*Jangan Copy story aing sembarangan!!
*Dilarang Plagiat!!!-______-
*Dilarang ngepost ke berbagai bentuk Sosmed manapun!!
Credit pict cover to bunny jabz
_________________________________________
Lee Jieun pewaris Lee empire sedang dalam kesulitan. U...
Story ini pengennya aing buat 20 chapt, but aing cuman bisa bikin segini... Tab aing rusak total masuk air ... yang ada cuman bisa ngeliat pelangi di LCDnya .... n belum bisa diverbaiki .... aing bikin seadanya sesuai garis besar yang aing masih inget... dan aing usahain buat langsung nyelesaiin nih story.
Kalian pasti ngerti kan rasanya dihianati oleh kesayangan kalian .... /for me my Tab is my lover... 😭
Sedihya karena cuman datanya The heiress yang ga ada cadangannya...
Maafin yaa genkz ..
Ttd. Babunya Kooku.
So this is the last Chapter ... Enjoy ...
Happy Reading 💜💜💜
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• •
JUNGKOOK POV
Aku terbangun dengan rasa kapas yang segar di kakiku dan aroma manis wanitaku yang menggelitik hidungku.
Punggung Jieun menghadapku, dan aku memeluknya nyaman. Hidup ini indah. Aku bisa terbiasa dengan ini.
Jieun menggeliat, terbangun.
"Pagi, sayang."
"Pagi Jung, kurasa kau harus membantuku bangun dari tempat tidur. Aku pikir kakiku patah." Jieun menjepit satu tangan ke kasur.
Aku menyeringai dan mengangkat istriku yang manis, ke dalam pelukanku, membawanya ke kamar mandi. "Apa agendamu hari ini?"
"Selain kelas dan pekerjaan rumah, tidak banyak. Aku harus membuat keputusan tentang sumbangan New Arch. Bagaimana denganmu?"
Aku menyalakan pancuran dan menunggu air menjadi panas sebelum menariknya masuk bersamaku. "Aku akan turun ke dermaga untuk melihat, apakah ada pekerjaan lain untukku. Aku akan selesai membuat catatan tentang hal New Arch, dan menindaklanjuti dengan Tuan Won pada latar belakang Kim Heechul. Aku mungkin akan pergi ke lingkungan lama Kim Heechul dan melihat-lihat juga."
Aku menyabuni tubuhnya yang manis. Tidak perlu banyak waktu untuk meyakinkannya menunggangiku di bangku pancuran.
"Kamu harus pergi." Jieun mendorongku keluar pintu. "Aku tidak akan pernah siap pada saat ini."
"Aku akan berhenti setelah ronde terakhir ini," protesku, tapi dia tidak mendengarku.
Jieun membanting pintu di depan wajahku, jadi aku menerima petunjuknya, mengeringkan tubuhku dengan handuk, dan berpakaian.
Sol berada di sudut ruang makan kecil dari dapur di lantai pertama, ketika aku berjalan ke bawah untuk sarapan.
