihan...kapan mereka akan dewasa?"

Tapi yang namanya anak kecil tetaplah anak kecil, sifat asli Kay keluar begitu seekor kucing melintas di depannya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Let's Break The Wind Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang