Samuel sedang bersiap-siap sebaik mungkin sebelum berangkat ke pameran seni yang sudah ia tunggu-tunggu sejak 2 minggu lalu. Ia menuntaskan schedule-nya sedisiplin mungkin agar bisa sepuasnya hari ini berlama-lama di museum. Ia menikmati waktunya sendirian di sana. Sambil bersenandung ia memasukkan buku sketsanya ke dalam tas dan segera berangkat.
Samuel membuka maskernya, menurunkan sedikit agar dia bisa menghirup udara di museum dengan bebas. Udara yang dia sukai. Karena ini sudah hari kesekian, museum tak terlalu ramai. Ada beberapa orang berlalu lalang, berpindah dari karya satu ke karya lainnya.
Samuel sedang menatapi lukisan bunga berwarna kuning di depannya saat melihat dua orang yang mendekat, menuju lukisan di sebelahnya. Sepertinya sepasang kekasih.
"Ini bunga favorit kamu, Lucia."
Samuel terdiam sesaat. Mungkin hanya nama yang sama.
"Used to. Sekarang aku punya bunga favorit baru."
Suara perempuan itu membuat Samuel menoleh. Benar, itu Lucia, rambut oranyenya menyembul sedikit dari balik topi. Samuel memperhatikan laki-laki di sebelahnya, tak ia kenali, entah itu staf atau teman Lucia. Samuel bergegas meninggalkan lukisan itu dan berpindah ke area yang cukup jauh. Ia hanya ingin menikmati liburnya di tempat favoritnya. Walau sesaat entah kenapa mood-nya turun, bukan karena cemburu. Ia yakin betul dalam perjanjian mereka dinyatakan mereka tidak boleh berhubungan dengan orang lain selama perjanjian belum usai. Ia kecewa.
Samuel menghibur dirinya berkeliling menikmati pameran seni. Ya, setidaknya itu yang ia harapkan. Tak butuh waktu lama moodnya kembali saat ia mencoret buku sketsanya di pojok museum sambil sesekali melihat aktivitas di dalam museum.
***
Samuel sedang di kamarnya, terbangun karena suara heboh di dorm. Ia melirik jam dinding, pukul 8 malam. Ia perlahan turun menuju ruang TV. Ada Franz dan Chris sedang bercakap sambil menunjuk handphone-nya. Skylar sedang mengambil segelas air di dapur.
"Kenapa?" Tanya Samuel agak serak.
"Eemh..." Franz melirik Chris.
Samuel melangkahkan kakinya ke dapur, mengambil air, di sebelah Skylar.
"Lucia tertangkap kamera lagi kencan di museum." Jawab Chris.
Tangan Samuel terhenti dari tombol dispenser. Ia melirik Skylar yang juga terdiam.
"Beritanya dirilis dimana-mana. Cowoknya idol juga." Jelas Franz.
Samuel berpikir sejenak. Idol? Siapa? Selama bersama, Lucia tidak pernah bercerita sedang dekat dengan siapapun.
"Cek beritanya deh. Ada di mana-mana." Tambah Franz lagi.
"Hope she's fine. Kalaupun beneran dating. I hope the criticism won't be too bad. Kasian Lucia. She's a hardworker." Sahut Chris.
Samuel meneguk airnya kemudian ke kamar, mengambil handphonenya.
Samuel mencoba memasukkan nama Lucia dalam tombol pencarian.
"Lucia, leader Galaxy tertangkap sedang kencan dengan Yoseph, leader Prince Nine"
Mereka tertangkap menikmati waktu bersama di museum. Berikut foto-foto kebersamaan mereka.
Samuel melihat beberapa foto Lucia dan benar saja dengan seorang laki-laki yang merupakan idol. Senior mereka. Foto itu menampakkan sekilas wajah Lucia saat menurunkan maskernya. Samuel tak ingin menghubungi Lucia lebih dulu karena ia tak berhak, sesuai kesepakatan mereka. Tapi Lucia temannya, bahkan sebelum perjanjian ini. Perempuan itu pasti panik. Rasa iba muncul di hatinya. Seharusnya ia marah karena Lucia melanggar pasal, tapi entah kenapa hanya rasa khawatir yg muncul di hatinya.
Helaan nafas Skylar menyadarkan lamunan Samuel. Nampaknya karena pikirannya teralihkan, Samuel tak sadar Skylar sudah masuk ke kamarnya, mereka sekamar by the way.
"Skylar, Lucia ...?" Samuel memberanikan diri bertanya pada Skylar.
Ini adalah kali pertama mereka membahas Lucia. Saat trainee, yang tahu Skylar dan Lucia sempat bersama hanyalah Samuel, Franz, Julia, dan Rheina. Mereka putus bahkan sebelum Skylar debut, jadi hubungan mereka tak begitu terekspose.
Skylar diam sebelum menjawab, "She can handle it."
Samuel hanya menatap Skylar. Dalam hati cukup kaget karena Skylar terlihat tenang padahal dia yakin ada sedikit cemas di mata Skylar tadi saat mendengar berita dari Franz.
Samuel memutuskan untuk menghubungi Lucia namun nomornya tak bisa dihubungi. Samuel menghela nafas cemas. Ia melirik Skylar yang kini merebahkan tubuhnya di kasur. Tangannya sibuk bermain handphone. Samuel tak ingin turut campur tapi sungguh ia ingin tahu perasaan Skylar terhadap Lucia. Sekalipun ia tak pernah membahas tentang Lucia dengannya. Samuel ikut membaringkan tubuhnya walau tak tenang. Ia berharap Lucia segera menghubunginya. Mungkinkah ia dimarah agensi? Sejak kapan ia menjalin hubungan dengan Yoseph?
Samuel tersadar saat handphonenya berbunyi, rupanya ia ketiduran.
"Lucia!" Pekiknya dari telepon. Ia kemudian menutup mulutnya, sadar bahwa suaranya bisa mengganggu Skylar yang sedang tertidur.
"Maaf sudah membuatmu panik. Tunggu klarifikasi dari agensi besok." Kata Lucia dari seberang telepon.
Keduanya kemudian terdiam.
"Lalu siapa dia?" Samuel berusaha terdengar senormal mungkin.
"Kak Yoseph?"
"Siapa lagi?"
"Dia sepupuku. Ibuku bersaudara dengan ayahnya. Kami memang tidak pernah mengungkap ini ke publik." Jelas Lucia.
"Kalian terlihat dekat." Gumam Samuel.
"Yeah, he used to like me before."
"Gila. Sama sepupu sendiri kok naksir? Dan kamu tetap keluar dengan orang yang menyukaimu?" Tanya Samuel beruntun.
Lucia tertawa.
"Entahlah. Kami sudah berdamai. Dia tidak menyukaiku lagi. Tentu itu tidak mungkin melihat hubungan kekeluargaan kami. Aku senang ngobrol dengan kak Yoseph. Kami juga memang tertarik seni. Walau hanya sebagai penikmat sih."
"Ya mungkin suatu saat kau bisa melihat langsung bagaimana seni itu diciptakan." Sahut Samuel.
"Maksudmu? Kamu ingin mengajakku melihatmu melukis?" Tanya balik Lucia.
"Mungkin. Atau kita bisa ke pameran seni ataupun museum untuk menikmati sebuah karya"
"Tentu saja, dengan demikian rumor tentang kita akan beredar pula." Lucia mendengus menjawab tawaran Samuel.
Samuel tiba-tiba tersadar bahwa ada Skylar di sebelahnya, yang terlelap dengan earphone di telinganya. Dia lupa pindah tempat karena tadi begitu lega setelah akhirnya Lucia menelepon. Setengah berharap Skylar tak terbangun, Samuel kemudian berpindah tempat agar bisa bebas bicara dengan Lucia. Tak boleh ada yang tahu perjanjian mereka.
Setelah terdengar suara pintu tertutup karena Samuel bergegas keluar, Skylar segera membuka matanya. Matanya menatap langit-langit entah apa yang ada di pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends With Benefit
FanfictionTentang Samuel dan Lucia yang aktif sebagai penyanyi di negara dengan budaya entertainment yang konservatif. Agensi mereka punya peraturan ketat mengenai kisah cinta artisnya karena tuntutan fans yang kadang begitu keras pada para idola. Dua manusia...